Joseon: Raja Agung Jangheon dengan Kebijaksanaan Berbudaya, Kebijaksanaan Bela Diri, Kebajikan Luar Biasa, dan Kesalehan Putra yang Cemerlang (장헌영문예무인성명효대왕; 莊憲英文睿武仁聖明孝大王)[1]
Sejong (Hangul: 세종; Hanja: 世宗; 15 Mei 1397 – 30 Maret 1450), bernama asli Yi To (이도; 李祹), lebih dikenal dengan nama Sejong yang Agung (세종대왕; 世宗大王), adalah penguasa keempat dari Joseon di Korea. Ia diakui sebagai salah satu penguasa terhebat dalam sejarah Korea, dikenang sebagai penemu Hangeul, yang digunakan sebagai aksara asli bahasa Korea.
Awalnya disebut sebagai Pangeran Agung Chungnyeong (충녕대군; 忠寧大君), dia adalah putra ketiga dari Raja Taejong dan Ratu Wongyeong. Pada tahun 1418, Sejong menggantikan kakak tertuanya, Yi Je, sebagai putra mahkota; beberapa bulan kemudian, Taejong secara sukarela turun takhta demi kebaikan Sejong. Pada tahun-tahun awal pemerintahan Sejong, Raja Emeritus Taejong mempertahankan kekuasaan yang sangat besar, terutama kekuatan militer, dan terus memerintah hingga kematiannya pada tahun 1422.[1]
Sejong memperkuat kebijakan Konfusianisme Korea dan Neo-Konfusianisme, dan memberlakukan amandemen hukum utama (공법; 貢法). Dia secara pribadi menciptakan dan menyebarluaskan alfabet Korea,[2][3] mendorong kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, dan memperkenalkan langkah-langkah untuk merangsang pertumbuhan ekonomi. Ia melancarkan kampanye militer ke wilayah utara dan menerapkan kebijakan relokasi (사민정책; 徙民政策), membangun pemukiman di wilayah yang baru ditaklukkan. Di sebelah selatan, ia memerintahkan invasi Ōei ke Tsushima untuk mengusir dan menaklukkan bajak laut Jepang, namun kampanye tersebut tidak berhasil.[4][5]
Sejak tahun 1439, ia semakin sakit[6] dan putra sulungnya, Putra Mahkota Yi Hyang, bertindak sebagai bupati. Sejong meninggal pada Maret 1450.
Kehidupan awal
Sejong adalah putra ke-3 dari Raja Taejong. Saat berusia 12 tahun, ia bergelar Pangeran Besar Chungnyeong (忠寧大君) dan menikahi seorang putri pejabat Shim On (沈溫) dari Cheongsong (靑松), yang bernama Permaisuri Shim (沈氏), yang kemudian dikenal dengan Ratu Soheon (昭憲王后).
Sebagai pangeran muda, Sejong dikenal sangat cerdas dalam berbagai bidang pelajaran sehingga lebih disayangi ayahnya daripada kedua kakak laki-lakinya.
Peristiwa pengangkatan Sejong menjadi raja sangat berbeda dengan raja-raja Joseon lainnya. Pangeran tertua yang merupakan kakak Sejong, Yangnyeong (양녕대군), menganggap dirinya tidak berbakat menjadi seorang raja, begitu pula dengan Pangeran Hyoryeong (효령대군), ia menganggap tugasnyalah untuk menjadikan adiknya seorang raja. Jadi mereka berdua bersikap buruk di istana agar Raja tidak memilih mereka menjadi calon raja. Pangeran Yangnyeong keluar dari istana menjadi seorang pengelana dan tinggal di gunung. Sementara pangeran kedua memutuskan untuk menjadi seorang biksu di kuil di luar istana.
Pada bulan Agustus 1418, Raja Taejong turun takhta dan Sejong menggantikannya sebagai raja yang baru. Namun begitu, Taejong masih memiliki kekuasaan dalam istana, terutama dalam bidang militer sampai ia meninggal tahun 1422.
Memperkuat pertahanan negara
Raja Sejong adalah seorang ahli militer yang cemerlang. Pada bulan Mei 1419, dibawah bantuan Taejong, Sejong melakukan Ekspedisi Timur Gihae ke Tsushima untuk membasmi para perompak Jepang yang telah meresahkan rakyat yang tinggal di pesisir Joseon. Di dalam serangan itu, 700 perompak berhasil dibunuh, sementara 110 ditangkap dan 180 tentara Joseon tewas. Sebanyak 140 orang Tionghoa yang diculik berhasil dilepaskan. Pada bulan September 1419 Daimyo Tsushima, Sadamori, menyatakan takluk kepada Joseon.
Perjanjian Gyehae disahkan tahun 1443, dimana Daimyo Tsushima mengakui kedaulatan Raja Joseon; serta, pihak Joseon memberikan kemudahan dalam urusan perdagangan antara Korea dan Jepang kepada Wangsa Sō.[7]
Di perbatasan utara, Sejong mendirikan 4 buah benteng dan 6 buah pos (四郡六鎭) untuk melindungi Joseon dari serangan suku barbar di Tiongkok dan Manchuria.[8] Sejong mengembangkan berbagai hasil karya dan teknologi militer seperti pengembangan meriam, senjata, panah dan roket yang menggunakan bahan bubuk mesiu.
Pada tahun 1433, Sejong mengirimkan Jenderal Kim Jong-seo (金宗瑞), untuk menyerang Jurchen. Serangan ini berhasil merebut beberapa benteng dan memperluas wilayah teritori, sekitar perbatasan Korea dan Tiongkok pada saat ini.[8]
Ilmu pengetahuan dan teknologi
Sejong sangat terkenal akan kepandaiannya mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi di masa pemerintahannya, tetapi menurut sejarawan Yung Sik Kim, terdapat sedikit sekali karya Raja Sejong yang baru dikenal dan harus dikaji lebih banyak lagi.[9]
Raja Sejong membantu para petani membuat buku mengenai pertanian yang disebut Nongsa Jikseol yang berisi pengajaran berbagai cara atau teknik bertani untuk berbagai wilayah di negerinya.[10] Teknik-teknik ini diperlukan guna meningkatkan hasil pertanian rakyat.[10]
Dalam masa pemerintahannya, Jang Yeong-sil (蔣英實) menjadi terkenal sebagai seorang ilmuwan besar. Jang dikenal sebagai anak muda yang jenius walaupun memiliki status sosial rendah. Taejong, ayah Sejong, mengetahui Jang sangat berbakat dan memanggilnya ke istana. Raja Sejong berencana memberikan Jang sebuah posisi di pemerintahan dan mendanai penelitiannya namun ditolak kalangan pejabat istana yang meragukan seseorang dari kelas rendah. Atas dukungan Raja Sejong Jang Yeong-sil berhasil menciptakan bagan-bagan jam air, peralatan militer dan jam matahari.[11] Namun prestasi terbesarnya adalah pada tahun 1442, saat ia berhasil menciptakan alat pengukur hujan pertama di dunia; namun model ciptaanya tidak bertahan. Alat pengukur hujan tertua dari Asia Timur dibuat dari masa pemerintahan Raja Yeongjo tahun 1770. Berdasarkan Seungjeongwon ilgi;(承政院日記, Buku Harian Sekretariat Kerajaan), Raja Yeongjo ingin menciptakan kembali berbagai penemuan yang dibuat pada masa Raja Sejong saat ia meneliti kronik-kronik Raja Sejong. Ia menemukan catatan mengenai penemuan alat pengukur hujan, maka Raja Yeongjo memerintahkan untuk membuat reproduksinya. Karena tahun penemuan kembali alat ini di masa kenaikan takhta Kaisar Qianlong dari Dinasti Qing di Tiongkok (bertakhta 1735–1796),[12] banyak yang mengetahui bahwa alat pengukur hujan pertama berasal dari Tiongkok.
Sejong merombak sistem kalender Korea yang saat itu berdasarkan pada garis lintang ibu kota di Tiongkok.[10] Untuk pertama kalinya, ia membuat kalender yang berdasarkan posisi utama garis lintang ibu kota Joseon, Seoul, dengan bantuan para astronomisnya.[10] Sistem baru ini membuat para astronomis dapat melakukan prediksi yang sangat tepat akan munculnya peristiwa gerhana matahari dan bulan.[10][13]
Sejong juga berjasa dalam bidang Obat tradisional Korea, dengan 2 karya penting yang ditulis pada masanya, yakni Hyangyak chipsŏngbang dan Ŭibang yuch'wi, yang membedakan cara pengobatan Tiongkok dengan Korea."[10]
Sastra
Sejong sangat menghargai sastra, dan memerintahkan para pejabat tinggi dan ilmuwan untuk belajar di istana. Ia menciptakan karya besar hangul dan mengumumkannya dalam Hunminjeongeum (훈민정음), yang berarti "Kata-kata yang benar untuk diajarkan kepada rakyat."
Sejong juga sangat berjasa terhadap pengembangan pertanian rakyat Joseon, jadi ia mengizinkan para petani untuk membayar pajak lebih sedikit atau lebih banyak pada saat terjadinya kemunduran atau kemajuan ekonomi negara. Karena hal ini, para petani dapat menghasilkan lebih banyak tanpa mengkhawatirkan pajak. Suatu saat pernah terjadi kelebihan makanan di istana dan Raja Sejong membagi-bagikan makanan itu kepada para petani dan rakyat miskin yang membutuhkan makanan. Pada tahun 1429 Nongsa Jikseol (農事直說) disusun untuk memberikan pengertian kepada rakyat tentang cara-cara bertani.
Raja Sejong banyak menciptakan karya sastra dan musik istana yang terkenal, seperti:
Yongbi Eocheon Ga ("Lagu Naga Terbang", 1445)
Seokbo Sangjeol ("Episode dari Kehidupan Sang Buddha", Juli 1447)
Worin Cheon-gang Jigok ("Nyanyian Bulan di Seribu Sungai", Juli 1447)
Dongguk Jeong-un ("Kamus untuk Pengucapan Sino-Korea yang Benar", September 1447)
Pada tahun 1420 Sejong mendirikan lembaga Jiphyeonjeon yang berarti "Aula Orang Berjasa" (集賢殿); di Istana Gyeongbok untuk menunjuk para ilmuwan yang berbakat. Lembaga ini berpartisipasi di dalam berbagai acara keilmuan dan pendidikan, termasuk penyusunan Hunmin Jeongeum, yang berisikan formula abjad hangeul.[14]
Jasa Raja Sejong yang paling besar adalah penciptaan abjad Hangeul, sistem abjad fonetik yang cocok untuk bahasa Korea.[15]
Sebelum penggunaan hangeul meluas, hanya anggota masyarakat dari kalangan bangsawan yang bisa membaca tulisan (Hanja dasarnya dipergunakan untuk menulis kata di dalam bahasa Korea dengan tulisan Tiongkok, sedangkan sistem Hanmun adalah tulisan Tiongkok klasik yang digunakan untuk menulis dokumen). Seseorang harus mempelajari sistem penulisan hanja yang sulit untuk membaca atau menulis.[16]
Raja Sejong memperkenalkan 28 buah abjad baru agar semua golongan rakyat dapat membaca dan menulis dengan mudah. Hangeul dianggap perlambang identitas budaya untuk Joseon. Abjad hangeul dikeluarkan pada tahun 1446 dan dilarang penggunaanya di awal abad ke-20 saat penjajahan Jepang.
Kematian
Sejong meninggal pada usia 54 tahun dan dimakamkan di Makam Yeong (영릉; 英陵) pada tahun 1450. Ia digantikan oleh putra pertamanya, Munjong.
Pada awal tahun 2007, pemerintahan Republik Korea memutuskan untuk mendirikan suatu distrik administratif di provinsi Chungcheong Selatan, dekat kota Daejeon yang dinamakan Kota Otonomi Khusus Sejong, dan akan menggantikan Seoul sebagai ibu kota masa depan Republik Korea.
^Pada saat itu, kediaman tersebut juga disebut Istana Terpisah Timur (동별궁; 東別宮; Dongbyeolgung); sekarang, dikenal sebagai Istana Terpisah Andong (안동별궁; 安洞別宮; Andongbyeolgung).