Sungai Renun

Sungai Renun
  • Lae Renun
  • Lawe Renun
  • Lau Renun
  • Lao Renun
Sungai Renun di Sumatra
Sungai Renun
Lokasi mulut sungai
Sungai Renun di Indonesia
Sungai Renun
Sungai Renun (Indonesia)
PetaKoordinat: 3°4′54″N 97°54′51″E / 3.08167°N 97.91417°E / 3.08167; 97.91417
Lokasi
NegaraIndonesia
Ciri-ciri fisik
Hulu sungai 
 - lokasiDairi, Sumatera Utara
Muara sungai 
 - lokasiAceh Tenggara, Aceh
Informasi lokal
Zona waktuWIB (UTC+7)
GeoNames1214058

Sungai Renun (dikenal sebagai Lae Renun, Lau Renun, dan Lawe Renun) adalah sebuah sungai di utara Sumatra, Indonesia, sekitar 1400 km di barat laut ibu kota Jakarta.[1][2]

Hidrologi

Sungai Lae Renun terutama mengalir di Kabupaten Dairi yang memiliki ketinggian rata-rata 700-1.250 m di atas permukaan laut. Di Kabupaten ini, Lae Renun terbentang dari kecamatan Parbuluan sampai Kecamatan Tanah Pinem yang selanjutnya menuju Aceh Tenggara dengan panjang 120 km, dengan dasar sungai memiliki ketinggian dari hulu 700 m di atas permukaan laut (DPL) dan di hilir ketinggian 400 m DPL.[3]

Lae Renun yang memiliki tebing yang dalam dan curam dengan sungai yang berhulu di gunung atau bukit maka jeram dan air terjun menjadi banyak pula. Lebar aliran sungai Lae Renun ini pelbagai ukuran menghasilkan Jenis jeramnya juga beragam, mulai dari yang berarus jinak hingga yang liar.[3]

Debit air Lae Renun cukup besar dan deras, hal ini dikarenakan anak anak sungai menyatu ke aliran sungai Lae Renun.[3]

Salah satu air terjun menjadi anak sungai Lae Renun adalah Lae Pandaroh yang kerap berwarna merah darah, air terjun ini terdiri dari 7 tingkat. Tingkatan pertama adalah di tepi jalan selebihnya berada di sepanjang aliran air terjun menuju sungai Lau Renun.[3]

Geografi

Sungai ini mengalir di wilayah utara pulau Sumatra yang beriklim hutan hujan tropis (kode: Af menurut klasifikasi iklim Köppen-Geiger).[4] Suhu rata-rata setahun sekitar 22 °C. Bulan terpanas adalah Maret, dengan suhu rata-rata 23 °C, and terdingin Juli, sekitar 21 °C.[5] Curah hujan rata-rata tahunan adalah 3119 mm. Bulan dengan curah hujan tertinggi adalah Desember, dengan rata-rata 373 mm, dan yang terendah Juni, rata-rata 131 mm.[6]

Pemanfaatan

Masyarakat yang bermukim di pinggiran Lae Renun memanfaatkan sungai ini untuk pengairan sawah, perikanan, dan kebutuhan air minum terutama di dusun Maha Bunga, Nanggar Boang, Airlintah, Namonterrep, Kecamatan Tigalingga dan Tanah Pinem.[3]

Saat menjelang kemarau masyarakat sekitar Lae Renun memasang Salir yaitu alat menangkap ikan di air deras yang terbuat dari jalinan bambu yang dipasangkan di tengah arus sungai, karena ikan akan bergerak ke hilir saat menjelang musim kemarau.[3]

Sungai Renun menjadi salah satu tempat wisata arung jeram (ratfing) populer di Sumatera Utara.[3] Spot wisata arung jeram di kabupaten Dairi ini didukung oleh berbagai aliran jeram dan bebatuan.[3]

Saat ini sebagian air Lae Renun dialirkan ke Danau Toba bersama 11 anak sungainya (dimaksudkan untuk memutar turbin Pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Renun), Kabupaten Dairi menjadi kontributor air utama untuk danau terbesar di Asia Tenggara tersebut.[3] PLTA Renun dibangun di dusun Lae Rias Tor Nauli, salah satu dari 14 dusun di Desa Pegagan Julu IV, Kecamatan Sumbul, Kabupaten Dairi, Provinsi Sumatera Utara, sekitar 3,5 jam berkendaraan dari Kota Medan. Sungai Renun dan sebelas sungai lain tersebut berada di kawasan Hutan Lindung Lae Pondom.[7]

Jembatan Lae Renun sepanjang 25 meter dibangun di atas sungai Renun dan menjadi urat nadi penting yang menghubungkan Kota Medan ke Sidikalang, Pakpak Bharat, dan Nangroe Aceh Darussalam (NAD). Jembatan yang menghubungkan kecamatan Sumbul dan kecamatan Sitinjo, Kabupaten Dairi itu kondisinya saat musim hujan sangat rawan, karena sering terjadi genangan air hingga setinggi 10 cm s/d 15 cm di bahu jembatan, sehingga kendaraan yang melintas tidak mempunyai pilihan wajib melewati genangan air di atas jembatan tersebut.[8]

Peristiwa

Banjir sering diakibatkan oleh Sungai Lae Renun, misalnya di Desa Renun, Kecamatan Tanah Pinem, Kabupaten Dairi, pada tanggal 14 Desember 2018 sekira pukul 03.00 WIB, yang menyebabkan 25 unit rumah warga dan mesjid tergenang air, selain juga memutuskan jembatan gantung yang mengubungkan Desa Renun dan Lau Njuhar serta merusak 30 Hektare tanaman jagung milik warga.[9]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Rand McNally, The New International Atlas, 1993.
  2. ^ Lawe Renun at Geonames.org (cc-by); Last updated 2013-06-04; Database dump downloaded 2015-11-27
  3. ^ a b c d e f g h i Lae Renun Spot Wisata Arung Jeram Yang Menantang Diarsipkan 2019-01-16 di Wayback Machine.. Kamar Berita. 05 September 2015
  4. ^ Peel, M C; Finlayson, B L; McMahon, T A (2007). "Updated world map of the Köppen-Geiger climate classification". Hydrology and Earth System Sciences. 11: 1633–1644. doi:10.5194/hess-11-1633-2007. Diakses tanggal 30 January 2016. 
  5. ^ "NASA Earth Observations Data Set Index". NASA. 30 January 2016. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-04-26. Diakses tanggal 2019-01-15. 
  6. ^ "NASA Earth Observations: Rainfall (1 month - TRMM)". NASA/Tropical Rainfall Monitoring Mission. 30 January 2016. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-04-19. Diakses tanggal 2018-11-28. 
  7. ^ Aditya Dipta Anindita. Alamku tak seramah dulu. Yayasan Obor Indonesia, 2006. ISBN 9794615978
  8. ^ Sungai mengalir deras di atas Jembatan Lae Renun Dairi Diarsipkan 2019-01-15 di Wayback Machine.. Hendrik Situmeang. Dairi Pers.com. 17/05/2018.
  9. ^ Sungai Renun Meluap, 25 Unit Rumah Terendam Banjir Diarsipkan 2019-01-16 di Wayback Machine.. Di-Bakti News. 15 Desember 2018.

3°04′54″N 97°54′51″E / 3.0816°N 97.9142°E / 3.0816; 97.9142