Unilever
Unilever (LSE: ULVR; NYSE: UN; NYSE: UL; Euronext: UNA) adalah perusahaan multinasional yang berkantor pusat di London, Inggris. Unilever memproduksi makanan, minuman, pembersih, dan juga perawatan tubuh. Unilever adalah produsen barang rumah tangga terbesar ketiga di dunia, jika didasarkan pada besarnya pendapatan pada tahun 2012, di belakang P&G dan Nestlé.[5] Unilever juga merupakan produsen olesan makanan (seperti margarin) terbesar di dunia.[6] Unilever adalah salah satu perusahaan paling tua di dunia yang masih beroperasi, dan saat ini menjual produknya ke lebih dari 190 negara.[7] Unilever memiliki lebih dari 400 merek dagang, dengan 14 merek diantaranya memiliki total penjualan lebih dari £1 milliar, yakni: Axe, Dove, Omo, Becel, Heartbrand, Hellmann's, Knorr, Lipton, Lux, Magnum, Rama, Rexona, Sunsilk dan Surf.[7] Unilever N.V. dan Unilever PLC, beroperasi di bawah satu nama dan dipimpin oleh dewan direksi yang sama. Unilever dibagi menjadi empat divisi utama, yakni Makanan, Minuman dan Es Krim, Perawatan Rumah Tangga, dan Perawatan Tubuh. Unilever memiliki pusat riset dan pengembangan di Inggris, Belanda, Tiongkok, India, dan Amerika Serikat.[8] Unilever didirikan pada tahun 1930 sebagai hasil penggabungan dari produsen margarin asal Belanda, Margarine Unie dan produsen sabun asal Inggris, Lever Brothers. Selama paruh kedua dari abad ke-20, Unilever secara signifikan berdiversifikasi ke berbagai bidang bisnis dan juga berekspansi ke berbagai negara. Unilever juga membuat beberapa upaya akuisisi, termasuk Lipton (1971), Brooke Bond (1984), Chesebrough-Ponds (1987), Best Foods dan Ben & Jerry's (2000), serta Alberto-Culver (2010). Pada dekade 2010an, di bawah kepemimpinan Paul Polman, Unilever secara perlahan menggeser fokus bisnisnya ke bisnis kesehatan dan kecantikan, dari yang sebelumnya ke bisnis makanan, yang menunjukkan tren perlambatan pertumbuhan.[6] Unilever N.V. resmi tercatat publik di Bursa Efek Indonesia, New York Stock Exchange, Euronext Amsterdam, London Stock Exchange dan juga merupakan komponen Indeks AEX, Indeks FTSE 100, Euro Stoxx 50 sebagai papan utama.[9] Pemegang sahamUnilever N.V. resmi mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia, New York Stock Exchange, Euronext Amsterdam, London Stock Exchange dan juga merupakan komponen Indeks AEX, Indeks FTSE 100, Euro Stoxx 50. Sejarah1920an–1930anPada tahun 1922, Lever Brothers mengakuisisi Mac Fisheries, pemilik merek T. Wall & Sons.[10] Pada bulan September 1929, Unilever pun dibentuk dari penggabungan antara produsen sabun asal Inggris Lever Brothers dan produsen margarin asal Belanda, Margarine Unie.[11] Penggabungan ini sangatlah masuk akal, mengingat sabun dan margarin sama-sama berbahan baku minyak sawit, sehingga proses impor minyak sawit dari Afrika dapat berjalan lebih efisien. 1930an–1940anPada dekade 1930an, bisnis Unilever mulai tumbuh. Unilever pun mulai mengakuisisi perusahaan lain.[12] Pada tahun 1943, Unilever mengakuisisi saham mayoritas di Frosted Foods (pemilik merek Birds Eye) dan Batchelors Peas.[10][13] Pada tahun 1944, Unilever juga mengakuisisi Pepsodent.[13] Setelah tahun 1945, beberapa bisnis Unilever menunjukkan tren penurunan penjualan,[1] sehingga Unilever mulai melepas beberapa anak usahanya.[1] 1950an–1960anPada tahun 1954, Sunsilk diluncurkan di Inggris.[14] Pada tahun 1957, Dove pun diluncurkan di Amerika Serikat.[14] Pada tahun yang sama, Unilever mengambil alih semua saham di Frosted Foods, yang lalu diganti namanya menjadi Birds Eye.[15] Pada tahun 1961, Unilever mengakuisisi Good Humor.[16] Hingga pertengahan dekade 1960an, produk sabun dan lemak masih dapat menyumbang setengah dari seluruh keuntungan Unilever.[10] Walaupun begitu, meningkatnya kompetisi dari Procter & Gamble membuat Unilever memutuskan untuk berdiversifikasi.[10] Pada tahun 1971, Unilever mengakuisisi Lipton Ltd dari Allied Suppliers.[10] Pada tahun 1978, National Starch juga diakuisisi dengan harga $487 juta.[17] 1970an–1980anHingga akhir dekade 1970an, melalui serangkaian akuisisi, Unilever berhasil menguasai 30% pangsa pasar es krim di Eropa Barat.[10] Pada tahun 1982, Unilever memutuskan untuk lebih berfokus ke bisnis barang rumah tangga.[18] Pada tahun 1984, Unilever mengakuisisi Brooke Bond (produsen teh PG Tips) seharga £390 juta.[10] Pada tahun 1986, Unilever memperkuat posisinya di bisnis perawatan kulit dengan mengakuisisi Chesebrough-Ponds (gabungan dari Chesebrough Manufacturing dan Pond's Creams), produsen dari Ragú, Pond's, Aqua-Net, Cutex, dan Vaseline.[18] Pada tahun 1989, Unilever membeli Calvin Klein Cosmetics, Fabergé, dan Elizabeth Arden, tetapi Elizabeth Arden dijual ke FFI Fragrances pada tahun 2000.[19] 1990anDivisi Amerika Serikat Unilever tetap memakai nama Lever Brothers hingga dekade 1990an, saat namanya diganti sesuai nama induknya. Divisi Amerika Serikat berkantor pusat di New Jersey. Pada tahun 1993, Unilever mengakuisisi Breyers dari Philip Morris. Akuisisi ini pun membuat Unilever menjadi produsen es krim terbesar di Amerika Serikat.[20] Pada tahun 1996, Unilever menggabungkan operasi Elida Gibbs dan Lever Brothers di Inggris.[21] Unilever juga membeli Helene Curtis, sehingga secara signifikan meningkatkan kehadirannya di pasar sampo dan deodoran Amerika Serikat.[19] Pada tahun 1997, Unilever menjual National Starch & Chemical, Quest, Unichema dan Crosfield ke Akzo seharga £4.9 milliar.[22] 2000anPada awal bulan April 2000, Unilever membeli Ben & Jerry's dan Slim Fast seharga £1,63 milliar.[22] Pada tahun yang sama, Unilever juga mengakusisi Best Foods seharga £13,4 milliar.[22] Akuisisi ini pun meningkatkan kehadiran Unilever di Amerika Serikat, dan menambah merek seperti Knorr dan Hellmann's ke jajaran produk Unilever.[22] Sebagai konsekuensi dari akuisisi ini, Unilever pun harus menjual merek Oxo, Royco dan Batchelors.[22] Pada tahun 2001, Unilever dipisah menjadi dua divisi, yakni Divisi Makanan serta Divisi Perawatan Rumah Tangga dan Tubuh.[22] Pada bulan September 2002, Unilever menjual Loders Croklaan, seharga RM814 juta ke IOI Corporation, sebuah perusahaan minyak sawit asal Malaysia. Pada tahun yang sama, Unilever juga menjual merek Mazola, Argo & Kingsfords, Karo, Golden Griddle, dan Henri’s, dan beberapa merek lain ke ACH Food Companies, anak usaha dari Associated British Foods.[23][24] Pada bulan Mei 2007, Unilever menjadi perusahaan besar pertama yang berkomitmen untuk memanen teh dengan cara yang lebih ramah lingkungan,[25] dengan menyewa Rainforest Alliance, sebuah lembaga pemerhati lingkungan untuk mensertifikasi kebun tehnya di Afrika Timur dan juga pemasok tehnya di seluruh dunia.[26] Unilever bertekad untuk menjual teh bersertifikat dengan merek Lipton dan PG Tips di Eropa Barat mulai tahun 2010, dan lalu akan dijual ke seluruh dunia mulai tahun 2015.[27] Pada bulan September 2009, Unilever setuju untuk mengakuisisi divisi perawatan tubuh dari Sara Lee Corporation, termasuk merek Radox, Badedas dan Duschdas. Akuisisi ini pun memperkuat posisi Unilever di bisnis pembersih kulit dan deodoran.[28] Akuisisi ini diselesaikan pada tanggal 6 Desember 2010.[29] 2010–2014Pada tanggal 9 Agustus 2010, Unilever menandatangani perjanjian penjualan aset dengan TINE, untuk membeli seluruh bisnis Diplom-Is di Denmark.[30] Pada tanggal 24 September 2010, Unilever juga mengumumkan penjualan divisi pengolahan tomatnya di Brasil ke Cargill.[31] Pada tanggal 27 September 2010, Unilever membeli Alberto-Culver, sebuah produsen perawatan tubuh dan alat rumah tangga, dengan merek seperti Simple, VO5, Nexxus, TRESemmé, dan Mrs. Dash, seharga US$3,7 milliar.[32] Pada tanggal 28 September 2010, Unilever dan EVGA mengumumkan bahwa mereka telah menandatangani perjanjian di mana Unilever setuju untuk mengakuisisi merek-merek es krim milik EVGA (seperti Scandal, Variete and Karabola) dan juga jaringan distribusinya di Yunani, untuk harga yang tidak disebutkan.[33] Pada bulan Februari 2011, Unilever mengumumkan bahwa mereka akan menggunakan telur dari ayam tanpa kandang untuk semua produknya di seluruh dunia.[34] Pada bulan Maret 2011, diumumkan bahwa Unilever telah mencapai persetujuan untuk menjual merek Sanex ke Colgate-Palmolive seharga €672 juta, dan Unilever akan mengakusisi merek deterjen milik Colgate-Palmolive di Kolombia (seperti Fab, Lavomatic, dan Vel) seharga US$215 juta.[35] Pada bulan April 2011, Unilever didenda €104 juta oleh Komisi Eropa karena membentuk sebuah kartel pengendali harga bersama P&G (yang juga didenda €211.2 juta) dan Henkel (tidak didenda). Denda tersebut 10% lebih rendah dari denda awal, karena Unilever and P&G akhirnya mengaku jika memang membentuk kartel. Sebagai pemberi informasi mengenai kartel tersebut, Henkel pun tidak didenda.[36] Pada tanggal 24 Agustus 2011, diumumkan bahwa Unilever setuju untuk menjual merek Alberto VO5 di Amerika Serikat dan Puerto Riko, dan juga merek Rave di seluruh dunia ke Brynwood Partners VI L.P.[37] Pada tanggal 14 Oktober 2011, diumumkan bahwa Unilever setuju untuk mengakuisisi 82% saham di Kalina, perusahaan kecantikan asal Rusia.[38] Pada tanggal 27 Desember 2012, diumumkan bahwa Unilever akan memghentikan penggunaan mikroplastik di semua produk perawatan tubuh mereka mulai tahun 2015.[39] Pada bulan Januari 2013, Unilever setuju untuk menjual merek selai kacangnya, Skippy bersama beberapa pabriknya di Little Rock, Arkansas, Amerika Serikat dan Weifang, Shandong, Tiongkok, ke Hormel Foods seharga $700 juta secara tunai.[40][41] Pada bulan Juli 2013, Unilever meningkatkan kepemilikannya di Hindustan Unilever, ke 67% seharga €2,45 milliar.[42] Pada tanggal 12 Agustus 2013, Unilever mengumumkan bahwa mereka telah menandatangani perjanjian untuk menjual merek Wish-Bone dan Western miliknya ke Pinnacle Foods Inc. seharga US$580 juta.[43] Pada tanggal 6 September 2013, Unilever resmi mengakuisisi merek teh premium asal Australia, T2.[44] Pada tanggal 21 Februari 2014, Unilever resmi menjual merek jajanan dagingnya, termasuk Peperami dan BIFI ke Jack Link’s, untuk harga yang tidak disebutkan.[45] Pada bulan Maret 2014, Unilever setuju untuk mengakuisisi saham mayoritas di Qinyuan, sebuah produsen alat penjernih air asal Tiongkok.[46][47] Pada tanggal 22 Mei 2014, Unilever mengumumkan penjualan bisnis saus pastanya di Amerika Utara, termasuk merek Ragú dan Bertolli, ke Mizkan seharga $2,15 milliar.[48] Pada tanggal 10 Juli 2014, Unilever mengumumkan bahwa mereka telah menjual merek Slim-Fast ke Kainos Capital, dengan Unilever hanya akan memilki saham minoritas di Slim-Fast.[49] Pada tanggal 2 Desember 2014, Unilever mengumumkan bahwa mereka telah mengakuisisi Talenti Gelato & Sorbetto. Pada tanggal 22 Desember 2014, Unilever mengumumkan pembelian merek Camay di seluruh dunia dan juga merek Zest di luar Amerika Utara dan Karibia dari Procter & Gamble Company. 2015–sekarangPada pertengahan tahun 2015, produk olesan makanan seperti Flora dan I Can't Believe It's Not Butter! akan dipisah dari Unilever, walaupun tidak sepenuhnya dipisah menjadi perusahaan yang berdiri sendiri, hal ini dikarenakan penjualan olesan makanan yang terus menurun.[6] Unit baru ini akan dipimpin oleh Sean Gogarty, dan akan diberi nama Unilever Baking, Cooking and Spreading Company.[6] Pada tanggal 2 Maret 2015, Unilever mengumumkan bahwa mereka telah resmi mengakuisisi REN Skincare, merek perawatan kulit ikonik asal Inggris. Pada tanggal 6 Mei 2015, Unilever mengumumkan bahwa mereka telah mengakuisisi Kate Somerville Skincare LLC., sebuah merek perawatan kulit terkemuka. Pada bulan Oktober 2015, Unilever setuju untuk mengakuisisi produsen es krim premium asal Italia, GROM, untuk harga yang tidak disebutkan.[50] Pada tahun 2020, Unilever secara terang-terangan mendukung LGBTQOL sehingga banyak produknya diboikot dan terancam tidak laku dipasaran Indonesia. ProdukReferensi
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Unilever.
|