Bayinnaung (bahasa Burma: ဘုရင်နောင်; IPA: [bayìnnaʊ̀n]; bahasa Thai: บุเรงนองกะยอดินนรธา, RTGS: Burengnong Kayodin Noratha; bahasa Portugis: 'Braginoco'; 16 Januari 1516 – 10 Oktober 1581 16 January 1516 – 10 October 1581) adalah raja Dinasti Toungoo di Burma. Selama 31 tahun kekuasaannya, yang disebut sebagai "ledakan energi manusia terbesar di Burma", Bayinnaung telah membangun kerajaan terbesar dalam sejarah Asia Tenggara, meliputi wilayah yang sekarang ini adalah Burma, Negeri Shan Tiongkok, Lanna, Lan Xang, Manipur, dan Siam. [.[1]
Ia dianggap sebagai salah satu dari tiga Raja Burma terbesar, bersama dengan Anawrahta dan Alaungpaya. Beberapa tempat terkenal di Myanmar sekarang ini diberi nama sesuai dengan namanya. Ia juga terkenal di Thailand sebagai Phra Chao Chana Sip Thit (พระเจ้าชนะสิบทิศ, "Raja Sepuluh Arah").
Keluarga
Sang raja memiliki tiga permaisuri ratu utama dan lebih dari 50 ratu junior lain. Secara keseluruhan, ia memiliki 97 anak.[note 1] Berikut adalah daftar ratu-ratu terkenal dan keturunannya.
^Baik Maha Yazawin (Maha Yazawin Vol. 3 2006: 77) maupun Hmannan Yazawin (Hmannan Vol. 3 2003: 73) menyebutkan bahwa ia memiliki 3 putra dan 3 putri dari ratu-ratu senior serta 35 putra dan 56 putri dari ratu-ratu junior, sehingga total 97 anak. Tapi, rincian daftar ratu-ratu dan anak-anak mereka menurut Hmannan (Hmannan Vol. 3 2003: 68–73) hanya menyebutkan 86 anak (32 putra dan 54 putri). Anak-anak yang lain disebutkan dalam berbagai bagian kronik. Total akhir ada sedikitnya 92 nama yang berbeda terdiri atas 33 putra dan 59 putri. Perbedaan tersebut mungkin terjadi karena kesalahan pencatatan jenis kelamin dan/atau jumlah anak-anak yang belum diberi nama yang meninggal muda.
Aung-Thwin, Michael A.; Maitrii Aung-Thwin (2012). A History of Myanmar Since Ancient Times (edisi ke-illustrated). Honolulu: University of Hawai'i Press. ISBN978-1-86189-901-9.
Damrong Rajanubhab (2012). Phra Prawat Somdet Phra Naresuan Maha Rat พระประวัติสมเด็จพระนเรศวรมหาราช [Royal Biography of King Naresuan the Great] (dalam bahasa Thai) (edisi ke-5th). Bangkok: Matichon. ISBN9789740209805.
Kala, U (1724). Maha Yazawin (dalam bahasa Burmese). 1–3 (edisi ke-2006, 4th printing). Yangon: Ya-Pyei Publishing.Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
Lieberman, Victor B. (2003). Strange Parallels: Southeast Asia in Global Context, c. 800–1830, volume 1, Integration on the Mainland. Cambridge University Press. ISBN978-0-521-80496-7.
Sandamala Linkara, Ashin (1931). Rakhine Razawin Thit (dalam bahasa Burmese). 1–2 (edisi ke-1997). Yangon: Tetlan Sarpay.Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
Sein Lwin Lay, Kahtika U (1968). Mintaya Shwe Hti and Bayinnaung: Ketumadi Taungoo Yazawin (dalam bahasa Burmese) (edisi ke-2006, 2nd printing). Yangon: Yan Aung Sarpay.Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
Simms, Peter; Sanda Simms (2001). The Kingdoms of Laos: Six Hundred Years of History (edisi ke-illustrated). Psychology Press. ISBN9780700715312.
Smith, Ronald Bishop (1966). Siam; Or, the History of the Thais: From 1569 A.D. to 1824 A.D. 2. Decatur Press.
Tarling, Nicholas (1999). The Cambridge History of Southeast Asia. 2 (edisi ke-illustrated). Cambridge University Press. ISBN9780521663700.
Thaw Kaung, U (2010). Aspects of Myanmar History and Culture. Yangon: Gangaw Myaing.
Thein Hlaing, U (2000). Research Dictionary of Burmese History (dalam bahasa Burmese) (edisi ke-2011, 3rd). Yangon: Khit-Pya Taik.Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
Yule, Capt. Henry (1857). Dr. Norton Shaw, ed. "On the Geography of Burma and Its Tributary States". The Journal of the Royal Geographical Society. London: The Royal Geographical Society. 27.