Sungai Renun (dikenal sebagai Lae Renun, Lau Renun, dan Lawe Renun) adalah sebuah sungai di utara Sumatra, Indonesia, sekitar 1400 km di barat laut ibu kota Jakarta.[1][2]
Hidrologi
Sungai Lae Renun terutama mengalir di Kabupaten Dairi yang memiliki ketinggian rata-rata 700-1.250 m di atas permukaan laut. Di Kabupaten ini, Lae Renun terbentang dari kecamatan Parbuluan sampai Kecamatan Tanah Pinem yang selanjutnya menuju Aceh Tenggara dengan panjang 120 km, dengan dasar sungai memiliki ketinggian dari hulu 700 m di atas permukaan laut (DPL) dan di hilir ketinggian 400 m DPL.[3]
Lae Renun yang memiliki tebing yang dalam dan curam dengan sungai yang berhulu di gunung atau bukit maka jeram dan air terjun menjadi banyak pula. Lebar aliran sungai Lae Renun ini pelbagai ukuran menghasilkan Jenis jeramnya juga beragam, mulai dari yang berarus jinak hingga yang liar.[3]
Debit air Lae Renun cukup besar dan deras, hal ini dikarenakan anak anak sungai menyatu ke aliran sungai Lae Renun.[3]
Salah satu air terjun menjadi anak sungai Lae Renun adalah Lae Pandaroh yang kerap berwarna merah darah, air terjun ini terdiri dari 7 tingkat. Tingkatan pertama adalah di tepi jalan selebihnya berada di sepanjang aliran air terjun menuju sungai Lau Renun.[3]
Geografi
Sungai ini mengalir di wilayah utara pulau Sumatra yang beriklim hutan hujan tropis (kode: Af menurut klasifikasi iklim Köppen-Geiger).[4] Suhu rata-rata setahun sekitar 22 °C. Bulan terpanas adalah Maret, dengan suhu rata-rata 23 °C, and terdingin Juli, sekitar 21 °C.[5] Curah hujan rata-rata tahunan adalah 3119 mm. Bulan dengan curah hujan tertinggi adalah Desember, dengan rata-rata 373 mm, dan yang terendah Juni, rata-rata 131 mm.[6]
Pemanfaatan
Masyarakat yang bermukim di pinggiran Lae Renun memanfaatkan sungai ini untuk pengairan sawah, perikanan, dan kebutuhan air minum terutama di dusun Maha Bunga, Nanggar Boang, Airlintah, Namonterrep, Kecamatan Tigalingga dan Tanah Pinem.[3]
Saat menjelang kemarau masyarakat sekitar Lae Renun memasang Salir yaitu alat menangkap ikan di air deras yang terbuat dari jalinan bambu yang dipasangkan di tengah arus sungai, karena ikan akan bergerak ke hilir saat menjelang musim kemarau.[3]
Sungai Renun menjadi salah satu tempat wisata arung jeram (ratfing) populer di Sumatera Utara.[3] Spot wisata arung jeram di kabupaten Dairi ini didukung oleh berbagai aliran jeram dan bebatuan.[3]
Saat ini sebagian air Lae Renun dialirkan ke Danau Toba bersama 11 anak sungainya (dimaksudkan untuk memutar turbin Pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Renun), Kabupaten Dairi menjadi kontributor air utama untuk danau terbesar di Asia Tenggara tersebut.[3]
PLTA Renun dibangun di dusun Lae Rias Tor Nauli, salah satu dari 14 dusun di Desa Pegagan Julu IV, Kecamatan Sumbul, Kabupaten Dairi, Provinsi Sumatera Utara, sekitar 3,5 jam berkendaraan dari Kota Medan. Sungai Renun dan sebelas sungai lain tersebut berada di kawasan Hutan Lindung Lae Pondom.[7]
Jembatan Lae Renun sepanjang 25 meter dibangun di atas sungai Renun dan menjadi urat nadi penting yang menghubungkan Kota Medan ke Sidikalang, Pakpak Bharat, dan Nangroe Aceh Darussalam (NAD). Jembatan yang menghubungkan kecamatan Sumbul dan kecamatan Sitinjo, Kabupaten Dairi itu kondisinya saat musim hujan sangat rawan, karena sering terjadi genangan air hingga setinggi 10 cm s/d 15 cm di bahu jembatan, sehingga kendaraan yang melintas tidak mempunyai pilihan wajib melewati genangan air di atas jembatan tersebut.[8]
Peristiwa
Banjir sering diakibatkan oleh Sungai Lae Renun, misalnya di Desa Renun, Kecamatan Tanah Pinem, Kabupaten Dairi, pada tanggal 14 Desember 2018 sekira pukul 03.00 WIB, yang menyebabkan 25 unit rumah warga dan mesjid tergenang air, selain juga memutuskan jembatan gantung yang mengubungkan Desa Renun dan Lau Njuhar serta merusak 30 Hektare tanaman jagung milik warga.[9]