Konflik ini melibatkan dua buah etnis antara suku Dayak asli dan warga ImigranMadura dari pulau Madura.[8] Konflik tersebut pecah pada 18 Februari 2001 ketika dua warga Madura diserang oleh sejumlah warga Dayak.[9] Konflik ini mengakibatkan lebih dari 500 kematian, dengan lebih dari 100.000 warga Madura kehilangan tempat tinggal di Kalimantan.[10] Dari laporan data, tidak sedikit warga Madura yang juga ditemukan dipenggal kepalanya oleh masyarakat Dayak dalam konflik ini.[11]
Latar belakang
Konflik Sampit tahun 2001 bukanlah insiden yang terisolasi karena telah terjadi beberapa insiden sebelumnya antara warga Dayak dan Madura.[12] Konflik besar terakhir terjadi antara Desember 1996 dan Januari 1997 yang mengakibatkan 600 korban tewas.[13] Penduduk Madura pertama kali tiba di Kalimantan pada era 1930-an di bawah program transmigrasi yang dicanangkan oleh pemerintah kolonial Hindia-Belanda dan dilanjutkan oleh pemerintah Indonesia.[14] Pada tahun 2000, transmigran membentuk 21% populasi Kalimantan Tengah.[10] Suku Dayak merasa tidak puas dengan persaingan yang terus datang dari warga Madura yang semakin agresif. Hukum-hukum baru telah memungkinkan warga Madura memperoleh kontrol terhadap banyak industri komersial di provinsi ini seperti perkayuan, penambangan dan perkebunan.[10]
Ada sejumlah cerita yang menjelaskan insiden kerusuhan tahun 2001. Satu versi mengklaim bahwa ini disebabkan oleh serangan pembakaran sebuah rumah Dayak. Rumor mengatakan bahwa kebakaran ini disebabkan oleh warga Madura dan kemudian sekelompok anggota suku Dayak mulai membakar rumah-rumah di permukiman Madura.[12]K.M.A. Usop dari Asosiasi Masyarakat Dayak mengklaim bahwa pembantaian oleh suku Dayak dilakukan demi mempertahankan diri setelah beberapa anggota mereka diserang.[15] Selain itu, juga dikatakan bahwa seorang warga Dayak disiksa dan dibunuh oleh sekelompok warga Madura setelah sengketa judi di desa Kerengpangi pada 17 Desember 2000.[16]
Versi lain mengklaim bahwa konflik ini berawal dari percekcokan antara murid dari berbagai ras di sekolah yang sama.[17]
Sedikitnya 100 warga Madura dipenggal kepalanya oleh suku Dayak selama konflik ini. Suku Dayak memiliki sejarah praktik ritual pemburuan kepala (Ngayau), meski praktik ini dianggap musnah pada awal abad ke-20.[15][18]
Dampak
Skala pembantaian membuat militer dan polisi sulit mengontrol situasi di Kalimantan Tengah. Pasukan bantuan dikirim untuk membantu pasukan yang sudah ditempatkan di provinsi ini. Pada 18 Februari, suku Dayak berhasil menguasai Sampit. Polisi menahan seorang pejabat lokal yang diduga sebagai salah satu otak pelaku di belakang serangan ini.[5] Orang yang ditahan tersebut diduga membayar enam orang untuk memprovokasi kerusuhan di Sampit. Polisi juga menahan sejumlah perusuh setelah pembantaian pertama. Kemudian, ribuan warga Dayak mengepung kantor polisi di Palangkaraya sambil meminta pelepasan para tahanan. Polisi memenuhi permintaan ini dan pada 28 Februari, militer berhasil membubarkan massa Dayak dari jalanan,[4] namun kerusuhan sporadis terus berlanjut sepanjang tahun.[19]
^Rinakit, Sukardi (2005). The Indonesian Military After the New Order. Nordic Institute of Asian Studies. ISBN8791114063.
^Singh, Daljit (2003). Southeast Asian Affairs 2002. Institute of Southeast Asian Studies. ISBN9812301623.Parameter |coauthors= yang tidak diketahui mengabaikan (|author= yang disarankan) (bantuan)
^Tri Nuke Pudjiastuti (June 2002). "Immigration and Conflict in Indonesia"(PDF). IUSSP Regional Population Conference, Bangkok. Diarsipkan dari versi asli(PDF) tanggal 2012-02-09. Diakses tanggal 2008-08-13.
^Pertempuran meluas dengan cepat selama bulan Februari hingga Mei dan terus berlangsung sepanjang tahun tersebut.[2] Hampir seluruh wilayah di Pulau Kalimantan terlibat dalam kerusuhan ini, kecuali Pangkalan Bun. Hal itu dikarenakan hampir tidak ada orang Madura disana.[4]
Mentari Sampit, Berita Terkini di Indonesia (2001). "Peristiwa Memicu Tragedi Sampit Dayak vs Madura". mentari.biz (dalam bahasa Indonesia). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-08-22. Diakses tanggal 2018-7-22.Periksa nilai tanggal di: |access-date= (bantuan)Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
Sampit Berdarah, Dayak (2001). "Sampit Berdarah". fortunecity.com (dalam bahasa Indonesia). Archived from the original on 2007-07-07. Diakses tanggal 2021-02-25.Parameter |acsess_date= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link) Pemeliharaan CS1: Url tak layak (link)