Hadi Leo
BiografiLatar Belakang PendidikanTerlahir dengan nama Suprihadi, ia adalah putera ke-3 dari 6 bersaudara pasangan Yohanan Masrum dan Sumiati. Setelah tamat dari salah satu SMP di Surabaya, ia merantau dan melanjutkan sekolahnya di sebuah STM di Juwana, Pati, Jawa Tengah. Kemudian hiijrah ke Jakarta dan bekerja pada sebuah perusahaan perakitan mobil di kawasan Pulo Gadung. Terbiasa dengan kerja keras, ia kemudian melanjutkan studinya hingga menyelesaikan program S-1nya pada fakultas Rekreasi Kesehatan di IKIP Rawamangun Jakarta. Pengenalan akan seni bertumbuh dengan baik sejak dari masa kecilnya karena pamannya adalah seorang dalang sering memberi arahan kepadanya. Sementara kemampuan mengajar selain diperoleh dari program S-1nya, didapat dari ayahnya yang adalah seorang penilik sekolah. KarierDalam perjuangannya untuk hidup di Jakarta, sosok Hadi Leo sempat bekerja sebagai instruktur senam dan binaraga di sebuah sanggar kebugaran. Setelah beberapa kali menjadi figuran dalam pembuatan film layar lebar, ia ditemukan oleh tim pencari pemain sinetron dari Herry Topan Intercine Production yang sedang mempersiapkan 4 Film Laga Kolosal Indonesia untuk RCTI & SCTV. Lewat sinetron laga kolosal yang diangkat dari komik karya Ganes TH, Hadi Leo didaulat sebagai Barda Mandrawata tokoh utama Si Buta dari Goa Hantu. Mulailah nama Hadi Leo berkibar dalam berbagai judul film sinetron laga klasik dan misteri pada beberapa stasiun televisi swasta nasional di Indonesia. Dalam perjalanannya sebagai pemain sinetron, ia banyak menimba ilmu peran dari rekan-rekan seniornya antara lain: Denny H.W., Yan Bastian, Munie Cader, Rahmat Kartolo, Deddy Sutomo, Hendra Cipta, bahkan ia juga belajar dari Gombloh dan Boneng (keduanya adalah pelawak). Sementara itu, kemampuannya dalam hal penyutradaraan diperolehnya dari Denny HW dan Herry Topan, merekalah yang banyak memberi arahan kepadanya. Atas permintaan Denny HW pada pembuatan sinetron Tutur Tinular (1997) yang diangkat oleh PT Genta Buana Pitaloka ke layar kaca, selain berperan sebagai Lembu Sora pada serial tersebut, Hadi Leo mulai berkiprah dalam pelatihan. Pada saat itulah ia mulai mengasah kemampuannya sebagai pengajar seni peran dengan melatih 68 orang figuran di Cibubur untuk keperluan tersebut. Pelatihan lain yang pernah dikerjakannya adalah dalam pembuatan film:
Dan beberapa pelatihan privat lainnya. FilmografiBerbagai jenis peran telah dimainkan oleh Hadi Leo dalam banyak judul film, antara lain:
Dalam dunia iklan, Hadi Leo pernah menjadi bintang iklan untuk produk celana jins dan minuman kebugaran. Kehidupan PribadiKegiatanKecintaannya terhadap sinetron klasik dan keinginannya yang kuat untuk mengangkat Majapahit ke layar kaca itu telah mendorongnya untuk sementara rela meninggalkan keluarganya dan tinggal di Jawa Timur sejak bulan Oktober 2010. Kerinduannya sebagai artis film, pendidik dan pekerja keras yang terus berkarya, ia kemudian dengan beberapa teman pada tahun 2011 mendirikan sebuah lembaga yang dinamainya Lembaga Peduli Budaya Bangsa Pelangi Nusantara di Mojokerto. Melalui wadah ini, ia mulai mengumpulkan anak-anak muda, mengajar dan melatih mereka melalui seni peran. Kini di sebuah rumah kontrakan yang cukup luas untuk pelatihan di sisi sungai Brantas di pinggiran barat kota Mojokerto, ia terus melakukan observasi secara lebih dekat dan intens, juga mempersiapkan pembuatan sinetron serial sejarah Majapahit. Dan menanamkan nilai-nilai kecintaan akan budaya Indonesia dengan sebuah harapan untuk membangkitkan kembali kebanggaan Nusantara Majapahit–Indonesia Jaya. KeluargaMenikah dengan Yanti dan dikaruniai tiga orang anak; Tamara Stevani Ariyanti, Tania Agatha dan Michael Leon Barosi, keluarga yang dicintainya ini tinggal di Sukabumi. MeninggalHadi Leo meninggal dunia di rumah sakit di Mojokerto akibat komplikasi diabetes melitus. Setelah meninggal, ia dimakamkan di Pemakaman Kristen di Alasdowo, Dukuhseti, Pati. Sumber terkait
|