Hubungan Kuba–Israel merujuk kepada hubungan sejarah dan saat ini antara Kuba dan Israel. Kedua negara tersebut tak memiliki hubungan diplomatik resmi sejak 1973. Israel menempatkan Seksi Kepentingan di kedubes Kanada di Havana.[1]
Sejarah
Hubungan awal
Sejak pendirian Israel, hubungan antara Kuba dan Israel merenggang. Pada 1919, Kuba mendukung gagasan kemerdekaan bangsa Yahudi dan mengecam penindasan Yahudi oleh Nazi pada 1942.[2] Pada 29 November 1947, Kuba adalah satu-satunya negara di benua Amerika yang menentang Rencana Pemisahan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Palestina yang berujung pada pendirian Israel.[3] Disamping itu, Kuba mengakui Israel dan kedua negara tersebut menjalin hubungan diplomatik pada 1949.[4] Pada 1952, Israel membuka sebuah konsulat kehormatan di Havana dan meningkatkan konsulat tersebut menjadi legasi diplomatik pada 1954. Kuba membuka kantor diplomatik di Israel pada 1957.[5]
Pada Januari 1959, Fidel Castro meraih kekuasaan di Kuba. Pada 1961, Presiden Castro melantik Ricardo Wolf menjadi dubes untuk Israel.[5] Pada 1960an, Presiden Castro mulai menjalin hubungan dengan dengan negara-negara Arab. Setelah Perang Enam Hari pada Juni 1967, Kuba dan Rumania menjadi satu-satunya negara komunis yang belum memutus hubungan diplomatik dengan Israel.[6] Antara 1967–1970, Kuba mengirim bantuan militer saat Perang Atrisi untuk membantu negara tersebut merebut lagi Semenanjung Sinai yang diduduki oleh pasukan Israel setelah Perang Enam Hari.[5]
Pada September 1973, dalam sebuah KTT Gerakan Non-Blok yang diadakan di Aljazair, Kuba mengumumkan pada KTT tersebut bahwa mereka akan memutus hubungan diplomatik dengan Israel.[6] Pada Oktober 1973, Kuba membantu Mesir dan Suriah dalam Perang Yom Kippur melawan Israel dengan mengirim pasukan dan peralatan ke Suriah.[7] Setelah perang, hubungan antara Israel dan Kuba tak berdiri. Israel, sebagai sekutu Amerika Serikat, adalah satu-satunya negara lainnya sejak 1992 yang memilih untuk melakukan embargo terhadap Kuba.[5]