Pemandangan daerah hilir Batang Kuranji menuju muara di kawasan kota Padang. Tampak Jembatan Ulak Karang dan Jembatan KA Air Tawar melintang diatas sungai.
Batang Kuranji memiliki aliran sungai dengan panjang sungai utama (terhitung dari muara hingga titik hulu terjauh) 32,4 km (20,1 mil).[2]
Pemanfaatan
Batang Kuranji merupakan sumber penting pengelolaan dan penyediaan air minum yang dilayani oleh PDAM Kota Padang bagi wilayah pelayanan Pusat yang mencakup Kecamatan Padang Barat, Kecamatan Padang Timur dan Kecamatan Padang Selatan. Dimana untuk unit produksinya terdiri dari IPA Gunung Pangilun dan Sumur Bor 5C dengan sumber air yaitu Intake Kampuang Koto (Batang Kuranji).[3]
Pada aliran utama sungai ini juga terdapat Pembangkit Listrik Tenaga Air sisa peninggalan kolonial yang berlokasi di Lambung Bukit, Kecamatan Pauh, seberang komplek Universitas Andalas. Dibangun sekitar tahun 1930an (sumber lain menyatakan pada 1912[4]) yang kemudian digunakan sebagai pemasok tenaga listrik kedua untuk memenuhi kebutuhan listrik pabrik semen tertua dan terbesar di Indonesia tersebut. PLTA tersebut menerima suplai air untuk memutar turbin dari bendungan yang berada di bagian hulunya yang berjarak (garis lurus) sekitar 3,2 km (2,0 mil) arah timur laut melalui kanal jembatan air yang membentang sepanjang 3.470 m (2,16 mil). Bendungan tersebut tepat berada di mulut tempuran sungai yang datang dari dua arah hulu, utara dan timur laut di ketinggian sekitar 250 mdpl.[5][1][6][7]
Hidrologi DAS
Daerah aliran sungai Kuranji dibagi menjadi 5 sub-DAS antara lain, DAS Sungkai, DAS Padang Janiah-karuah, DAS Belimbing, DAS Batang Kuranji dan DAS Danau Limau Manih.
DAS Kuranji berbatasan langsung dengan DAS Indragiri disebelah timur pada punggung Bukit Barisan dimana arah alirannya bertolak-belakang, yaitu Timur dan Barat. Aliran pada DAS Indragiri mengarah ke Pantai Timur Sumatera, sedangkan DAS Kuranji, alirannya mengarah ke Pantai Barat Sumatera. DAS Kuranji juga diapit oleh DAS Air Dingin disebelah Utara, dan DAS Arau disebelah Selatan, keduanya termasuk dalam kelompok DAS Pantai Barat Sumatera.[1]
DAS Kuranji mencakup 3 kecamatan di kota Padang, yaitu Pauh, Kuranji, Nanggalo, Padang Utara, sebagian Koto Tangah.[8][9] Dengan luas DAS keseluruhan 225 km2 (87 sq mi)[1] dan memiliki curah hujan tahunan maksimum rata-rata 3.500 mm.[2]
Degradasi DAS
Degradasi adalah proses penurunan atau kerusakan kualitas atau kondisi suatu lingkungan. Dalam konteks lingkungan dan Daerah Aliran Sungai (DAS), degradasi mengacu pada penurunan atau kerusakan kualitas atau fungsi DAS itu sendiri. Dalam konteks DAS Kuranji, ini merujuk pada berbagai bentuk kerusakan atau penurunan kualitas DAS yang terjadi sebagai akibat dari aktivitas manusia atau faktor-faktor alam. Mencakup perubahan dalam tata guna lahan (lahan sawah ke permukiman, kawasan hutan ke lahan ladang), erosi tanah, pencemaran air, berkurangnya kawasan hutan, atau aktivitas lain yang dapat merusak integritas dan fungsi aliran sungai serta lingkungan sekitarnya. DAS yang mengalami degradasi dapat menjadi lebih rentan terhadap bencana alam seperti banjir, longsor, dan kekeringan, serta dapat memiliki dampak negatif pada ekosistem dan kesejahteraan manusia yang bergantung pada DAS tersebut.[10][11]
Upaya yang dilakukan pemerintah dalam menekan potensi banjir di daerah aliran sungai tersebut adalah dengan pembangunan bendung (dam), salah satunya adalah Dam Sabo Batang Kuranji. Bangunan yang berfungsi mengendalikan banjir akibat limpahan air dari Batang Kuranji dan mengatasi sedimentasi akibat erosi di wilayah hulu DAS.[12]