Japi Panda Abdiel Tambajong (EYD: Yapi Panda Abdiel Tambayong) (12 Juli 1945 – 12 Desember 2022[1]), yang lebih dikenal dengan nama pena Remy Sylado, adalah seorang sastrawan, dosen, novelis, penulis, penyanyi, aktor dan mantan wartawan Indonesia keturunan Minahasa, Sulawesi Utara. Kariernya berlangsung lebih dari lima dekade, sebagai aktor ia muncul di belasan film layar lebar dan merupakan salah satu aktor paling disegani di generasinya. Ia juga seorang penulis aktif yang beberapa karyanya telah diadaptasi ke layar lebar. Salah satu film populer yang pernah dibuat berdasarkan tulisannya adalah Ca-bau-kan (2002) dari novel berjudul sama Ca-bau-kan: Hanya Sebuah Dosa (1999).
Penampilannya dalam drama romantis Tinggal Sesaat Lagi (1986), drama keluarga Akibat Kanker Payudara (1987) dan drama keluarga 2 dari 3 Laki-Laki (1989) mendapatkan apresiasi dan pujian kritis, yang kesemuanya itu membuatnya mendapatkan nominasi untuk Piala Citra di Festival Film Indonesia, ketiganya sebagai Aktor Pendukung Terbaik.
Masa kecil
Dia besar di lingkungan keluarga Tambayong di Malino, Ujung Pandang (kini Makassar). Masa kecil dan remaja dihabiskan di Semarang dan Solo. Sejak kecil hobi bertanya tentang banyak hal terkait dengan urusan agama. Latar belakang agamanya yang kuat membuat orang tua Yapi mengirimnya untuk bersekolah ke seminari.
Penampilan
Remy Sylado dikenal selalu mengenakan pakaian berwarna serba putih. Gaya berpakaian Remy Sylado meniru Elvis Presley.[2]
Yapi Tambayong menggunakan nama Remy Sylado terutama dalam penulisan karya sastra. Nama ini berasal dari not dalam akor pada lagu'' All My Loving'' yang dibuat oleh The Beatles. Nomor notnya adalah 23761.[3]
Remy juga dikenal sebagai seorang Munsyi, ahli di bidang bahasa. Dalam karya fiksinya, sastrawan ini suka mengenalkan kata-kata Indonesia lama yang sudah jarang dipakai. Hal ini membuat karya sastranya unik dan istimewa, selain kualitas tulisannya yang tidak diragukan lagi. Penulisan novelnya didukung dengan riset yang tidak tanggung-tanggung. Seniman ini rajin ke Perpustakaan Nasional untuk membongkar arsip tua dan menelusuri pasarbuku tua. Pengarang yang masih menulis karyanya dengan mesin ketik ini juga banyak melahirkan karya berlatar budaya di luar budayanya. Di luar kegiatan penulisan kreatif, ia juga kerap diundang berceramah teologi.
Remy Sylado pernah dan masih mengajar di beberapa perguruan tinggi di Bandung dan Jakarta, seperti AkademiSinematografi, Institut Teater dan Film, Sekolah Tinggi Teologi. Dia seorang poliglot, menguasai banyak bahasa. Dalam beberapa kesempatan, dia sering berpakaian serbaputih sebagai ciri khasnya.
Pengaruh
Kesusastraan
Puisi mbeling yang ditulis oleh Remy Sylado mengubah kemapanan puisi dalam kesusastraan pada dekade 1970-an dari segi keindahan, linguistik dan moralitas.[3]
Permusikan
Remy Sylado menulis buku nonfiksi dan esai kritis tentang musik. Beberapa di antaranya ialah Menuju Apresiasi Musik, Sosiologi Musik dan Ensiklopedi Musik. Remy Sylado juga menulis puisi mbeling dan narasi Organisasi Sex Bebas (Orexas) di dalam majalah Aktuil. Narasi Orexas mengisahkan tentang seksualitas tanpa etika yang dilakukan oleh generasi muda.[3] Remy Sylado mengubah konten-konten Orexas yang ditulisnya di dalam majalah Aktuil menjadi lirik musik melalui Remy Sylado Company. Genre musik yang dipilihnya adalah musik rok dan musik country.[4]
Wibisono, T., dan Triantoro, S. (2019). Questioning Everything: Kreativitas di Dunia yang Tidak Baik-Baik Saja. Sleman: Shira Media dan Warning Books. ISBN978-602-61975-7-3.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)