Marasende adalah nama sebuah pulau kecil berpenghuni yang berada di gugusan Kepulauan Kalukalukuang, perairan Selat Makassar dan secara administratif masuk pada wilayah Desa Marasende, Kecamatan Liukang Kalmas, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, Sulawesi Selatan, Indonesia. Pulau Marasende memiliki wilayah seluas 1.916.810,2295700 m2.[1] Secara astronomis, pulau ini terletak di titik koordinat 5°7′33.96″LS,118°8′52.8″BT.[2]
Pulau Marasende merupakan satu-satunya pulau yang termasuk dalam wilayah administratif Desa Marasende. Pulau ini dikelilingi oleh perairan Selat Makassar, sedangkan di sebelah Barat berbatasan dengan Pulau Bangkobangkoang. Asal usul nama "Marasende" di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan dikenal sebagai pulau lipan sebab sebelum pulau ini dihuni, di pulau ini hidup 2 ekor lipan raksasa (betina dan jantan) dan sampai saat ini masih banyak anak lipan. Lipan ini dikenal ganas dan buas setiap perahu yang melintas di pulau ini, maka lipan langsung terbang ke perahu dan menghabisi semua orang-orang yang ada di perahu. Dari kisah lipan ini, nama Pulau Marasende lahir. Marasende terdiri dari 2 morfem, yaitu "mara" (marah) dan "sende" (menerkam) (dalam bahasa Lokal).
Pulau Marasende seperti halnya pulau-pulau lain dalam lingkup Kecamatan Liukang Kalmas hanya dapat diakses dengan menumpang perahu motor milik warga yang sedang membawa komoditas hasil laut ke Kota Makassar dengan waktu tempuh ± 17 jam. Hal ini karena belum tersedianya sarana transportasi khusus penumpang yang melayani rute Pulau Marasende dan daratan utama Makassar atau Pangkep. Pada waktu-waktu tertentu ketika cuaca tidak bersahabat dan gelombang laut tinggi, pulau ini sangat sulit diakses. Kondisi tersebut berlangsung antara bulan Desember dan Maret (musim barat) dan antara bulan Juli dan September (musim timur).
Demografi
Pulau Marasende dengan luas ± 12 km² (termasuk wilayah perairan) ini dihuni oleh ± 1.375 jiwa yang terdiri 313 Kepala Keluarga (KK) (Data 2017). Mereka sebagian besar beretnis Mandar, sedangkan sebagian kecil lainnya beretnis Bugis, Makassar, dan Jawa. Komposisi etnis di pulau ini, yaitu suku Mandar 94%, suku Makassar 2%, Suku Bugis 1%, suku Jawa 1%, suku Madura 1%, dan suku Bajo 1%.
Ekosistem dan sumberdaya hayati
Pulau Marasende dikelilingi oleh terumbu karang bertipe terumbu karang tepi. Rataan terumbu perupakan rataan pasir yang ditumbuhi oleh tumbuhan laut seperti lamun, algae. Pada lereng terumbu 3 meter ke bawah kondisi terumbu karang tergolong rusak, dan hampir semua titik penyelaman dalam kondisi yang sama. Pada karang mati, tumbuh karang lunak yang kurang dari 10% lebih rendah dari pada kehairan kelompok organisme lain. Karang lunak dan karang keras memiliki kesempatan menempati ruang dasar terumbu yang hampir berimbang. Genera karang yang banyak ditemukan yaitu; Acropora, Montipora, serta Porites untuk karang keras dan Sarcophyton, Lobophyton, Sinularia, Xenia, dan Nephthea untuk karang lunak.
Aktivitas pengelolaan sumberdaya
Pemanfaatan sumber daya alam merupakan aktifitas dominan yang dilakukan warga dalam menopang perekonomian keluarga. Usaha pemanfaatan sumber daya laut dilakukan dengan cara budidaya rumput laut di sekitar pulau dan menangkap berbagai macam jenis biota laut, sedangkan pemanfaatan sumber daya perkebunan berupa pengolahan buah kelapa menjadi kopra. Komposisi mata pencaharian penduduk pulau ini: petani rumput laut 95% dan nelayan Tangkap 5% (ikan tuna dan jenis lainnya).
Pada musim Timur (Juni sampai September), para nelayan melakukan kegiatan pengambilan telur ikan torani. Hasilnya lalu dijual kepada pengumpul yang kemudian membawa dan menjual komoditas tersebut ke Kota Makassar. Perairan sekitar pulau juga menjadi areal penangkapan ikan cucut dengan menggunakan rawai. Aktifitas penangkapan tersebut tidak saja dilakukan oleh warga Marasende tetapi juga oleh nelayan yang berasal dari Mamuju Propinsi Sulawesi Barat. Organ yang memiliki nilai jual tinggi dari ikan cucut tersebut adalah adalah bagian siripnya. Sirip tersebut kemudian dikeringkan dan diangkut ke kota untuk dijual. Penduduk juga melakukan penangkapan ikan tongkol dengan menggunakan alat pancing di sekitar pulau. Namun pemanfaatan tersebut terbatas untuk memenuhi kebutuhan konsumsi warga pulau semata. Dalam operasi penangkapan, mereka menggunakan jolloro' (kapal motor yang berukuran sedang yakni antara 2 dan 5 ton) atau sampan kecil yang bermesin maupun yang tidak bermesin. Lokasi penangkapan sangat ditentukan oleh ukuran kapal dan organisme target penangkapan. Nelayan yang hanya memiliki perahu dengan ukuran bodi dan mesin relatif kecil hanya melakukan kegiatan penangkapan di sekitar pulau mereka saja. Sedangkan nelayan yang memiliki perahu relatif besar akan melakukan kegiatan penangkapan di lokasi yang relatif jauh.
Sarana dan prasarana
Di pulau ini terdapat sarana pendidikan (SD, SMP, dan SMA), Kantor Desa, Pusksmas Pembantu, Poskesdes, perpustakaan desa, masjid, Lapangan sepak bola, lapangan voli, lapangan tenis meja, lapangan basket, dan lapangan sepak takraw.
Referensi
Pranala luar