Kerusuhan Haruku 2022 adalah kerusuhan yang terjadi di Pulau Haruku, Kabupaten Maluku Tengah pada akhir bulan Januari, tepatnya tanggal 25–27 Januari dan melibatkan dua negeri yang saling bertetangga, yaitu negeri Kariu dan dusun Ori yang merupakan dusun dari negeri Pelauw, kemudian bentrokan akan menjalar ke negeri induk Pelauw.[1]
Kerusuhan ini juga merupakan kerusuhan antarnegeri yang berbeda agama (Pelauw dan Ori: Islam, Kariu: Kristen Protestan), akan tetapi kemudian para tokoh agama setempat menyangkal dan menyatakan bahwa kerusuhan tersebut bukan konflik agama.[2] Kerusuhan juga menyebabkan kerugian di antara kedua negeri.[3]
Latar belakang
Kedua negeri adat ini sebelumnya pernah mengalami konflik yang terkait dengan masalah batas wilayah.[4] Kejadian kerusuhan itu bermula ketika ada salah satu warga Kariu yang membuka kebun dan kemudian warga Ori menegur, serta menyatakan bahwa lahan itu bukan milik negeri Kariu.[5] Pada hari Selasa, 25 Januari 2022 pukul 14.30 WIT, terjadi adu mulut terkait lahan tersebut antara beberapa warga setempat. Setelah itu, kedua warga itu kembali ke negeri masing-masing dan melaporkannya ke masyarakatnya, sehingga terjadi konsentrasi massa di perbatasan kedua negeri.[6]
Kronologi
25 Januari 2022
Kerusuhan bermula ketika ada salah satu warga Kariu yang membuka kebun dan ada warga Ori yang menegur, bahwa lahan itu bukan milik negeri Kariu.
Pukul 14.30 WIT, terjadi adu mulut terkait lahan tersebut antara beberapa warga setempat. Setelah itu, kedua warga itu kembali ke negerinya dan melaporkannya ke warga negerinya masing-masing, sehingga terjadi konsentrasi massa di perbatasan kedua negeri.
Perdebatan antarwarga yang terjadi mengakibatkan terkumpulnya massa dan terjadilah bentrokan antara warga Ori dengan Kariu pada Selasa malam.
26 Januari 2022
Dini hari, warga Ori dan Pelauw melakukan penyerangan dan pembakaran pemukiman di Kariu.
Aparat gabungan TNI dan Polri dikerahkan untuk menjaga perbatasan antara Kariu dan Ori.
27 Januari 2022
Raja Pelauw dan Ori melakukan pertemuan dengan Bupati Maluku Tengah serta perwakilan TNI-Polri sepakat mengakhiri konflik dengan negeri Kariu.
Aparat gabungan TNI-Polri melakukan evakuasi terhadap warga negeri Kariu yang mengungsi ke pegunungan.
Kerugian
Akibat bentrokan antara warga Ori dan Pelauw dengan Kariu, terdapat korban tiga orang meninggal dunia, empat warga terluka, dan satu aparat kepolisian mengalami luka tembak oleh orang tidak dikenal.[7][8] Beberapa warga Kariu juga mengungsi ke hutan dan ratusan lainnya mengungsi ke Negeri Aboru yang bersaudara gandong dengan Kariu.[9][10]
Sebanyak 211 unit rumah warga Kariu alami kerusakan pasca bentrokan dengan Pelauw dan Ori. Berdasarkan data Polda Maluku, 183 di antaranya alami rusak berat dan 28 lainnya rusak ringan. Bangunan SD Negeri Kariu juga termasuk di antara bangunan yang rusak. Kendaraan juga dirusak dalam bentrokan, dengan rincian berupa 19 unit motor warga, tiga unit motor dinas Polri, satu unit motor dinas TNI, dan sembilan mobil warga.[11]
Upaya perdamaian
Setelah dua hari sejak bentrokan antara Ori dan Kariu dengan limpahan ke wilayah negeri induk Pelauw, akhirnya raja Pelauw dan Ori melakukan kesepakatan untuk berdamai dengan Kariu.[12] Warga juga meminta pos polisi subsektor didirikan di masing-masing negeri agar kejadian serupa tak terulang kembali.[13]