Taman Nasional Tesso Nilo

Taman Nasional Tesso Nilo
Bayi gajah Sumatra di Taman Tesso Nilo

Taman Nasional Tesso Nilo adalah sebuah taman nasional yang terletak di Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Di dalamnya terdapat sedikitnya 360 jenis flora, 107 jenis burung, 50 jenis ikan, 23 jenis mamalia, 18 jenis amfibi, 15 jenis reptil dan 3 jenis primata. Ekosistemnya termasuk hutan hujan tropika yang menjadi kawasan perlindungan gajah berjumlah 60-80 ekor gajah. Kawasan Taman Nasional Tesso Nilo pertama kali ditetapkan oleh Menteri Kehutanan pada tahun 2004 dengan luasan ± 38.576 hektare. Tahun 2009 terbit Keputusan Menteri Kehutanan untuk penambahan luas kawasannya menjadi ± 83.068 hektare.[1] Bersama dengan keseluruhan ekosistemnya, luas lahan yang digunakan seluas 568.700 hektare. Penetapannya sebagai taman nasional dikukuhkan lagi berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.788/Menhut-II/2012 pada tahun 2012.[2] Permasalahan yang sering dialami oleh Taman Nasional Tesso Nilo adalah perpindahan pemegang hak konsesi. Kondisi ini menyebabkan di Taman Nasional Tesso Nilo sering terjadi perambahan.[3]

Kawasan yang masuk wilayah taman nasional ini adalah kawasan bekas Hak Pengusahaan Hutan (HPH) yang terletak di Kabupaten Pelalawan dan Indragiri Hulu. Hingga kini di sekelilingnya masih terdapat kawasan HPH. Sepotong jalan milik PT. Riau Andalan Pulp and Paper membelah taman nasional ini. Dilaporkan bahwa pemerintah provinsi berencana untuk memutus jalan ini agar mengurangi kegiatan pembalakan liar (illegal logging).

Keanekaragaman hayati

Taman Nasional Tesso Nilo merupakan kawasan hutan hujan tropika daratan rendah. Di Pulau Sumatera, Taman Nasional Tesso Nilo merupakan salah satu hutan dataran rendah yang masih tersisa. Taman Nasional Tesso Nilo ditetapkan oleh pemerintah Indonesia sebagai salah satu kawasan perlindungan hutan. Di dalamnya terdapat banyak ekosistem. Fauna yang hidup di dalamnya antara lain harimau sumatera, gajah sumatera dan rusa.[4]

Flora yang ada di tumbuh di dalam Taman Nasional Tesso Nilo juga beragam. Terdapat sedikitnya 360 jenis yang tergolong dalam 165 marga dan 57 suku. Tanaman pohon ada 215 jenis dan tanaman anak pohon sebanayk 305 jenis. Di dalamnya juga ada 218 jenis tumbuhan vaskular di petak lahan seluas 200 m2. Vegetasi tumbuhan menutupi 90% dari luar kawasan. Beberapa jenis tumbuhan tumbuh sudah terancam punah dan masuk dalam data Uni Internasional untuk Konservasi Alam. Jenisnya antara lain kayu batu, kempas, jelutung, kulim, tembesu, gaharu, ramin, keranji, meranti, keruing, dan durian.[5]

Pemanfaatan

Taman Nasional Tesso Nilo dikembangkan menjadi kawasan ekowisata. Kegiatan ekowisata terbagi menjadi tiga yaitu pengenalan terhadap flora dan fauna, pengetahuan dan budaya masyarakat tradisional dan pendidikan lingkungan. Pemanfaatan sebagai ekowisata bertujuan untuk mengembangkan pengelolaan Taman Nasional Tesso Nilo. Kegiatan yang diberi izin adalah berjalan di hutan, penggunaan gajah latih, berkemah dan bersepeda. Konsep ekowisatanya adalah menggabungkan wisata pemandangan alam dan pengamatan terhadap flora dan dauna. Di dalam taman Nasional Tesso Nilo terdapat 9 trek ekowisata. Kesemuanya itu adalah trek patroli gajah, sungai, jelajah hutan I dan jelajah hutan II, serta trek sepeda dan kano.[6]

Permasalahan

Permasalahan yang dihadapi oleh Taman Nasional Tesso Nilo adalah perambahan hutan. Ekosistem Tesso Nilo memang telah dibagi menjadi tiga kawasan hutan. Salah satu kawasan diberi status konservasi Taman Nasional Tesso Nilo dengan lahan seluas 83.069 hektare. Sedangkan dua kawasan lainnya dijadikan sebagai kawasan hutan produksi bekas hak pengusahaan hutan dari PT. Siak Raya Timber seluas 38.560 hektare dan PT. Hutani Sola Lestari seluas 45.990 hektare. Ekosistem Tesso Nilo juga dibagi lagi menjadi 13 konsesi hutan tanaman industri dan 11 perusahaan kebun kelapa sawit. DI sekeliling ekosistem Tesso Nilo juga ada 23 desa yang masuk dalam wilayah empat kabupaten. Dalam pembagiannya, ekosistem Tesso Nilo dibagi ke Kabupaten Kampar, Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Indragiri Hulu dan Kabupaten Kuantan Singingi. Khusus di lahan Taman Nasional Tesso Nilo, 20.000 hektare mengalami perambahan untuk ditanami kelapa sawit.[7]

Referensi

  1. ^ Desmiwati dan Surati (2017). "Upaya Penyelesaian Masalah Pemantapan Kawasan Hutan pada Taman Nasional di Pulau Sumatra" (PDF). Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea. 6 (2): 140. ISSN 2407-7860. 
  2. ^ Siswanto, Wandojo (2017). Pengelolaan Kawasan Konservasi di Indonesia: Pengelolaan Saat Ini, Pembelajaran dan Rekomendasi (PDF). Jakarta: Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH. 
  3. ^ Jpang. S., Alqaf A., dan Fajar S. (2021). Revisi Zonasi Taman Nasional Secara Partisipatif: Kajian dari Taman Nasional Lore Lindu, Taman Nasional Sebangau dan Taman Nasional Bukit Duabelas (PDF). USAID-BIJAK. hlm. 12. 
  4. ^ Firdaus, M., dan Rusmadi Awza (2018). "Potensi dan Pengembangan Ekowisata Taman Nasional Tesso Nilo di Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau" (PDF). Seminar Nasional Pelestarian Lingkungan (SENPLING) 2018: 491. ISBN 978-979-792-865-0. 
  5. ^ "Taman Nasional Tesso Nilo - TFCA Sumatera". tfcasumatera.org. Diakses tanggal 2021-06-13. 
  6. ^ Balai Taman Nasional Tesso Nilo. Ekowisata Tesso Nilo: Harmonisasi dengan Alam. Pekanbaru: WWF-Indonesia Program Riau
  7. ^ Kartodihardjo, H., dan dan Chalid Muhammad (2019). "Mengatasi Persoalan Institusional Pengelolaan Sumber Daya Alam (PSDA): Pembelajaran dari Kasus Revitalisasi Ekosistem Tesso Nilo (RETN) di Provinsi Riau". Jurnal Hukum Lingkungan Indonesia. 5 (2). 

Pranala luar

0°5′S 101°36′E / 0.083°S 101.600°E / -0.083; 101.600