Cerita bermula saat Arya Kamandanu, putra kedua pandai besi yang bernama Mpu Hanggareksa, tertarik dengan orang tua yang bijak,Mpu Ranubhaya yang ahli dalam seni bela diri. Dia mulai belajar seni bela diri dari Ranubhaya dan mengetahui bahwa Ranubhaya sebenarnya teman seperguruan ayahnya dalam persenjataan. Sementara ayah Kamandanu memilih untuk menjadi pemasok senjata kepada pemerintah Kerajaan Singhasari, Ranubhaya memilih untuk tidak bekerja sama dengan pemerintah dan mengisolasi dirinya sendiri.
Ketika ayah mengetahui hubungan guru-murid antara putra keduanya dan Ranubhaya, ia menjadi marah dan menuduh Ranubhaya sebagai pengkhianat dan menggunakan prajurit kerajaan menyerang kuil Ranubhaya ini. Hubungan antara Kamandanu dan ayahnya menjadi lebih buruk dan Kamandanu pengembara sebagai prajurit.
Cerita menjadi lebih kompleks ketika Ranubhaya, yang selamat dari rumahnya yang hancur, diculik oleh utusan Kubilai Khan yang kagum dengan keahliannya dalam persenjataan. Menjadi tahanan di Cina, ia dipaksa untuk membuat pedang besar, Nagapuspa. Setelah pedang selesai, dia dibunuh oleh pejabat yang takut jika Ranubhaya menciptakan pedang lain untuk saingan Nagapuspa. Sebelum kematiannya, ia meminta beberapa prajurit, Lo Si Shan dan Mei Xin, untuk membawa pedang ke Che Po (Pulau Jawa, diucapkan dalam bahasa tua-Cina) dan memberikannya kepada Kamandanu.
Cerita dilanjutkan dengan keterlibatan Kamandanu di pasukan Raden Wijaya, yang selamat dari Kerajaan Singhasari setelah diserang Kerajaan Kediri. keterlibatannya memperbaiki hubungan antara Kamandanu dan ayahnya, terutama setelah saudaranya, Dwipangga mengkhianati mereka. Kamandanu membantu Raden Wijaya menciptakan kerajaannya sendiri, Majapahit.
Tutur Tinular dimulai pada era Kertanegara (raja terakhir Singhasari) dan berakhir pada era Jayanegara (raja kedua Majapahit). Cerita dimulai ketika karakter utama masih muda dan berakhir ketika karakter utama sudah tua. Ini menunjukkan perkembangan dari anak muda idealis menadi seseorang yang bijak yang tidak ingin melihat perang lagi dan mengasingkan diri.
Pengembangan karakter lain yang juga menarik. Dwipangga misalnya, mulai hidupnya dalam cerita ini sebagai penyair yang lemah secara fisik. Kemudian, ia mencoba untuk mengubah hidupnya dengan mengkhianati keluarganya untuk medali emas dari Kediri. Setelah dipukuli dan dipermalukan oleh saudaranya sendiri di depan istri dan anaknya, ia belajar bela diri-seni dan menjadi seorang prajurit yang menakutkan, yang disebut sebagai Penyair Berdarah. Setelah dipukuli oleh Kamandanu untuk kedua kalinya, ia menghilang dan terlupakan sampai putrinya menemukan dia sebagai orang tua buta tak berdaya dan menyedihkan.
Khusus untuk adegan pembuatan Pedang Naga Puspa yang dikisahkan terjadi di istana Kubilai Khan, tidak segan-segan para artis dan kru sinetron ini melakukan pengambilan gambar di Tiongkok seperti di Tembok Besar Tiongkok dan beberapa tempat lainnya, dengan menggandeng Studio Cho ChoBeijing untuk bekerja sama. Penyutradaraan selama pengambilan gambar di Tiongkok dikerjakan oleh Prof. Mu Tik Yen sutradara kenamaan asal Tiongkok spesialis sinema kolosal. Adapun para aktor dan aktris Tiongkok yang ikut terlibat dalam pembuatan seri ini adalah:
Tidak hanya itu, Li Yun Juan melanjutkan perannya untuk penggambilan gambar di Indonesia sebagai Mei Shin yang merupakan tokoh utama wanita dalam serial ini.
Daftar Episode
Versi FTV
Setelah sukses ditayangkan di dua stasiun televisi yaitu ANteve dan Indosiar, Gentabuana Pitaloka mengubah format serial tersebut menjadi FTV (film televisi) dengan total keseluruhan berjumlah 27 episode, yaitu:
Season 1
Kidung Cinta Arya Kamandanu
Wasiat Mpu Gandring
Pelangi di Langit Singasari
Pedang Naga Puspa
Pertarungan di Candi Sorabhana
Kembang Gunung Bromo
Balada Cinta Mei Shin
Satria Majapahit
Bunga Tunjung Biru
Ayu Wandira
Prahara di Gunung Arjuno
Senjakala di Kediri
Mahkota Majapahit
Season 2
Tragedi di Majapahit
Jurus Naga Puspa
Misteri Keris Penyebar Maut
Pengorbanan Mei Shin
Pendekar Syair Berdarah
Dendam Arya Dwipangga
Korban Birahi
Prahara Naga Krisna
Karmaphala
Wanita Persembahan
Pangeran Buron
Pemberontakan Nambi
Pemberontakan Ra Semi
Gajahmada
Versi Sinetron
Tutur Tinular kembali ditayangkan di RTV untuk yang kedua kalinya dengan judul Legenda Arya Kamandanu dengan format sinetron seperti di ANTV & Indosiar,hanya saja RTV menambahkan sub judul tambahan yang mewakili setiap episodenya antara lain: