Pierre Laval
Pierre Laval (28 Juni 1883 – 15 Oktober 1945) adalah aktivis, pengacara, dan politikus Prancis yang pernah menjabat sebagai Perdana Menteri Prancis sebanyak 4 kali (dua kali pada masa Republik Prancis Ketiga, dua kali pada masa Prancis Vichy). Laval dihukum mati setelah divonis bersalah atas tindakan kolaboratifnya dengan Jerman selama Perang Dunia II.[1][2][3][4][5] RiwayatDalam struktur pemerintahan Prancis Vichy, Laval merupakan orang kedua setelah Philippe Pétain. Sebelum Perang Dunia II meletus, Laval adalah seorang pengacara dan aktivis sosialis yang tergabung dalam Section Française de I'Internationale Ouvriére, sebuah partai politik berhaluan sosialis.[6] Saat masih menjabat sebagai perdana menteri di era Republik Ketiga Prancis (sebelum penaklukan Jerman), Laval pernah dipaksa mundur dari jabatannya, karena ia terindikasi mendukung diktator Italia, Benito Mussolini. Pada saat itu, Laval memutuskan untuk mundur dari dunia politik dan menjadi pengusaha media.[7] Menjadi Kolaborator NaziSetelah Jerman berhasil mengakali pertahan Garis Maginot milik Prancis dan menaklukkannya, Jerman mendirikan sebuah negara boneka Prancis, yaitu Prancis Vichy. Pemerintahan baru ini dipimpin oleh Philippe Pétain, seorang pahlawan Prancis dalam Perang Dunia I dan sedang menjabat sebagai Menteri Perang Prancis. Pada awal masa pemerintahan Vichy, Laval berperan sebagai orang yang memaksa Perdana Menteri Prancis saat itu, Paul Reynaud untuk mundur melalui siaran radio dan koran miliknya.[7] Pada 12 Juli 1940, Laval bergabung dalam pemerintahan Prancis Vichy pimpinan Pétain. Di dalam pemerintahan Vichy, Laval banyak merangkap jabatan, antara lain; Presiden Dewan, Menteri Luar Negeri Prancis, Menteri Dalam Negeri Prancis, dan Menteri Penerangan Prancis. Posisi-posisi ini digunakan Laval untuk memperkuat hubungan antara Prancis Vichy dengan Jerman. Bahkan Laval mengirim salah satu ajudannya, yakni Fernand de Brinon untuk mengurus penyerahan Prancis terhadap Jerman.[8] Pada 22 Oktober 1940, Laval juga bertemu dengan pemimpin Reich Ketiga, Adolf Hitler di Montoire-sur-le-Loir, Prancis untuk menawarkan aliansi antara Prancis dengan Jerman. Dari pertemuan itulah kemudian, Laval berhasil mempertemukan Hitler dengan Philippe Pétain di tempat yang sama. Hasil pertemuan itulah yang kemudian menjadi aksi kolaborasi antar rezim Prancis Vichy dengan Jerman.[9] Sepak terjang Laval selama menjadi kolaborator dapat dikatakan sangat fanatik terhadap Nazi, ia banyak memberikan bantuan kepada pasukan Blok Poros tanpa diminta sekalipun oleh Hitler. Laval pernah mengkhianati kepercayaan Belgia, ia sengaja mengirim emas milik Bank Nasional Belgia yang di simpan di Paris ke Jerman. Laval juga memberikan sebagian saham Prancis di tambang tembaga Yugoslavia ke Jerman. Laval jugayang meminta Pétain untuk memberikan bantuan militer ke Jerman, setelah dirinya bertemu dengan Hermann Göring. Laval juga menginisiasikan invasi militer ke negara bekas koloni Prancis, Chad karena presiden Chad saat itu, Félix Eboué mendukung Charles de Gaulle.[10] Konflik dengan PétainFanatisme dan ambisi Laval kepada Jerman membuat pejabat pemerintahan Prancis Vichy khawatir, termasuk Philippe Pétain. Bahkan pada 13 Desember 1940, Pétain mencopot Laval dari semua jabatannya dan menggantinya dengan Pierre Étienne Flandin dan kemudian diganti lagi dengan François Darlan. Setelah dicopot dari jabatannya, Laval bahkan pernah ditahan oleh Prancis Vichy. Namun penahanan Laval terbilang sangat singkat, ia langsung dibebaskan atas intervensi dari Duta Besar Jerman untuk Prancis, Otto Abetz. Laval kemudian kembali ke Paris dan melanjutkan aktvitas politiknya di bawah perlindungan pasukan Jerman.[10] Percobaan PembunuhanCukup banyak yang orang Prancis yang membenci Laval, ia bahkan sempat beberapa kali mendapat beberapa percobaan pembunuhan dari orang-orang yang sebenarnya sehaluan dengannya. Pada 27 Agustus 1941 Laval mendapatkan percobaan pembunuhan, yaitu pada saat ia sedang menginspeksi parade Légion des Volontaires Français (LVF). Percobaan pembunuhan itu dilakukan oleh seorang ultranasionalis Prancis bernama Paul Collete, ia adalah mantan anggota Croix-de-Feu, sebuah organisasi fasis Prancis yang berdiri saat periode antarperang (Interbellum).[10] Kembali Menjadi Perdana MenteriMeski pernah berkonflik dengan Pétain pada 18 April 1942, Laval kembali dipanggil oleh pemerintah Prancis Vichy untuk menjadi perdana menteri menggantikan Darlan. Hubungannya dengan pemimpin Prancis Vichy membaik, termasuk dengan Pétain. Bahkan kali ini, Laval mendobrak hingga menjadi orang nomor dua di Prancis Vichy.[11] Namun posisi yang didapat Laval dan hubungan baiknya dengan Pétain tidak merubah fanatismenya pada Jerman. Ia berhasil mempengaruhi Pétain untuk mengadopsi kebijakan antisemit Nazi dan membentuk pasukan paramiliter Milice di Afrika Utara. Laval juga dituduh bertanggungjawab atas pengiriman warga Prancis ke Jerman sebagai tenaga kerja paksa yang disebut sebagai Service du Travail Obligatoire. Kebijakan-kebijakan Laval pada dasarnya merugikan Prancis, tetapi ia tidak bisa disentuh karena dilindungi oleh Jerman.[11] Akhir KekuasaanSetelah Blok Sekutu berhasil merangsek masuk ke Prancis, pemerintah Prancis Vichy sempat pindah ke Belfort dan kemudian ke Sigmaringen, Jerman. Pasukan Jerman yang tidak mampu lagi menahan gempuran dari barat dan timur, akhirnya menyerah pada Mei 1945. Para petinggi Prancis Vichy banyak yang melarikan diri, termasuk Laval. Ia berencana untuk kabur ke dari Jerman ke Spanyol, yang saat itu masih dipimpin oleh Jenderal Francisco Franco, diktator Spanyol yang pernah dibantu Hitler dalam Perang Saudara Spanyol. Namun Laval tidak pernah bisa keluar dari Eropa tengah, ia justru terjebak di Austria dan tertangkap.[11] Setelah Laval berhasil ditangkap oleh pasukan Sekutu di Austria, pada 30 Juli 1945 ia diserahkan kembali ke pemerintah Prancis merdeka pimpinan Charles de Gaulle. Di Prancis, ia diadili dan didakwa dengan tuduhan pengkhianatan dan berkolaborasi dengan musuh negara, ancamannya adalah hukuman mati. Vonis hukuman mati Laval dijatuhkan pada 9 Oktober 1945, meskipun ia mengajukan keberatan, pengadilan tetap memutus Laval bersalah. Ia juga sempat mencoba bunuh diri dengan pil sianida sebelum dieksekusi, tetapi gagal. Pada akhirnya ia tetap dieksekusi oleh regu tembak di penjara Fresnes.[2][11] Referensi
|