The Ritz Hotel, London
The Ritz London adalah sebuah hotel bintang lima cagar budaya yang terletak di Piccadilly, London, Inggris. Hotel ini adalah salah satu hotel paling bergengsi dan paling terkenal di dunia.[2] Hotel ini merupakan anggota dari konsorsium internasional The Leading Hotels of the World. Sepanjang sejarahnya, hotel ini telah terasosiasi dengan kemewahan dan keanggunan, bahkan kata "ritzy" telah masuk dalam bahasa Inggris untuk menjelaskan sesuatu yang bergaya, mewah, atau modi.[3][4][5][6] Hotel ini dibuka oleh manajer hotel asal Swiss, César Ritz pada bulan Mei 1906, delapan tahun setelah mendirikan Hôtel Ritz Paris. Hotel ini mulai populer pada akhir Perang Dunia I, terutama di kalangan politisi, sosialita, penulis, dan aktor pada saat itu. David Lloyd George mengadakan sejumlah pertemuan rahasia di hotel ini pada paruh kedua dari perang, dan di hotel inilah, ia memutuskan untuk mengintervensi atas nama Yunani untuk melawan Turki. Noël Coward pun terlihat beberapa kali makan malam di hotel ini pada dekade 1920-an dan 1930-an. Dimiliki oleh keluarga Bracewell-Smith hingga tahun 1976, The Ellerman Group of Companies membeli hotel ini dengan harga £80 juta dari Trafalgar House pada bulan Oktober 1995. Ellerman pun menghabiskan delapan tahun dan £40 juta untuk memperbaiki hotel ini. Pada tahun 2002, hotel ini menjadi hotel pertama yang menerima gelar kontraktor kerajaan dari Pangeran Wales sebagai penyedia jasa banket dan katering. Pada bulan Maret 2020, hotel ini dijual ke seorang investor asal Qatar.[1] Secara struktural dan visual, eksterior hotel ini bergaya Prancis-Amerika dengan sedikit arsitektur Inggris, dan sangat terpengaruh oleh tradisi arsitektur Paris. Fasad hotel ini di sisi Piccadilly sepanjang sekitar 231 kaki (70 m), di sisi Arlington Street sepanjang sekitar 115 kaki (35 m), dan di sisi Green Park sepanjang sekitar 87 kaki (27 m). Di sudut atap pavilun dari hotel ini, dipasang emblem hotel ini, yakni seekor singa besar yang terbuat dari tembaga berwarna hijau. Hotel ini memiliki 111 kamar dan 25 suite. The Ritz Club, yang dimiliki oleh pemilik hotel ini sejak tahun 1998, adalah sebuah kasino yang terletak di ruang bawah tanah hotel ini, menempati ruang yang sebelumnya digunakan oleh Ritz Bar and Grill. Kasino tersebut menawarkan roulette, black jack, baccarat, dan poker, serta sejumlah mesin slot. Interior hotel ini terutama dirancang oleh perancang asal London dan Paris dengan gaya Louis XVI. Penulis Marcus Binney mendeskripsikan suite di lantai dasar hotel ini sebagai "salah satu mahakarya arsitektur hotel" dan membandingkannya dengan istana kerajaan, karena dilengkapi dengan "pemandangan megah, proporsi tinggi, dan lampu gantung berkilau". Fasilitas paling terkenal di hotel ini adalah Palm Court, yang menjadi tempat penyelenggaraan "Tea at the Ritz". Palm Court adalah sebuah ruang bergaya Louis XVI berwarna krem yang didekorasi dengan mewah dan dilengkapi cermin berpanel dalam bingkai berbahan perunggu keemasan. Hotel ini memiliki enam ruang makan malam pribadi, Marie Antoinette Suite, dengan panelnya, dan ruang di dalam bangunan cagar budaya William Kent House. Rivoli Bar, yang dibangun dengan gaya Art Deco, dirancang pada tahun 2001 oleh perancang interior Tessa Kennedy, untuk menyamai bar di Orient Express. SejarahKonstruksi dan awal mulaManajer hotel asal Swiss, César Ritz, mantan manajer Savoy Hotel, membuka hotel ini pada tanggal 25 Mei 1906. Hotel ini dibangun di bekas lokasi Old White Horse Cellar, yang pada tahun 1805 merupakan salah satu penginapan kereta kuda paling terkenal di Inggris.[7] Pendukung keuangan dari hotel ini pun merasa bahwa mereka telah berinvestasi pada salah satu lokasi paling premium di London.[8] Mereka mulai bernegosiasi pada tahun 1901,[9] dan menyelesaikan transaksi untuk juga menyewa Walsingham House Hotel dan Bath Hotel dengan harga £250.000 pada tahun 1902.[8] Penghancuran kedua hotel tersebut pun dimulai pada tahun 1904.[10] Bangunan hotel ini bergaya neoklasik dengan gaya Louis XVI, dibangun selama Belle Époque untuk menyerupai blok apartemen bergaya Paris, di atas pertokoan yang sengaja dimiripkan dengan Rue de Rivoli. Arsitek hotel ini adalah Charles Mewès, yang sebelumnya telah merancang Hôtel Ritz Paris, dan Arthur Davis, serta berkolaborasi dengan insinyur asal Swedia, Sven Bylander. Hotel ini merupakan salah satu struktur berbingkai baja pertama di London, dengan ekstensi Savoy Hotel yang dibangun pada tahun 1903-04 menjadi yang pertama di London.[11] Sejumlah bahan yang digunakan dalam konstruksi hotel ini dibuat di Amerika Serikat.[12] Biaya menginap pada kelas suite bervariasi dari 1 1/2 guinea hingga 3 1/2 guinea. Setelah dibuka, perselisihan antara hotel ini dan Lord Wimbourne, seorang pengusaha baja yang tinggal di sebelahnya, di Wimbourne House, berlangsung selama beberapa tahun mengenai tanah. Sejumlah masyarakat juga khawatir mengenai bangunan hotel ini dan dampak yang dapat ditimbulkannya untuk kesehatan.[13][a] Saat hotel ini masih dalam proses konstruksi, serangkaian pagelaran pun menunjukkan kebutuhan akan adanya hotel mewah baru di London. Sebuah berita di Daily Mail pada tanggal 3 Juni 1905 memberitakan bahwa Derby Week dan puncak musim liburan, membuat akomodasi hotel hampir mustahil untuk dicari. Savoy telah menolak pemesanan, sementara Istana Buckingham mengubah ruang kantor menjadi ruang menginap untuk para pengunjung. Diperkirakan ada sekitar 2.500 orang yang memerlukan kamar hotel saat Raja Spanyol berkunjung ke Britania Raya.[16] Walaupun pembukaan Savoy telah membawa perubahan mengenai bagaimana hotel menyediakan layanan untuk tamunya, Ritz bertekad bahwa hotelnya di London akan mengalahkan kompetitornya itu dalam hal layanan.[b] Ritz memasang dua tangki berlapis timah besar di atapnya untuk menyediakan aliran air panas dan dingin yang stabil. Kamar mandi hotel ini juga dilengkapi dengan gantungan handuk hangat. Tiap kamar di hotel ini pun dilengkapi dengan tungku api.[18] Ritz juga tidak menggunakan lemari yang berdiri bebas, karena takut debu menempel di lemari tersebut. Ritz pun meletakkan lemari cangkir di dalam tembok kamar, dengan pintu lemari cangkir tersebut disesuaikan dengan tembok kamar.[19] Ide Ritz mengenai kebersihan dan higienitas membuatnya mengecat semua kamar dengan warna putih dan semua tempat tidur terbuat dari kuningan, bukan kayu, untuk alasan yang sama.[20] Kesehatan César Ritz menurun setelah pingsan pada tahun 1902 di Carlton, namun ia merasa cukup sehat untuk melanjutkan aktivitasnya dalam merencanakan acara makan malam dalam rangka pembukaan hotel ini pada tanggal 24 Mei 1906. Tidak seperti pembukaan Ritz Paris, yang telah mengundang masyarakat umum, sebagian besar orang yang diundang pada pembukaan hotel ini adalah anggota pers nasional dan internasional. Koran besar asal Britania Raya seperti Daily Mail, Daily Mirror, dan The Daily Telegraph pun diundang di makan malam tersebut bersama sejumlah koran lain seperti Berliner Tageblatt, The Sydney Morning Herald, dan The New York Times. Daftar tamu Ritz juga meliputi insinyur dan arsitek dari hotel ini, serta staf kunci dari hotel ini beserta istrinya.[21] Laba hotel ini tidak terlalu besar pada tahun pertamanya, bahkan lebih kecil dari sejumlah hotel baru lain yang juga dibuka pada saat itu. Hotel ini awalnya tidak terlalu modis, dan dibenci oleh sejumlah kalangan kelas atas asal London yang menganggap hotel ini cukup vulgar.[22][c] Hotel ini mencetak laba sebesar £3628 pada tahun 1908, seribu poundsterling lebih sedikit daripada setahun sebelumnya, dan hotel ini merugi lebih dari £50.000 antara 15 Mei 1906 dan 31 Juli 1908, sehingga mengarah pada penggantian manajer Elles dengan Theodore Kroell dan penunjukan Charles Van Gyzelen sebagai manajer restoran.[23][d] Hotel ini mengalami kerugian saat meninggalnya Raja Edward pada tahun 1910, karena 38 makan malam dan fungsi dibatalkan. Hotel ini mulai berkembang setahun kemudian, karena Pangeran Wales rutin makan malam di hotel ini. Raja Edward terutama sangat suka dengan kue yang dibuat di hotel ini. Hotel inipun secara rutin mengirim kue kepada Raja Edward, namun dirahasiakan karena koki Raja Edward tidak ingin makanan yang tidak ia buat sendiri disajikan di Istana Buckingham.[24][e] Ritz mengendalikan operasi hotel ini selama beberapa tahun. Ia pun mempekerjakan koki Auguste Escoffier guna menyediakan adiboga untuk menyamai kemewahan dekorasi hotel. Ia menempatkan sebuah lonceng khusus di pintu masuk, sehingga penjaga pintu dapat memberi tahu staf lain mengenai kedatangan tamu dari kerajaan. Hingga tahun 1929, arsitektur hotel ini masih sangat dipuji. Profesor Charles Reilly yang menulis tentang hotel ini di majalah Building pada tahun 1929, pun menyebut hotel ini sebagai "struktur modern paling baik" di kawasannya, dengan "keanggunan bentuk umum".[26] Kelas atasPada tanggal 4 Agustus 1914, calon suami Lady Diana Cooper, Duff Cooper, yang pada saat itu masih bekerja di Departemen Luar Negeri, makan malam di hotel ini bersama Earl of Essex dan istrinya, Adele Capell (née Grant), serta Patrick Shaw-Stewart, dan kemudian mengumumkan bahwa Perang Dunia I telah dimulai. Sebelum perang dimulai, kedutaan besar Jerman dan Austria memiliki meja di Ritz Restaurant.[27] Hotel inipun menderita selama perang, dan merugi hampir £50.000 pada tahun 1915 saja. Ballroom hotel ini pun kosong dan lampunya dimatikan pada jam 10 malam, namun kamar-kamar hotel ini masih diminati dan manajer hotel ini percaya bahwa kamar-kamarnya masih layak dibuka untuk umum.[28] Sosialita seperti Putri Cynthia Asquith, menantu H. H. Asquith dan Lord Basil Blackwood menulis di buku hariannya bahwa ia pernah makan malam di hotel ini pada musim semi tahun 1916. Setahun kemudian, ia mengadakan sebuah pesta makan malam mewah yang dihadiri oleh Osbert Sitwell, Gilbert Russell, Maud Nelke, dan Clare Tennant. Pada bulan September 1917, sebuah selongsong meledak di Green Park di dekat hotel ini, dan menurut Lord Ivor Churchill, ledakan tersebut merusak semua jendela Wimbourne House.[29] David Lloyd George mengadakan sejumlah pertemuan rahasia di hotel ini selama paruh kedua dari perang. Pertemuan tersebut diadakan oleh Sir Basil Zaharoff, dan di hotel inilah, David Lloyd George memutuskan mengintervensi atas nama Yunani untuk melawan Turki.[29] Adipati Marlborough pun bercerita bahwa, "Saya makan siang di Ritz. Semua kelas sosial ada di sana, harganya pun menjadi murah. Semua wanita ada di sana mulai dari M. Paget hingga tart terbaru."[30] Saat diminta untuk merangkum hotel di London pada awal dekade 1920-an, Barbara Cartland menyatakan bahwa "The Ritz terkenal akan sesak dan standarnya, sementara Carlton untuk pebisnis, sedangkan Savoy agak cepat, dan beberapa yang lain terus terang memalukan, sementara Berkeley adalah tempat untuk anak muda, di mana Anda dapat menari semalaman dengan biaya sepuluh shilling".[31] Pada tahun 1921, Bonvin, manajer hotel ini, meninggal, dan digantikan oleh J.S. Walters. Walters adalah seorang "penjual yang tidak kenal lelah" dalam mempromosikan hotel ini, terutama di Eropa, dan memamerkan hotel ini di Tatler pada saat hal tersebut belum populer.[32] ReferensiCatatan
Kutipan
Bibliografi
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai The Ritz London. |