Sejak Mei 1991,[1] hubungan diplomatik antara dua negara tersebut meningkat dari tingkat Perwakilan Diplomatik menjadi Kedutaan Besar. Yunani diwakilkan di Israel melalui kedutaan besar-nya di Tel Aviv, Konsulat Jenderal-nya di Yerusalem, dan sebuah konsulat kehormatan di Haifa. Israel diwakilkan di Yunani melalui kedutaan besar-nya di Athena. Meskipun hubungan antara dua negara tersebut kurang hangat pada akhir abad ke-20, sejak 2008 mereka menjadi memiliki hubungan terkuat di Mediterania Timur. Israel dan Yunani menganggap satu sama lain sebagai kolaborator kuat mereka dalam aspek militer, intelijensi, ekonomi dan budaya.[2] Kedua negara tersebut merupakan bagian dari Segitiga Energi yang merujuk kepada pengambilan minyak dan gas dari Israel dan Siprus pada 2015, which yang akan dikirimkan ke Eropa daratan dengan jalur pipa melalui Yunani. Hubungan Israel dengan Yunani sangat dipengaruhi oleh hubungan antara Israel dan Turki.[3]
Bersama dengan Kuba, Yunani adalah salah satu dari hanya dua negara mayoritas Kristen yang memilih menentang Rencana Partisi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Palestina. Setelah menandatanganan perjanjian gencatan senjata dilakukan Israel pada Perang Arab-Israel 1948, Yunani mengakui Negara Israel pada 15 Maret 1949,[4] meskipun secara diplomatik diwakilkan di Tel Aviv pada tingkat lebih rendah dari kedutaan besar. Perdagangan bilateral menjadi berganda antara 1989 dan 1995. Pada tahun tersebut, Israel mengekspor produk minyak dan kimia seharga $200 juta ke Yunani dan mengimpor semen, makanan dan bahan bangunan seharga $150 juta. Israel merupakan pengimpor produk Yunani terbesar kedua di Timur Tengah.
Pada 1990an, Yunani menandatangani perjanjian kerjasama pertahanan dengan Israel. Meskipun Yunani secara tradiisional merupakan pendukung Palestina, upaya-upaya dibuat untuk mempengaruhi hubungan dengan Israel.[5] Ketegangan terjadi karena pandangan Israel yang menganggap kesukaan Yunani terhadap bangsa Arab dan mendukung teroris, sebagian besar pada masa pemerintahan Andreas Papandreou yang menjadi perdana menteri Yunani sebanyak dua kali, pada 1981–89 dan 1993-96.[6] Kerjasama militer Israel dengan Turki pada 1990an juga turut memperburuk hubungan,[7][8] karena kontroversi-kontroversi terkait Patriakhat Ortodoks Yunani di Yerusalem.[9] Pada Agustus 2010, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menjadi Perdana Menteri Israel pertama yang mengunjungi Yunani. Pada kunjungan dua harinya, Perdana Menteri tersebut berbincang dengan Perdana Menteri Yunani George Papandreou untuk menawarkan peningkatan hubungan strategis dan mendirikan kerjasama yang lebih besar antara industri-industri terkait dan militer-militer kedua negara tersebut. Diplomat-diplomat Israel mengeluarkan perhatian mereka terhadap peningkatan hubungan dengan Yunani sejak hubungan dengan Turki menjadi memudar setelah bentrokan armada Gaza pada Mei 2010.[10][11]