Taman Nasional Meru Betiri adalah sebuah taman nasional yang terletak di provinsi Jawa Timur. Pada sistem koordinat geografis letaknya di 8°21’ - 8°34’ Lintang Selatan dan 113°37’ - 113°58’ Bujur Timur. Dalam pembagian administratif, Taman Nasional Meru Betiri masuk dalam wilayah Kabupaten Jember dan Kabupaten Banyuwangi. Luas kawasannya adalah 52.626,04 hektare. Selama tahun 1931 hingga 1938, kawasan Taman Nasional Meru Betiri merupakan kawasan hutan lindung yang dikelola berdasarkan hukum pemerintah Hindia Belanda. Pada tahun 1972, kawasan tersebut ditetapkan sebagai suaka margasatwa untuk harimau Jawa oleh Kementerian Pertanian dengan luas 50.000 ha. Luas suaka margasatwa ini bertambah menjadi 58.000 hektare setelah menambahkan bekas lahan perkebunan, hutan lindung dan kawasan pesisir pantai selatan Pulau Jawa. Lahan tersebut kemudian ditetapkan menjadi taman nasional pada tahun 1997 oleh Kementerian Kehutanan dengan hanya mengambil bagian kawasan hutan. Ekosistem di Taman Nasional Meru Betiri ada lima macam, yaitu hutan pantai, hutan payau, hutan hujan tropika, hutan rawan dan reofit. Jenis flora yang tumbuh sedikitnya 500 jenis yang dimanfaatkan sebagai obat dan penghidupan masyarakat setempat. Selain itu, sedikitnya ada 325 jenis fauna yang terdiri dari mamalia, reptil, burung, serangga, bivalvia dan antropoda. Jenis flora endemik yang tumbuh di dalamnya adalah bunga padmosari. Sedangkan jenis fauna endemik yang hidup di dalamnya adalah macan tutul banteng, kijang, burung merak, elang jawa, kukang, lutung jawa dan penyu.[1]
Batas wilayah
Taman Nasional Meru Betiri berbatasan dengan lingkungan yang berbeda-beda di setiap sisinya. Di bagian utara, taman nasional ini berbatasan dengan kawasan perkebunan milik PT. Perkebunan Treblasala dan Perum Perhutani RPH Curahtakir. Di bagian timur berbatasan dengan Desa Sarongan dan kawasan perkebunan milik PTPN XII Sumberjambe. Bagian selatan langsung berbatasan dengan Samudera Indonesia. Sedangkan di bagian barat, berbatas dengan beberapa desa yaitu Desa Curahnongko, Desa Andongrejo, dan Desa Sanenrejo. Di bagian barat juga berbatasan dengan kawasan perkebunan PTPN XII Kalisanen, PTPN XII Kotta Blater, dan Perum Perhutani RPH Sabrang.[2]
Akses ke lokasi
TN Meru Betiri dapat diakses baik melalui wilayah Kabupaten Banyuwangi di barat, ataupun melalui Kabupaten Jember di sebelah timur. Yakni melewati tempat-tempat sbb.:
Banyuwangi - Jajag - Pesanggaran - Sungai Lembu - Kandangan - Sarongan - Pantai Rajegwesi (pintu gerbang taman nasional) - Sumbersuko - Sukamade. Sukamade adalah wilayah pantai yang terkenal sebagai tempat peneluran penyu.
Jember - Ambulu - Tempurejo - Curahnongko - Andongrejo (lokasi gerbang taman nasional) - Bande Alit. Bandealit juga merupakan wilayah pantai, yang berlokasi disebuah perkebunan kecil di tengah hutan.
Objek Wisata
Taman Nasional Meru Betiri memiliki objek wisata petualangan hutan dan pantai. Pantai yang ada banyak yang masih "perawan" karena memang tidak diperkenankan untuk dibangun sarana wisata yang permanen. Salah satunya pantai sukamade tempat penyu bertelur pada malam hari
Taman Nasional Meru Betiri memiliki satwa dilindungi yang terdiri dari mamalia, dan burung. Satwa tersebut di antaranya adalah musang luak (Paradoxurus hermaphroditus), monyet kra (Macaca fascicularis), macan tutul (Panthera pardus melas), ajag (Cuon alpinus javanicus), kucing kampung (Prionailurus bengalensis javanensis), rusa (Cervus timorensis russa), (Cervus unicolor), bajing terbang ekor 9 (Iomys horsfieldii), merak (Pavo muticus), penyu belimbing (Dermochelys coriacea), penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu hijau (Chelonia mydas), dan penyu lekang/ridel (Lepidochelys olivacea), Accipiter trivirgatus, Falco moluccensis, Hieraaetus kienerii, Otus lempiji, Glaucidium castanopterum, elangSpizaetus alboniger.taman nasional Meru Betiri asli
Zona rehabilitasi
Masyarakat setempat sering mengalami pertentangan dengan zona rehabilitasi pada Taman Nasional Meru Betiri. Penyebabnya adalah adanya kegiatan pertanian oleh masyarakat dengan menggunakan pupuk kimia dan pestisida. Sebagian besar masyarakat setempat tidak memiliki lahan milik pribadi. Pengelola Taman Nasional Meru Betiri mengizinkan pertanian oleh masyrakat selama tidak menggangu ekosistem di taman nasional ini. Program yang diberlakukan adalah pengembangan jamur dan pembuatan keripik pisang.[5]
Galeri
Pantai Bandealit
Pantai Rajegwesi. Pasir pantai di selatan Taman Nasional Meru Betiri berwarna coklat akibat endapan lumpur yang dibawa oleh sungai-sungai yang meluap pada saat banjir.