Hasidim

Hasidim adalah kelompok Yahudi yang muncul pada pertengahan abad ke-2 SM untuk menentang kebijakan helenisasi terhadap masyarakat Yahudi oleh penguasa asing.[1][2][3] Kata "Hasidim" berasal dari kata Aram hasa yang berarti "saleh".[4] Kaum Hasidim amat menaati dan menghormati Taurat, beserta adat istiadat Yahudi, sehingga mereka amat menentang helenisasi yang dianggap bertentangan dengan tradisi Yahudi.[1] Selain itu, yang menjadi tujuan perjuangan kaum Hasidim adalah kemerdekaan agama, yakni diberikan kebebasan untuk menjalankan agama Yahudi oleh penguasa asing.[1]

Peran

Yudas Makabe, pemimpin dalam perang Makabe, yang mana kaum Hasidim berpihak kepadanya

Peran yang menonjol dari kaum ini adalah keterlibatannya di dalam perang Makabe melawan penguasa asing.[1][5] Kesalehan dan ketaatan kaum Hasidim terhadap Taurat tampak pada saat sekelompok kaum Hasidim lebih memilih mati ketimbang melawan musuh pada hari Sabat, yang berarti melanggar hukum Sabat.[1][6] Karena itulah, kemudian terjadi perubahan di dalam hukum mengenai hari Sabat, yaitu bahwa pada hari Sabat orang Yahudi diperkenankan mengadakan perlawanan dalam rangka melindungi diri.[1][2] Setelah peristiwa tersebut, makin banyak orang Hasidim yang bergabung dengan kelompok Makabe.[1] Mereka membentuk tentara, melawan orang-orang Yahudi yang memihak helenisasi, serta menganiaya orang-orang Yunani asli.[1] Setelah itu, di dalam perkembangan selanjutnya, kelompok Hasidim tidak lagi mendukung kelompok Makabe karena tidak setuju dengan cita-cita politik mereka.[3][7]

Perkembangan Selanjutnya

Kaum Hasidim bukanlah kelompok yang seragam.[1] Di samping kelompok yang berjuang dengan cara mengangkat senjata, masih ada pula kelompok lain yang berjuang dengan tidak memakai senjata.[1] Dari kelompok Hasidim inilah, muncul kaum Farisi yang perjuangan utamanya adalah melestarikan tradisi Yahudi di tengah masyarakat.[1][2][5]

Selain itu, ada pula kelompok Hasidim lain yang kemudian berkembang menjadi kelompok Eseni.[1][2][5] Kelompok ini memilih untuk memisahkan diri dari masyarakat dan hidup di dalam komunitasnya sendiri yang terpisah.[1][2][5] Penyebab utama dari mundurnya kelompok Hasidim ini adalah diangkatnya Alkimus menjadi Imam Agung setelah ritus Bait Suci dipulihkan pada masa Makabe.[1][3] Selain itu, pengunduran diri mereka disebabkan juga karena ketidaksetujuan dengan cita-cita politik kaum Makabe.[1][3]

Dengan demikian, kelompok Hasidim hanya memainkan peran dalam waktu yang singkat di dalam sejarah orang-orang Yahudi, dan setelah itu terpecah belah dan menghilang.[3] Akan tetapi, cikal bakal kelompok-kelompok Yahudi yang berasal dari kaum Hasidim memainkan peranan penting di dalam perkembangan sejarah Yahudi selanjutnya, terutama kaum Farisi yang berperan penting di dalam Yudaisme Rabinik dan menjadi penjaga kelangsungan Yudaisme hingga kini.[1][2]

Referensi

  1. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p S. Wismoady Wahono. 1986. Di Sini Kutemukan. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
  2. ^ a b c d e f (Inggris)Etienne Nodet. 1997. A Search for the Origins of Judaism. Sheffield: Sheffield Academic Press.
  3. ^ a b c d e (Indonesia)Th. C. Vriezen. 2001. Agama Israel Kuno. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
  4. ^ (Inggris)Dan Cohn-Sherbok. 2003. Judaism: History, Belief and Practice. London: Routledge.
  5. ^ a b c d (Inggris)William Reuben Farmer. 1958. Maccabees, Zealots, and Josephus. New York: Columbia University Press.
  6. ^ (Inggris)Judith M. Lieu. 2006. "Movements". In The Oxford Handbook of Biblical Studies. John M. Rogerson, Judith M. Lieu (Eds.). Oxford, New York: Oxford University Press.
  7. ^ (Indonesia)Lawrence E. Toombs. 1978. Di Ambang Fajar Kekristenan. Jakarta: BPK Gunung Mulia.