Situs Adan-adan atau disebut juga dengan (Situs Candi Gempur) merupakan salah satu lokasi situs arkeologi berupa temuan benda bersejarah seperti batuan fondasi candi, makara, sistem pertirtaan (pengairan) berupa (diduga) embung, pecahan keramik dan beberapa patung (arca) peninggalan era Kerajaan Kadiri dan Singhasari yang terletak di Desa Adan-adan, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri, Jawa Timur.[1][2][3][4][5][6][7] Temuan situs ini berada di sekitar pemukiman penduduk yang juga berdekatan dengan kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) Kali Serinjing yang menjadi daerah aliran lahar dingin Gunung Kelud.[4][8] Kuat dugaan, situs ini tertimbun lapisan abu vulkanik setebal 11 lapisan dari Gunung Kelud sebelum ditemukan.[9] Selain itu, pembangunan candi ini sempat terganggu oleh beberapa bencana seperti letusan Gunung Kelud dan banjir besar dari (dugaan sementara) aliran Kali Serinjing.[7][9]
Temuan
Tim yang bertanggung jawab atas temuan situs ini adalah Tim Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas).[9] Tim menemukan struktur bangunan candi dari bahan batu dan bata dengan sudut berukuran 8 X 8 meter.[4][10] Menurut penelitian tim tersebut, situs ini dibangun pada Abad ke-11 meskipun wilayah Kediri dan sekitarnya memang sudah menjadi pusat kebudayaan sejak era Mpu Sindok pada Abad ke-9.[9] Bahkan, ada sumber yang menyebut situs ini memiliki usia sama dengan era Kerajaan Mataram Kuno.[3] Merujuk pada temuan tahun 2016 dan 2017, akan ada rencana ekskavasi besar-besaran pada tahun 2019.[11] Meskipun demikian, ketika ditemukan benda arkeologi pada situs tersebut telah dilakukan penimbunan tanah oleh Tim Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas).[12] Harapan dari tim peneliti adalah juga ditemukannya vihara di dekat lokasi situs karena ada temuan berupa sistem pertirtaan.[4] Selain di Desa Adan-adan, temuan serupa juga ditemukan di Desa Wonorejo, Semanding, Kecamatan Pagu, Kediri .[10][13][14] Temuan batuan di Desa Wonorejo sendiri dianggap tidak lazim karena bentuk batuan yang ditemukan berupa oktagonal (segi delapan)
Sebenarnya, pernah ada penggalian serupa yang dilakukan oleh BP3 Trowulan pada dekade 1990-an yang merujuk pada temuan Makara di kawasan ini pada tahun 1970-an.[6][15] Akan tetapi, ketika dilakukan penggalian pada saat itu, terjadi banyak peristiwa aneh seperti dasar batuan yang amblas dari sebelumnya 3 meter menjadi 5 meter hingga warga lokal yang gila karena buang air kecil di lokasi sekitar situs.[15] Selain itu, warga lokal berupaya menjaga kemurnian dan kesucian dari situs ini ketika pertama kali ditemukan sebelum diputuskan untuk dibuka secara umum pada tahun 2016.[6] Selain itu, menurut Novi Bahrul Munib (arkeolog dari Kediri), bendera Merah Putih milik Kerajaan Majapahit diduga berasal dari situs ini karena Bendera Merah Putih milik Kerajaan Majapahit mirip dengan milik Pasukan Jayakatwang dari Kediri.[16]
Ketika dilakukan penggalian kembali pada 1-15 Juli 2019, beberapa peneliti menemukan beberapa penemuan menarik.[17][18]Penemuan tersebut antara lain : Fragmen Arca DhyanibuddhaAmitabha, Fragmen lapik arca, dan kepala Arca Bodhisatva.[17][18] Temuan tersebut menandakan bahwa peninggalan Situs Adan-adan ini termasuk peninggalan Buddha Mahayana.[17][18]