Pada awalnya penulis menduga nama kabupaten Asahan diambil dari nama salah satu sungai yang mengalir di daerah ini, yaitu sungai Asahan. Namun ternyata setelah dipelajari, nama Asahan memiliki latar sejarah yang cukup panjang. Pengalaman serupa bisa jadi juga dialami oleh banyak orang yang menduga bahwa nama kabupaten Asahan berasal dari nama sungai Asahan seperti yang dialami oleh penulis. Inilah diantara latar belakang dasar ketertarikan penulis untuk mencoba melakukan penelusuran asal nama Asahan.
Jauh sebelum Indonesia merdeka, di daerah Kabupaten Asahan terdapat satu kesultanan yang bernama kesultanan Asahan. Kesultanan Asahan menurut sejarawan Tanjungbalai, Drs.H.Arifin, berdiri pada tahun 1620, dihitung sejak penabalan sultan pertama, yakni Sultan Abdul Jalil. Pendapat lain menyebutkan bahwa Sultan Asahan pertama ditabalkan bukan pada tahun 1620, tetapi pada tahun 1630. Terkait perbedaan pendapat tentang angka tahun penabalan sultan pertama Asahan ini barangkali akan dibahas dalam tulisan tersendiri nantinya. Namun yang jelas kesultanan Asahan sudah berdiri sejak awal abad ke 17. Dan sejak itu pula nama Asahan sudah ada.
Dalam buku Sumatera Utara Dalam Lintasan Sejarah yang diterbitkan tahun 1995 oleh Pemerintah Provinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara dijelaskan bahwa nama “Ashacan” sudah ada di dalam catatan Portugis tahun 1613 oleh De Eredia. Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa nama Asahan tentunya sudah ada sebelum tahun 1613 dan itu sebelum penabalan sultan pertama Asahan.
Menurut Zasnis Sulungs (sejarawan Asahan) nama Asahan pertama kali ditabalkan oleh Sultan Aceh Alauddin Riayat Syah Al Qahhar bersama rombongan ketika menemukan jenis rumput yang daunnya dapat mengasah atau membersihkan benda-benda berkarat di Teluk Piai sekarang daerah bernama Dusun Persembahan Desa Sei Paham – Kepayang. Inilah asal mula, diberi nama negeri Asahan pada tanggal 31 Desember 1540 M setelah melakukan kajian dari berbagai literatur dan observasi lapangan.
Pendapat lain menyebutkan bahwa nama Asahan bukan berasal dari cerita penemuan rumput yang dapat digunakan untuk membersihkan benda-benda berkarat seperti yang diceritakan oleh Zasnis Sulungs. Menurut Alek Margolang (salah seorang keturunan raja Simargolang) nama Asahan berasal dari kebiasaan raja Simargolang mengasah Piso Gading/ Mata Halasan di Aek Toba. Jadi berawal dari “Asah – Halasan” sehingga kemudian dikenal dengan Asahan atau dalam catatan Portugis disebut Ashacan. Aek Toba sendiri merupakan sebutan untuk nama sungai Asahan dulunya oleh warga kerajaan Simargolang di daerah Pulau Raja. Pendapat ini sangat masuk akal, karena Aek itu artinya air, sehingga bisa diterjemahkan bahwa Aek Toba adalah air yang mengalir dari danau Toba atau dari daerah Toba.
Faktor penyebab Aek Toba kemudian lebih dikenal dengan nama sungai Asahan menurut hemat penulis itu dikarenakan di hilir sungai ini (Tanjungbalai) terdapat pusat kesultanan Asahan yang sejak berdirinya mulai ramai didatangi oleh para pedagang dan pendatang dari berbagai daerah. Sehingga bisa jadi kemudian orang-orang yang datang ke Asahan menyebut sungai tersebut dengan nama sungai Asahan karena di daerah tersebut terdapat kesultanan Asahan.
Nama Asahan dalam perjalanannya kemudian semakin dikenal tidak hanya di tingkat nasional tapi juga di tingkat internasional menurut penulis disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya: Pertama, keberadaan kesultanan Asahan sendiri yang berpusat di Tanjungbalai yang berkembang menjadi daerah pusat perdagangan sejak abad ke 17. Kedua, keberadaan sungai Asahan sebagai satu-satunya sungai yang mengalir dari Danau Toba. Ketiga, proses penelitian dan pengembangan proyek raksasa Asahan (PLTA Siguragura dan Inalum) dan masih banyak faktor lain yang turut mempengaruhi semakin populernya nama Asahan.
Dari uraian singkat di atas dapat disimpulkan bahwa nama Asahan bukan berasal dari nama sungai Asahan. Kedua, nama Asahan punya hubungan sejarah dengan kesultanan Asahan di Tanjungbalai dan kerajaan Simargolang di Pulau Raja. Ketiga, nama Asahan sudah ada sebelum kesultanan Asahan berdiri. Tentang dari mana asal kata Asahan masih perlu proses penelitian lebih lanjut.
DAS Asahan berbatasan dengan DAS Singkil pada bagian hulunya di sebelah barat. Batas semu yang membentang pada punggung pegunungan tersebut menjadi pembagi antara aliran yang yang mengalirkan airnya menuju pesisir timur Sumatera yaitu DAS Asahan dan pesisir barat Sumatera yaitu DAS Singkil. Di sebelah utara DAS Asahan berbatasan dengan beberapa hulu DAS lainnya seperti DAS Wampu, DAS Ular, DAS Bolon serta DAS Merbau. Sedangkan di bagian tenggara berbatasan dengan DAS Kualuh. Kelima DAS tersebut sama-sama mengalirkan alirannya menuju pesisir timur Sumatera. Sebelah selatan DAS Asahan berbatasan dengan kelompok DAS pantai barat Sumatera seperti DAS Barumun-Bila, DAS Batang Toru serta DAS Sibundong.
Beberapa anak sungai yang bermuara ke Sungai Asahan antara lain:[butuh rujukan]
Sungai Silau
Sungai Nantalu
Sungai Masihi
Sungai Tarum
Sungai Lauran
Sungai Baru
Geografi
Sungai ini mengalir di bagian timur laut pulau Sumatra yang beriklim hutan hujan tropis (kode: Af menurut klasifikasi iklim Köppen-Geiger).[8] Suhu rata-rata setahun sekitar 23 °C. Bulan terpanas adalah Maret, dengan suhu rata-rata 25 °C, and terdingin Mei, sekitar 23 °C.[9] Curah hujan rata-rata tahunan adalah 2950 mm. Bulan dengan curah hujan tertinggi adalah November, dengan rata-rata 381 mm, dan yang terendah Juni, rata-rata 117 mm.[10]
Pemanfaatan
Transportasi
Di hilir, sungai ini sangat lebar sehingga bisa dilalui oleh kapal. Oleh karena itu terdapat Pelabuhan Tanjung Balai, satu diantara pelabuhan yang memiliki jasa feri sebagai jembatan penghubung Indonesia-Malaysia. Dibangun sejak pertengahan tahun 1950 an, pada tahun 1970 an pelabuhan tersebut hanya dapat digunakan sebagai pelabuhan bagi kapal kapal dagang yang transit. Namun pada tahun 1980-an pelabuhan ini baru beroperasi dengan kapal feri. Setiap harinya aktivitas keberangkatan kapal feri di pelabuhan ini hanya satu kali keberangkatan dan satu kali kedatangan.[11]
Pembangkit listrik
Besarnya debit air Sungai Asahan dimanfaatkan untuk pembangkit listrik tenaga air (PLTA) sehingga dibendung untuk menjadi Waduk Sigura-Gura. PLTA dari waduk ini dikelola oleh PT Indonesia Asahan Alumunium atau Inalum (Persero). Saat ini PLTA Siguragura ini memiliki 4 turbin dimana masing-masing mampu menghasilkan daya listrik mencapai 71,5 Megawatt (MW). Dengan demikian, PLTA ini memiliki kapasitas pembangkit sebesar 286 MW.[12]
Pariwisata
Di bidang pariwisata, Sungai Asahan dimanfaatkan oleh pemerintah Sumatera Utara sebagai lokasi kegiatan arung jeram, dan telah menyelenggarakan kejuaraan arung jeram internasional hampir setiap tahunnya.[13] Terdapat beberapa wisata air terjun di aliran sungainya, diantaranya yang terkenal adalah Air Terjun Sigura-Gura dan Air Terjun Ponot yang dianggap sebagai air terjun tertinggi di Indonesia dengan ketinggian lebih dari 200 meter.[14]
Perikanan
Penduduk di sepanjang Sungai Asahan memanfaatkan untuk sumberdaya perikanan baik secara tradisional dengan cara memancing atau menjala. Berdasarkan penelitian yang dilakukan diketahui bahwa terdapat 22 spesies ikan yang hidup di sungai Asahan. Termasuk dan ikan endemik yaitu Ikan Batak. Jenis ikan kerap ditemui terutama oleh nelayan ada 14 spesies diantaranya Ikan mujahir, ikan kepala timah, ikan seribu, ikan gurami, ikan sepat, ikan gabus, ikan nila, dan ikan mas.[15]