MitzvahMitzvah (bahasa Ibrani: מִצְוָה, [mit͡sˈva], bahasa Ibrani alkitabiah: miṣwah; bentuk jamak: מִצְווֹת mitzvot [mit͡sˈvot], Biblical: miṣwoth; dari צִוָּה ṣiwwah; "perintah"; bahasa Inggris: commandment, command), dalam makna utamanya mengacu kepada hukum dan perintah Allah. Merupakan kata yang dipakai dalam Yudaisme untuk merujuk kepada 613 hukum perintah Allah yang dicatat dalam Taurat (diberikan di Gunung Sinai, di mana seluruh umat Israel menerima Taurat itu dengan menjawab serentak: "Segala firman yang telah diucapkan TUHAN itu, akan kami lakukan."[1]). Jika ditambah dengan tujuh perintah rabbinik yang diberikan kemudian, maka jumlah keseluruhannya adalah 620. Menurut ajaran Yudaisme dalam Talmud, seluruh hukum moral mereka seluruhnya adalah dari, atau diturunkan dari, perintah-perintah Allah. Makna kedua kata Ibrani mitzvah merujuk kepada perbuatan moral yang dilakukan sebagai kewajiban agamawi. Dengan demikian istilah mitzvah juga dipakai untuk menyatakan perbuatan baik manusia. Makna ketiga mitzvah juga merujuk kepada penggenapan suatu perintah Allah (makna pertama mitzvah. Alkitab IbraniKata benda feminin mitzvah (bahasa Ibrani) muncul 180 kali dalam Alkitab Ibrani versi Teks Masoret. Pemakaian pertama adalah dalam KitabKejadian 26:5 di mana Allah berfirman [kepada Ishak] bahwa "Abraham telah mendengarkan firman-Ku dan memelihara kewajibannya kepada-Ku, yaitu segala perintah (מִצְוֹתַי mitzvotai), ketetapan dan hukum-Ku." Dalam terjemahan Yunani Septuaginta kata ini biasanya diterjemahkan sebagai entole (ἐντολὴ).[2] Dalam inskripsi makam periode Bait Suci Kedua sering kali ditemukan tulisan (epithet) phil-entolos ("pencipta perintah (Tuhan)"; "lover of the commandments") diukirkan pada batu makam.[3] Kata-kata lain juga digunakan dalam bahasa Ibrani untuk "perintah" dan "ketetapan", misalnya Sepuluh Perintah Allah (עשרת הדיברות) yang secara harafiah bermakna "Sepuluh Perkataan".[4] Penomoran RabbinikMeskipun Tanakh (=Alkitab Ibrani) tidak menyatakan bahwa terdapat 613 perintah, Rabbi Simlai, seperti yang dikutip dalam Talmud, mengutarakan bahwa Musa menerima 613 mitzvot (613 perintah), yang dapat dijabarkan sebagai berikut:
Tiga perintah larangan (negative commandments) jatuh dalam kategori "pengorbanan diri" dalam hukum Yahudi, artinya "orang seharusnya membiarkan diri dibunuh daripada melanggar larangan ini." Angka 613 dapat pula diperoleh dari gematria (metode tradisional untuk mengganti huruf dengan angka dan menghitung jumlahnya). Nilai gematria kata "Torah" (= Taurat) adalah 611, yang sesuai dengan jumlah perintah yang diberikan melalui Musa, ditambah dua yang diidentifikasi sebagai dua perintah pertama dalam Sepuluh Perintah Allah, yang dipegang oleh tradisi sebagai satu-satunya wahyu yang keluar dari mulut Allah sendiri.[5] (Jews are also reminded of the 613 commandments by the Tzitzit, known as 'fringes' or 'strings'.[6]) Menurut Rabbi Ishmael, dari 613 ini hanya perintah-perintah prinsip yang diberikan di Gunung Sinai, sedangkan sisanya diberikan di Kemah Pertemuan. Sebaliknya, Rabbi Akiba berpendapat semua perintah itu diberikan di Gunung Sinai dan diulangi di Kemah Pertemuan, serta dinyatakan ketiga kalinya oleh Musa sebelum ia meninggal. Menurut Midrash, seluruh perintah ilahi diberikan di gunung Sinai, dan tidak seorang nabipun yang boleh menambah satu pun.[7] Mitvot RabbinikMitvot alkitabiah dalam Talmud disebut "mitzvot d'oraita" (artinya "perintah hukum (= perintah Taurat)". Ini untuk membedakan dengan perintah rabbinik (mitvot rabbinik) yang disebut "mitzvot d'rabbanan". Mitzvot d'rabbanan adalah sejenis takkanah. Tujuh mitzvot d'rabbanan yang penting adalah:
Tujuh perintah rabbinik diperlakukan seperti perintah alkitabiah sedemikian misalnya dalam setiap pengucapan Berkat (Berakhah) selalu diucapkan:
Dari sini muncul frasa "Keter Torah" ("Mahkota Taurat"; "The Crown of the Torah") karena nilai gematria Keter adalah 620[8] (613+7). Perintah ilahi dianggap sudah tersirat dalam hukum umum yang mengikuti instruksi otoritas agamawi (Ulangan 17:11; 32:7; Shab. 23a). Pula, banyak detil tertentu dalam mitzvot alkitabiah yang hanya diturunkan melalui penerapan rabbinik Taurat Lisan (Mishnah/Gemara); misalnya, pembacaan Shema (Ulangan 6:4–7), pengikatan tefillin dan pemasangan mezuzah (Ulangan 6:8–9), serta pengucapan Birkat Hamazon (berkat sesudah makan) (Ulangan 8:10). Enam mitzvot konstanDi antara 613 Mitzvot yang dicatat di Taurat, ada enam mitzvot oleh Sefer Hachinuch disebut "mitzvot konstan" ("constant mitzvot"): "Kita mempunyai enam mitzvot yang terus menerus dan konstan, berlaku sepanjang waktu, setiap hari dalam hidup kita".
Mitzvot dan hukum YahudiMenurut pemikiran rabbinik, kehendak Allah adalah sumber, dan otoritas, dari seluruh kewajiban moral dan agamawi. Dengan demikian, Mitzvot mencakup "aturan tingkah laku" (rules of conduct) yang ditetapkan oleh Allah. Dalam pemikiran rabbinik, perintah-perintah tersebut biasanya dibagi dalam dua kelompok besar:
Sistem yang menjabarkan penerapan praktis perintah-perintah ini dikenal sebagai Halakha, secara informal disebut "Hukum Yahudi" (Jewish Law). Halakha merupakan pengembangan mitzvot yang dikumpulkan sebagai "hukum tertulis" (written law), melalui diskusi dan debat dalam "hukum lisan" (Oral Torah atau Oral law), yang dicatat dalam sastra rabbinik pada zaman klasik, terutama Mishnah dan Talmud. Halakha menentukan dan mempengaruhi berbagai kelakukan Yahudi tradisionalis atau Yudaisme Ortodoks. Mayoritas rabbi-rabbi klasik berpandangan bahwa perintah-perintah ini masih diterapkan dan tetap berlaku dalam zaman Mesianik. Namun, sejumlah rabbi minoritas berpendapat bahwa perintah-perintah tersebut akan dihapuskan oleh, atau dalam, masa mesianik. Contoh-contoh pandangan rabbinik tersebut antara lain:
Tidak ada jawaban otoritatif yang diterima di dalam Yudaisme mengenai mitzvot mana, jika ada, yang ditiadakan pada zaman mesianik. Ini masih diperdebatkan dalam dunia akademis dan, tidak dipandang sebagai pertanyaan praktis yang mendesak, biasanya dilewati demi menjawab pertanyaan-pertanyaan halakha praktis. Penting dicatat bahwa era mesianik ini sendiri meliputi beberapa tingkat berbeda. Tambahan pula, terdapat pertentangan pendapat antara Maimonides dan Nachmonides apakah status Mesianik yang sesungguhnya itu berupa jasmaniah dengan rohaniah atau rohaniah saja. Demikianlah berbagai opini mengenai peniadaan larangan dalam Alkitab harus dipahami dalam konteks ini. Lihat pula
Referensi
Pranala luar |