Angelologi adalah kajian ilmu spiritualitas yang secara khusus membahas mengenai wujud, hakikat dan peran dari keberadaan malaikat. Sejarah keilmuan angelologi telah dimulai dalam ajaran Zoroastrianisme. Angelologi juga dikenal sebagai salah satu ajaran pokok dalam agama Yahudi, Kekristenan dan Islam. Zoroastrianisme menjadikan angelologi dalam simbolisme cahaya dan kegelapan. Agama Yahudi melandasi angelologi berdasarkan perintah kedua dalam Sepuluh Perintah Allah. Kekristenan menjadikan angelologi sebagai salah satu doktrin teologi yang bersifat dogmatik. Sementara ajaran Islam menjadikan angelologi sebagai keilmuan tertinggi dalam ranah metafisika.
Beberapa literatur keagamaan yang membahas tentang angelologi ialah literatur Hekhalot, Perjanjian Lama, Wasiat Salomo, dan Al-Qur'an. Beberapa tokoh pemikir telah mengembangkan angelologi dengan menggabungkannya dengan pemikiran-pemikiran lain, misalnya Al-Farabi, Ibnu Sina dan Shihabuddin Suhrawardi. Sementara itu, para pendukung Agustianianisme bercorak Ibnu Sina menentang keberadaan malaikat dan menganggapnya merupakan manifestasi dari Tuhan itu sendiri.
Pada akhir abad ke-19, sebuah buku berjudul Limmudei Aẓ ilut yang ditulis oleh Israel Sarug (1590–1610) telah diterbitkan. Salah satu isinya menyebutkan sebuah alam tempat tinggal malaikat yang disebut Ber'iah.
Keilmuan
Angelologi adalah salah satu kajian ilmu tentang spiritualitas.[1] Segala hal tentang malaikat adalah objek kajian dalam angelologi.[2] Objek kajian dalam angelologi bersifat ideal dalam pemikiran manusia. Keberadaan objek angelologi berlawanan dengan kenyataan yang ada pada keberadaan objek-objek di alam. Angelologi tidak bersifat afinitas sama seperti matematika. Namun pada kajian filosofis angelologi, logika digunakan dalam pembentukan proses pemikirannya melalui beberapa premis awal. Kajian angelologi sama dengan matematika murni, keduanya tidak memerlukan bukti empiris, pengamatan maupun percobaan.[3]
Sudut pandang
Zoroastrianisme
Pemikiran angelologi telah berkembang di Persia dalam ajaran Zoroastrianisme pada masa pra-Islam. Perkembangannya bersamaan dengan pemikiran mengenai simbolisme cahaya dan kegelapan.[4] Angelologi dari Persia juga diperkirakan telah memengaruhi angelologi dalam agama Yahudi yang kemudian mempengaruhi pula angelologi dalam Kekristenan.[5] Pengaruh angelologi Persia diperkirakan oleh para ahli dapat ditemukan melalui penggambaran malaikat dan setan dalam Kitab Tobit bersama dengan demonologi.[6]
Agama Yahudi
Dalam agama Yahudi, bangsa Yahudi meyakini angelologi yang tidak memiliki bentuk artistik. Angelologi agama yahudi didasari oleh keengganan asketisme terhadap segala sesuatu yang memiliki keindahan. Ajaran ini didasari oleh perintah kedua dalam Sepuluh Perintah Allah yang disampaikan melalui perantaraan Musa. Keyakinan ini dilandasi pula oleh kondisi pendidikan dan literasi agama Yahudi di sinagoge yang telah berlangsung tanpa penambahan apapun sejak masa sebelum penghancuran Bait Allah pada abad ke-6 SM. Ajaran ini berkembang di kalangan Diaspora Yahudi.[7]
Perkembangan angelologi dalam agama Yahudi berlangsung hingga ke masa hidup Yesus. Malaikat telah digambarkan berada pada segala hal yang memiliki tenaga dari alam. Bangsa Yahudi telah meyakini bahwa malaikat berada di dalam angin, gemuruh, kilat dan hujan. Malaikat telah dpandang oleh bangsa Yahudi sebagai penjaga sehingga keberadaannya dapat pula ditemukan pada helai daun, rumput dan anak-anak.[8]
Kekristenan
Dalam doktrin Kekristenan, angelologi termasuk salah satu doktrin primitif yang selalu berkaitan dan berlawanan dengan demonologi.[9] Angelologi merupakan salah satu dari sepuluh kebenaran pokok dalam ajaran Kekristenan mengenai teologi sistematika dan menjadi tema-tema pokok dalam Alkitab.[10] Dalam teologi sistematika, angelologi merupakan doktrin tentang malaikat.[11] Sembilan kebenaran pokok lainnya ialah bibliologi, proper, antropologi, hamartologi, kristologi, oteriologi, pneumatologi, eklesiologi dan eskatologi. Sepanjang sejarah gereja, penyusunan kesepuluh doktrin ini memiliki urutan yang berbeda-beda sesuai jenis pendekatan penyusunan yang diterapkan oleh masyarakat Kekristenan.[12] Ada pula yang menyebutkan bahwa jumlah doktrin utama Kekristenan dalam teologi sistematik sebanyak dua belas dengan tetap memasukkan angelologi sebagai salah satu doktrinnya.[13]
Dalam teologi Kekristenan, angelologi selalu dibahas bersamaan dengan demonologi yang secara khusus mengkaji tentang iblis.[14] Teologi sistematik secara khusus mengkaji angelologi berkaitan dengan peran, hakikat dan hierarki yang terbentuk di antara para malaikat.[15] Angelologi yang merupakan bagian dari teologi sistematika merupakan pula bagian dari homiletika.[16]
Islam
Angelologi merupakan salah satu cabang keilmuan dalam ajaran Islam. Kedudukannya sebagai bagian dari ajaran Islam yang bersifat metafisika. Dalam Islam, metafisika menempati posisi tertinggi dalam kelompok keilmuan. Angelologi berada dalam kedudukan yang sama dengan ontologi, teologi, kosmologi, dan eskatologi Islam.[17]
Literatur
Literatur Hekhalot
Literatur Hekhalot merupakan sebuah perpustakaan kecil yang di dalamnya menyimpan sekitar dua lusin risalah. Risalah-risalah yang ada di dalamnya membahas tentang tulisan-tulisan esoterik Yahudi di Abad Kuno Akhir. Pembahasan utamanya ada dua, yaitu rahasia penciptaan dan rahasia alam ketuhanan yang dikenali sebagai mistisisme Merkabah. Literatur Hekhalot membagi topik pembahasannya menjadi empat bagian. Bagian pertama mengenai kosmologi dan kosmogoni. Pada bagian ini dijelaskan secara terperinci tentang proses penciptaan dan cara Tuhan mengatur alam semesta. Bagian ini juga menjelaskan mengenai struktur surga dan neraka disertai dengan beberapa diskusi astronomi. Perincian terlengkap pada bagian pertama terdapat pada karya sastra berjudul Seder Rabba de-Bereshit (Penjelasan lengkap tentang Kejadian).[18]
Bagian kedua Literatur Hekhalot membahas tentang sihir.[18] Pada bagian kedua, terdapat direktori Yahudi Kuno yang membahas penyusunan sihir dengan penjelasan yang rumit. Direktori ini berjudul Harba de-Moshe (Pedang Musa). Selain itu terdapat daftar ratusan mantra dan prosedur sihir. Bagian kedua juga memuat pengetahuan mengenai pengobatan medis hingga ramuan cinta serta kemampuan untuk berjalan di atas air. Pembahasan sihir seluruhnya dibahas dalam sebuah risalah berjudul Sefer ha-Razim (Kitab Rahasia).[19]
Bagian ketiga Literatur Hekhalot membahas tentang kereta perang dalam Kitab Yehezkiel beserta dengan ciri fisiknya. Pada bagian ketiga juga dibahas mengenai tempat tinggal Allah yang disebutkan pada bagian-bagian alkitabiah lainnya. Salah satunya membahas mengenai pembayangan tujuh kereta oleh Yehezkiel melalui pantulan perairan sungai Kvar yang dikisahkan dalam risalah berjudul Reuyot Yehezkel (Penglihatan Yehezkiel). Bagian keempat Literatur Hekhalot secara khusus membahas mengenai angelologi yang menyebutkan nama dan tugas malaikat secara terperinci. Pada bagian keempat juga disebutkan nama-nama malaikat agung dan nama-nama rahasia Tuhan.[19]
Perjanjian Lama
Isyarat tentang malaikat sebagai suatu rombongan bagi Allah disebutkan dalam Perjanjian Lama mulai dari Kejadian 6:1–4 dan Kejadian 28:12 dengan istilah Bani Allah. Sementara pada Kejadian 32:2, malaikat diisyaratkan dengan istilah bala tentara Allah.[20] Dalam Kitab Kejadian, angelologi dikaitkan dengan pembahasan mengenai ketidaksempurnaan manusia. Sifat ketidaksempurnaan ini merupakan akibat dari keterpisahan manusia dari Allah. Keterpisahan manusia berkaitan dengan angelologi dari segi hubungan rohani.[21]
Selain dalam Kitab Kejadian, sifat-sifat dan kedudukan malaikat juga dibahas dalam berbagai bab dalam Perjanjian Lama seperti 1 Raja-Raja 22: 19–22, Yesaya 6:2–7, Yehezkiel 1:5–24, Ayub 1:6 dan Ayub 2:1, Mazmur 82:1 dan Mazmur 89:7, serta pada Kitab Ulangan 33:2. Dalam 1 Raja-Raja 22 dijelaskan tentang keberadaan bala tentara Allah di Surga yang menjadi rombongan dengan Allah berada di tengahnya. Dalam Yesaya 6:2–7 dan Yehezkiel 1:5–24 menyebutkan peran malaikat sebagai pemikul takhta. Dalam Ayub 1:6 dan 2:1 disebutkan kedudukan bani Allah sebagai dewan pertimbangan agung dengan setan sebagai salah satu anggotanya. Sementara Mazmur 82:1, Mazmur 89:7, dan Ulangan 33:2 menyebutkan tentang puluahn ribu orang kudus. Jumlah malaikat juga dinyatakan dalam Daniel 7:10 dengan penegasan bahwa jumlahnya selalu jamak dan sangat banyak.[20]
Tugas malaikat dijelaskan dalam Ayub 4:18, Mazmur 104:4 dan Zakharia 6:5 yaitu hanya melayani dan memenuhi perintah Allah dan tidak memiliki kepentingan sendiri. Malaikat dalam Mazmur 68:18 dan Mazmur 68:31 disifati tidak memiliki kekuasaan mandiri di sisi Allah karena perannya sebagai tentara Allah. Ajaran-ajaran angelologi dalam Perjanjian Lama dibahas secara lengkap dalam Kitab Daniel. Ini ditandai dengan penyebutan dua nama malaikat, yaitu Mikhael dan Gabriel. Nama Mikahel disebutkan dalam Daniel 10:13, Daniel 10:21 dan Daniel 12:1. Sedangkan nama Gabriel disebutkan dalam Daniel 8:16 dan Daniel 9:21.[20]
Angelologi juga dapat ditemukan dalam tulisan Kitab Mazmur pada literatur yang terletak di Qumran. Dalam literatur ini, kedudukan malaikat digambarkan lebih tinggi dibandingkan dengan anak manusia yang dikenali sebagai Kristus.[22]
Perjanjian Baru
Angelologi di dalam Perjanjian Baru tidak sebanyak angelologi di dalam Perjanjian Lama. Namun di dalam Perjanjian Baru, pewahyuan tentang Tuhan telah menghasilkan angelologi yang sangat berkembang.[23]
Al-Qur'an
Angelologi menjadi salah satu kajian dalam Islam. Pembahasannya bersumber dan didasari oleh Al-Qur'an. Peran Al-Qur'an dalam kajian ini sebagai sumber otentik atas ajaran Islam.[24] Angelologi tidak dapat dipisahkan dalam kosmologi Islam. Karena keberadaan malaikat menjadi teladan ideal bagi manusia dalam menjalani kehidupannya di Bumi.[25]
Wasiat Salomo
Wasiat Salomo merupakan sebuah buku yang membahas angelologi dan demonologi secara bersamaan dalam konteks agama Yahudi. Fokus utama isinya ialah malaikat dan roh-roh jahat. Di dalam Wasiat Salomo terdapat cara untuk memanggil para malaikat secara magis. Bangsa Yahudi dan penganut Kekristenan pada masa awal meyakini bahwa Wasiat Salomo menjelaskan mengenai Kitab Kebijaksanaan Salomo. Kebijaksanaanya meluas hingga mampu mengendalikan roh-roh jahat dengan meminta bantuan dari para malaikat. Bantuan ini juga membuat pengaruh iblis yang kejam dan jahat menjadi hilang dan Salomo dapat mengendalikan setan. Kendali ini membuat Salomo mampu menyelesaikan pembangunan Bait Allah. Di dalam Wasiat Salomo disebutkan bahwa Salomo dengan bantuan malaikat menempelkan nama-nama iblis dan jenis kejahatan yang mereka kerjakan untuk mengendalikan iblis. Namun dalam Wasiat Salomo, penyebutan resep magis tidak ditujukan untuk berdoa kepada Yahweh, melainkan kepada perantara-Nya yaitu malaikat.[26]
Tokoh pengembang pemikiran
Al-Farabi
Al-Farabi mengemukakan bahwa malaikat adalah salah satu wujud dalam alam ruhani. Malaikat menurut Al-Farabi memiliki substansi yang bersifat rasional tetapi sederhana. Dalam pandangan Al-Farabi, malaikat memiliki bentuk yang bersifat abstrak tetapi terbebas dari alam materi. Selain itu, menurutnya malaikat itu mampu mengetahui sesuatu secara aktual. Al-Farabi mengemukakan angelologi dengan menjadikan malaikat sebagai orbit yang bersifat ruhani tetapi dapat menggerakkan orbit yang bersifat jasmani.[27]
Ibnu Sina
Ibnu Sina mengembangkan pemikiran metafisika yang meliputi teologi, kosmologi dan angelologi. Metafisika yang dikembangkan Ibnu Sina memadukan antara pemikiran Aristoteles dan gagasan emanasi dalam neoplatonisme.[28] Ia mengemukakan pemikiran mengenai suatu proses ketunggalan yang dapat menjadi suatu keragaman. Ketunggalan ini ialah Tuhan yang menghasilkan keragaman yang dinamakan malaikat. Dalam pandangan Ibnu Sina, malaikat mengambil peran dalam proses penciptaan alam semesta. Namun peran ini masih dalam posisi malaikat sebagai makhluk yang memiliki kebergantungan kepada Tuhan.[29]
Angelologi Ibnu Sina merupakan bagian dari perubahan diskusi metafisika menjadi diskusi teologi atau perubahan dari teologi kontemplatif menjadi teologi rasionalistik. Ibnu Sina meyakini adanya agen spiritual yang merupakan penghuni alam semesta. Pandangan ini merupakan dasar dari agama di dunia. Wujud agen spiritual ini adalah malaikat. Keberadaan malaikat merupakan sebuah kenyataan dan merupakan suatu kesatuan dengan kenyataan kosmos.[30]
Angelologi Ibnu Sina dituliskan dikemukakan dalam Hayy ibn Yaqzhan. Buku ini merupakan penjelasan mengenai filsafat pendidikan yang diyakini oleh Ibnu Sina sebagai guru.[31]
Shihabuddin Suhrawardi
Shihabuddin Suhrawardi telah memperkenalkan kembali angelologi bersama dengan ajaran kosmologi dalam Zoroastrianisme. Dengan penggabungan ini, Suhrawardi mengembangkan makrifat Islam dan mendirikan mazhab pemikiran iluminasi yang dikenal sebagai Isyraqi.[32] Sufisme yang dikembangkan oleh Suhrawardi berlandaskan atas hasil penggabungan antara beberapa mazhab filsafat. Mazhab-mazhab yang digabungkan ialah angelologi zoroasterian. filsafat Platonian, filsafat Aristotelian dan pemikiran-pemikiran Hermetisisme. Penggabungan mazhab filsafat ini dilakukan oleh Suhrawardi dengan memanfaatkan kearifan Isyraqi.[33] Dalam kearifan ini, digabungkan antara pemikiran pra-diskursif purba yang mengandalkan intuisi, dengan sikap zuhud dan pembersihan rohani untuk memperoleh kebenaran.[34]
Angelologi zoroasterian dan simbolisme cahaya dan kegelapan, telah menjadi doktrin yang mempengaruhi Suhrawardi dengan tingkatan yang sama dengan ajaran Hermes Trismegistus. Suhrawardi juga menyamakan tingkatan angelologi zoroasterian dengan pemikiran filsuf Yunani sebelum Aristoteles utamanya Plato dan Phythagoras.[35] Dalam angelologi yang dikemukakan oleh Suhrawardi terdapat entitas-entitas mistik yang memiliki hierarki.[36]
Thomas Aquinas
Thomas Aquinas berhasil menyeimbangkan angelologi yang berasal dari Perjanjian Lama dengan angelologi dalam eklektisisme Pseudo-Dionysius. Ia membuat angelologi ideal dengan menggabungkan transendensi dalam Perjanjian Lama dan imanensi dalam Pseudo-Dionysius. Dari hasil penggabungan ini, Aquinas menetapkan sebuah hal imajinatif yang membedakan antara makhluk agung dengan makluk dunia.[37]
Penolakan
Pada abad pertengahan, angelologi mengalami penurunan kepercayaan akan otoritas di Eropa. Keyakinan akan adanya malaikat menurun setelah terjadinya wabah di Eropa. Malaikat dianggap tidak mampu untuk mengatasi wabah yang melanda Eropa kala Abad Pertengahan.[38]
Agustianianisme bercorak Ibnu Sina
Angelologi yang dikemukakan oleh Dionysius mengalami perkembangan pemikiran bersama dengan kosmologi Kekristenan dan Agustianianisme pada Abad Pertengahan Awal. Pada abad ke-11 M, ketiga pemikiran ini mulai mempengaruhi pembelajaran dalam dunia Islam. Ketiga pemikiran ini dilandasi oleh gabungan pemikiran Platonisme, Pythagoreanisme dan Hermetisisme.[39] Alam semesta tidak lagi dianggap manifestasi dari Tuhan, melainkan manifestasi dari malaikat. Dalam anggapan ini, alam semesta menjadi makhluk rohani yang keberadaannya di langit. Kedudukan alam semesta menjadi bagian dari alam langit.[40]
Penentangan atas angelologi telah dikemukakan melalui William dari Auvergne dan para tokoh lain yang berpaham Agustianianisme bercorak Ibnu Sina. Pada pandangan ini, malaikat pemberi iluminasi dalam pemikiran Ibnu Sina dikenali sebagai Tuhan itu sendiri. Doktrin Agustianianisme bercorak Ibnu Sina menghilangkan keniscayaan adanya malaikat dalam kosmos. Para pendukung Augustianisme ini meyakini bahwa malaikat tidak mengambil peran penting dalam kosmologi maupun noetik.[41]
Ber'iah adalah alam malaikat yang digambarkan dalam buku Limmudei Aẓ ilut hasil karangan Israel Sarug (1590–1610) yang diterbitkan pada tahun 1897 dengan judul Ḥayyim Vital. Israel Sarug adalah murid dari Isaac Luria yang mengajarkan kabala mengenai Solomon pada awal abad ke-17 M di Kraków, Polandia. Pembahasan mengenai Ber'iah dikemukakan oleh Israel Sarug bersamaan dengan pembahasan mengenai emanasi ilahi yang disebut Aẓ ilut.[43]
^Black, Jonathan (Mei 2015). Sejarah Dunia yang Disembunyikan. Diterjemahkan oleh Soekato, I. B., dan Toha, A. Tangerang Selatan: Pustaka Alvabet. hlm. 1. ISBN978-602-9193-67-1.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Banyak nama: translators list (link)
^Schreiter, Robert J. (2006). Rancang Bangun Teologi Lokal [Constructing Local Theology]. Diterjemahkan oleh Suleeman, Stephen. Jakarta: Gunung Mulia. hlm. 251. ISBN979-415-508-X.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Susanto, Deri (April 2023). Nasution, Bincar, ed. Sosiologi Agama Max Weber. PT Inovasi Pratama Internasional. hlm. 176.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Barclay, William (2009). Pemahaman Alkitab Setiap Hari [The Daily Studiy Bible: The Gospel of Matthew Volume II]. Diterjemahkan oleh Suleeman, Ferdinand. Jakarta: Gunung Mulia. hlm. 286. ISBN978-979-687-236-7.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Grant, R. M., dan Tracy, D. (2000). Sejarah Singkat Penafsiran Alkitab. Diterjemahkan oleh Maleakhi, Agustinus. Jakarta: Gunung Mulia. hlm. 32. ISBN979-415-756-2.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
^Adhha, N., dan Kamaluddin, S. H. (September 2022). Elsafrediniya, Q. A., dan Kuniawan, A., ed. Agama dan Etika Islam(PDF). Bantul dan Bojonegoro: Penerbit KBM Indonesia. hlm. 271–272. ISBN978-623-499-019-5.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
^Nasr, Seyyed Hossein (Juni 2022). Farisi, Ahmad, ed. Doktrin-Doktrin Kosmologi Islam. Diterjemahkan oleh Muhibbuddin, Muhammad. Yogyakarta: IRCiSoD. hlm. 341. ISBN978-623-5348-00-1.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Mansuldrin, Muhammad Iqbal (Oktober 2014). Untuk Apa Belajar Filsafat Islam:. Bandung: CV. Rasi Terbit. hlm. 34–35.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Nasr, Seyyed Hossein (Desember 2021). Iyubenu, Edi AH, ed. Antara Tuhan, Manusia dan Alam [The Encounter Man and Nature]. Diterjemahkan oleh Zaman, Ali Noer. Yogyakarta: IRCiSoD. hlm. 102. ISBN978-623-6166-75-8.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Nasr, Seyyed Hossein (Januari 2020). Kaha, Wahyudi, ed. Tasawuf: Dulu dan Sekarang [Living Sufism]. Diterjemahkan oleh Hadi W.M., Abdul. Yogyakarta: IRCiSoD. hlm. 267. ISBN978-602-7696-97-6.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^O'Sullivan, Edmund (2007). Pembelajaran Transformatif: Wawasan Pendidikan Abad Ke-21 [Transformative Learning: Educational Vision for the 21st Century]. Diterjemahkan oleh Ayub, Azman. Kuala Lumpur: Institute Terjemahan Negara Malaysia Terhad. hlm. 92.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Nasr, Seyyed Hossein (Januari 2020). Fakih, Muhammad Ali, ed. Tiga Mazhab Utama Filsafat Islam [Tree Muslim Sages: Avicenna–Suhrawardi–Ibn Arabi]. Diterjemahkan oleh Syamsuddin, Ach. Maimun. IRCiSoD. hlm. 97. ISBN978-602-7696-92-1.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Apple, T. G., Titzel, J. M., dan Rupp, W., ed. (1895). The Reformer Quarterly Review. Reformed Church Publication House. hlm. 230.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Banyak nama: editors list (link)