Nadezhda Sergeevna Alliluyeva[a] (bahasa Rusia: Наде́жда Серге́евна Аллилу́ева; 22 September 1901 – 9 November 1932) adalah istri kedua Josef Stalin. Ia lahir di Baku dari pasangan yang merupakan teman Stalin sesama revolusioner. Nadezhda dibesarkan di Sankt-Peterburg. Nadezhda telah mengenal Stalin sejak usia muda, dan menikah dengannya saat berumur 18 tahun. Dari pernikahannya dengan Stalin, Nadezhda memiliki dua anak. Nadezhda bekerja sebagai sekretaris para pemimpin Partai Bolshevik, termasuk Vladimir Lenin dan Stalin. Ia kemudian berkuliah di Akademi Industri di Moskwa untuk mempelajari serat sintetis, dan akhirnya menjadi seorang insinyur. Nadezhda memiliki masalah kesehatan yang berdampak buruk pada hubungannya dengan Stalin. Nadezhda sering mencurigai bahwa Stalin tidak setia. Sehingga, hal tersebut membuatnya sering bertengkar dengan Stalin. Dalam beberapa kesempatan, Nadezhda dikabarkan mempertimbangkan untuk meninggalkan Stalin. Setelah pada malam sebelumnya bertengkar dengan Stalin, Nadezhda Alliluyeva akhirnya bunuh diri dengan menembak dirinya sendiri pada pagi hari tanggal 9 November 1932.
Masa muda
Latar belakang
Ayah Nadezhda, Sergei Alliluyev (1866–1945), berasal dari keluarga petani di Oblast Voronezh (kini Rusia bagian barat daya).[2] Sergei lalu pindah ke Kaukasus untuk bekerja pada depot kereta api dan menjadi familier dengan kondisi kerja di Kekaisaran Rusia.[3][4] Nenek Sergei adalah seorang Romani, sebuah fakta yang oleh cucunya, Svetlana, dikaitkan dengan "wajah khas selatan yang sedikit eksotis" dengan "mata hitam" yang menjadi ciri khas keluarga Alliluyev.[5] Sergei kemudian bergabung ke Partai Buruh Sosial Demokrat Rusia (RSDLP) pada tahun 1898 dan menjadi anggota aktif dalam kelompok studi pekerja. Melalui kelompok studi itulah ia bertemu dengan Mikhail Kalinin, salah satu ketua organisator partai tersebut di Kaukasus.[6] Sergei lalu ditahan dan diasingkan ke Siberia, tetapi pada tahun 1902 ia kembali ke Kaukasus.[7] Pada tahun 1904, ia bertemu Ioseb Jughashvili (kemudian dikenal sebagai Josef Stalin) saat membantu memindahkan mesin percetakan dari Baku ke Tiflis.[8] Wali baptisnya adalah Avel Yenukidze yang merupakan Bolshevik Lama asal Georgia dan rekan Stalin.[9]
Ibu Nadezhda, Olga Fedotenko (1877–1951), adalah anak bungsu dari sembilan bersaudara yang lahir dari pasangan Evgeni Fedotenko dan Magdalena Eicholz. Anak perempuan Nadezhda, Svetlana, dalam memoarnya menulis bahwa Evgeni adalah keturunan Ukraina dari pihak ayahnya, sedangkan ibu Evgeni beretnis Georgia, dan Evgeni dibesarkan dengan bahasa Georgia di rumahnya.[10] Sementara itu, Magdalena berasal dari keluarga pemukim Jerman, serta berbicara dengan bahasa Jerman dan Georgia di rumahnya.[11] Evgeni awalnya ingin Olga menikahi salah satu anak temannya, tetapi Olga menolak rencana pernikahan itu dan meninggalkan rumah pada usia 14 tahun untuk tinggal bersama Sergei dan bergabung dengannya di Tiflis.[12]
Masa muda
Nadezhda Alliluyeva lahir di Baku pada tanggal 22 September 1901[4] sebagai anak bungsu dari empat bersaudara. Kakak-kakak kandungnya bernama Anna, Fyodor, dan Pavel.[13] Keluarga Alliluyev pindah ke Moskwa pada tahun 1904, tetapi kemudian kembali ke Baku pada tahun 1906. Pada tahun 1907, Sergei dan keluarganya pindah ke Sankt-Peterburg dan tinggal di sana untuk menghindari penangkapan.[14] Keluarga Sergei sering membantu menyembunyikan para anggota Bolshevik, sebuah kelompok revolusioner Rusia, di rumah mereka, termasuk Stalin.[15] Sergei Aliluyev bekerja di pembangkit listrik. Pada tahun 1911, ia diangkat sebagai kepala sektor di sana sehingga memungkinkan keluarganya untuk hidup nyaman.[16]
Nadezhda terlibat dalam aktivitas revolusioner selama masa mudanya yang pertama kali terlihat ketika Nadezhda menjadi pendukung Bolshevik ketika masih bersekolah.[17] Keluarganya sering menjamu anggota partai Bolshevik di rumah mereka, termasuk menyembunyikan Vladimir Lenin selama Hari-hari Juli 1917, yang makin memperkuat pandangan revolusioner Nadezhda.[18] Setelah Lenin melarikan diri dari Rusia pada bulan Agustus 1917, Stalin tiba.[19] Ia telah mengenal Nadezhda sejak masih kecil dan Stalin dikabarkan pernah menyelamatkan Nadezhda saat ia tenggelam ketika mereka berdua tinggal di Baku.[20] Setelah bertahun-tahun tidak berjumpa, mereka merekatkan hubungan sepanjang sisa waktu musim panas.[21] Stalin dan Nadezhda akhirnya menikah pada bulan Februari atau Maret 1919.[22][b] Saat menikah, Stalin berstatus sebagai duda berusia 40 tahun dan ayah dari seorang putra (Yakov) yang lahir pada tahun 1907 dari istri pertamanya, Kato Svanidze, yang meninggal akibat tifus pada akhir tahun 1907. Tidak ada upacara untuk pernikahan ini, karena kaum Bolshevik tidak menyukai kebiasaan tersebut.[24]
Kehidupan dan karier selanjutnya
Kehidupan profesional
Pengambilalihan kekuasaan oleh Bolshevik pada November 1917 (O.S. Oktober 1917), menyebabkan Perang Saudara Rusia. Pada tahun 1918, Nadezhda dan Stalin pindah ke Moskwa dan bergabung dengan para pemimpin Bolshevik lainnya karena ibu kota dipindahkan dari Petrograd ke sana.[25][c] Mereka tinggal di Istana Hiburan[d]Kremlin, dan menempati kamar terpisah.[1][28] Stalin mengangkat Nadezhda menjadi sekretaris di Komisariat Rakyat untuk Kebangsaan dan Stalin menjabat sebagai Kepala Komisariat tersebut. Pada bulan Mei, Stalin membawa Nadezhda dan saudara laki-lakinya, Fyodor bersamanya ke Tsaritsyn, tempat kaum Bolshevik berperang melawan Tentara Putih yang merupakan bagian dari Perang Saudara Rusia.[29] Nadezhda tidak tinggal lama di sana dan kembali ke Moskwa, karena keterlibatan Stalin dalam perang saudara membuatnya jarang berada di rumah.[30] Pada tahun 1921, Perang Saudara berakhir, dan pada tahun 1922, Uni Soviet didirikan di bawah kepemimpinan Lenin.[31]
Karena tidak ingin bergantung pada Stalin, Nadezhda pindah posisi dan bergabung ke sekretariat Lenin.[32] Hal ini diduga membuat Stalin kesal, karena ia ingin istrinya berhenti dari pekerjaannya dan tetap tinggal di rumah. Nadezhda merasa nyaman bekerja untuk Lenin dan istrinya Nadezhda Krupskaya, yang juga seorang fungsionaris Bolshevik. Mereka lebih lembut dalam menyikapi hasil pekerjaannya dibanding Stalin, karena Lenin mengetahui bahwa Nadezhda putus sekolah pada usia muda. Oleh karena itu, Lenin memaafkannya misalnya untuk kesalahan ejaan.[33]
Pada tahun 1921, beberapa bulan setelah kelahiran anak pertama mereka, Vasily, Nadezhda dikeluarkan dari Partai Bolshevik. Menurut sejarawan Oleg Khlevniuk, ia mengalami kesulitan dalam mengatur kehidupan keluarga, kehidupan profesional, dan pekerjaan partainya, dan dianggap hanya menjadi "pemberat yang tidak tertarik pada kehidupan partai."[34][e] Meskipun ia diterima kembali melalui perantaraan pejabat tinggi partai, termasuk Lenin, statusnya tidak dipulihkan secara penuh hingga tahun 1924.[36] Nadezhda khawatir jika ia hanya melakukan pekerjaan rumah tangga, ia tidak akan dianggap penting. Ia juga ingin memenuhi kualifikasi untuk pekerjaan apa pun yang ia ambil.[37] Setelah bekerja di sekretariat Lenin, Nazedha dipindah untuk bekerja dengan Sergo Ordzhonikidze (teman dekat Stalin dan sesama anggota senior Bolshevik) meskipun hanya sebentar dan kemudian dipindahkan lagi ke Institut Agraria Internasional di Departemen Agitasi dan Propaganda sebagai asisten.[38]
Lenin meninggal pada tahun 1924 dan akhirnya digantikan oleh Stalin sebagai pemimpin Uni Soviet.[39] Bosan dengan pekerjaannya dan tidak menyenangi perannya sebagai "Ibu Negara", Nadezhda pun mencari kesibukan untuk dirinya sendiri.[40] Tertarik pada pendidikan dan ingin lebih memahami seni, pada tahun 1929, ia mendaftar di Akademi Industri untuk mempelajari rekayasa dan serat sintetis, yang merupakan teknologi baru pada saat itu, dan menjadi lebih aktif dalam rapat partai lokal.[25][41] Seperti kebiasaan pada waktu itu, Nadezhda mendaftar dengan menggunakan nama kecilnya, agar tidak menarik perhatian orang lain. Tidak jelas apakah rekan-rekannya tahu ia siapa, meskipun mungkin setidaknya bos partai lokal, Nikita Khrushchev, tahu siapa Nadezhda.[42] Nadezhda sering menggunakan trem dari Kremlin ke Akademi, bersama dengan Dora Khazan (ru), istri Andrey Andreyev, seorang Bolshevik terkemuka dan rekan Stalin.[43] Di Akademi, Nadehzda berinteraksi dengan para siswa dari seluruh Uni Soviet. Beberapa orang berspekulasi bahwa Nadezhda menjadi tahu mengenai masalah yang dihadapi oleh masyarakat sebagai akibat dari kolektivisasi pertanian, termasuk kelaparan di Ukraina, dan berdebat dengan Stalin tentang hal ini.[42][44] Sementara itu, Khlevniuk menyimpulkan bahwa "sama sekali tidak ada bukti kuat bahwa [Nadezhda] keberatan dengan kebijakan suaminya... Surat-suratnya memberi kesan bahwa dia, seperti elit Bolshevik lainnya, benar-benar terisolasi dari puluhan juta orang di luar tembok Kremlin yang menderita."[45]
Kehidupan keluarga
Nadezhda melahirkan anak pertamanya, Vasily, pada tahun 1921. Sejarawan Simon Sebag Montefiore mencatat bahwa ia berjalan kaki ke rumah sakit untuk melahirkan sebagai bentuk "penghematan Bolshevik".[46] Anak keduanya, Svetlana, lahir pada tahun 1926.[47] Pada tahun 1921, keluarga tersebut juga menerima putra pertama Stalin, Yakov Dzhugashvili untuk tinggal bersama mereka. Yakov sebelumnya tinggal di Tiflis bersama kerabat Svanidze.[48] Nadezhda hanya berjarak enam tahun lebih tua dari anak tirinya, Yakov sehingga mereka menjalin hubungan layaknya sahabat.[49] Pada waktu yang sama, keluarga Stalin juga mengangkat Artyom Sergeyev, putra Fyodor Sergeyev (teman dekat Stalin) sebagai anak angkat mereka. Fyodor meninggal empat bulan setelah kelahiran Artyom akibat sebuah kecelakaan dan meskipun ibunya masih hidup, Artyom dibesarkan di keluarga Stalin.[50][51]
Tertarik untuk mengejar karier profesionalnya, Nadezhda tidak menghabiskan banyak waktu dengan anak-anaknya, dan malah menyewa pengasuh, Alexandra Bychokova, untuk mengawasi anak-anaknya.[52] Ketika mengurusi anak-anaknya, Nadezhda cukup ketat. Svetlana juga mengingat bahwa satu-satunya surat yang pernah ia terima dari ibunya berisi kemarahan ibunya karena Svetlana "sangat nakal" meskipun Svetlana berusia empat atau lima tahun saat itu. Svetlana juga ingat bahwa satu-satunya orang yang ditakuti Stalin adalah Nadezhda.[53] Meski begitu, Nadezhda ingin memastikan anak-anaknya menerima pendidikan yang baik.[40]
Selama hari-hari kerja, Alliluyeva dan keluarga tinggal di apartemen mereka di Kremlin, sembari tetap mempertahankan gaya hidup sederhana dan mengendalikan pengeluaran keluarga.[42] Pada akhir pekan, mereka sering pergi ke dacha mereka di pinggiran Moskwa.[48] Kakak-kakak Nadezhda dan keluarga mereka tinggal tidak jauh dari situ dan mereka semua sering berkumpul saat ada kesempatan.[54] Sedangkan pada musim panas, Stalin akan berlibur di sepanjang pantai Laut Hitam, dekat Sochi atau di Abkhazia dan kerap ditemani oleh Nadezhda meskipun pada tahun 1929 Nadezhda hanya menghabiskan beberapa hari di sana sebelum kembali ke Moskwa untuk belajar. Meskipun terpisah, Stalin dan Nadezhda sering menulis surat kepada satu sama lain.[55]
Menurut teman dekatnya, Polina Zhemchuzhina, pernikahan Stalin dan Nadezhda cukup tegang dan keduanya sering bertengkar.[56] Stalin percaya bahwa ibu Nadezhda menderita skizofrenia.[57]Karl Pauker, yang saat itu menjabat sebagai kepala keamanan pribadi Stalin, tidak mau menjadi saksi pertengkaran mereka. "Ia seperti batu," kata Pauker tentang Nadezhda, "[Stalin] sangat kasar dengannya, tetapi ia kadang-kadang takut pada Nadezhda. Terutama ketika senyum menghilang dari wajahnya."[58] Nadezhda mencurigai Stalin selingkuh dengan wanita lain,[45][59] meskipun menurut Boris Bazhanov, mantan sekretaris Stalin, "wanita lain tidak menarik perhatian [Stalin]. Wanitanya sendiri sudah cukup baginya, dan ia kurang memperhatikan istrinya."[60]
Seiring dengan dugaan bahwa Stalin mengabaikannya, kesehatan Nadezhda pun memburuk pada tahun-tahun terakhir hidupnya. Ia menderita "depresi yang mengerikan", sakit kepala, dan menopause dini. Putrinya mengklaim bahwa Nadezhda memiliki "masalah kewanitaan" karena "beberapa aborsi yang tidak pernah tertangani".[61] Pada beberapa kesempatan, Nadezhda diberitakan ingin meninggalkan Stalin dan membawa anak-anaknya. Pada tahun 1926, ia pergi untuk waktu yang singkat, pindah ke Leningrad.[c] Stalin memintanya pulang, dan ia kembali tinggal bersamanya.[62] Keponakan Nadezhda, Alexander Alliluyev, nantinya mengklaim bahwa tak lama sebelum kematiannya, Nadezhda kembali berencana untuk meninggalkan Stalin, tetapi tidak ada bukti untuk mengkonfirmasi pernyataan ini.[63]
Kematian
Malam terakhir
Pada bulan November 1932, Nadezhda hanya memerlukan beberapa minggu lagi untuk menyelesaikan kuliahnya di Akademi.[64] Bersama rekan-rekan senegaranya, ia berbaris dalam parade 7 November untuk memperingati lima belas tahun Revolusi Oktober, sedangkan Stalin dan anak-anaknya memperhatikannya dari atas Mausoleum Lenin di Lapangan Merah.[65] Setelah parade berakhir, Nadezhda mengeluh sakit kepala sehingga anak-anaknya pergi ke dacha mereka di luar kota sementara ia kembali ke kediamannya di Kremlin.[65] Malam berikutnya, Nadezhda dan Stalin menghadiri makan malam yang diselenggarakan di apartemen Kremlin milik Kliment Voroshilov, teman dekat Stalin dan anggota Politburo, untuk memperingati Revolusi. Meskipun Nadezhda lebih suka berpakaian sederhana dengan gaya yang lebih sesuai dengan ideologi Bolshevik, pada malam itu ia berdandan untuk acara tersebut.[1] Mereka banyak minum selama makan malam yang dihadiri oleh beberapa pejabat tinggi Bolshevik dan pasangan mereka. Nadezhda dan Stalin lalu mulai berdebat; hal yang bukan merupakan kejadian tidak biasa dalam pertemuan semacam ini.[59] Stalin diduga telah menggoda Galina Yegorova, istri muda Alexander Yegorov. Stalin juga digosipkan berselingkuh dengan seorang penata rambut yang bekerja di Kremlin.[65][66]
Ketegangan di antara keduanya semakin memuncak. Dalam bukunya, Montefiore menuliskan bahwa ketika Stalin "bersulang untuk kehancuran Musuh Negara", ia melihat Nadezhda tidak mengangkat gelasnya dan hal itu membuat Stalin kesal.[67] Stalin diduga melemparkan sesuatu ke arahnya (dalam beberapa buku disebutkan sesuatu tersebut mungkin kulit jeruk, puntung rokok, atau potongan roti)[f] untuk mendapatkan perhatiannya, sebelum akhirnya memanggilnya. Hal ini malah membuat Nadezhda semakin marah sehingga ia langsung keluar meninggalkan makan malam. Polina (istri Vyacheslav Molotov, Perdana Menteri Uni Soviet) kemudian mengikutinya untuk memastikan ada orang lain bersamanya.[67] Kedua wanita itu pun berjalan di dalam Tembok Kremlin, berbincang mengenai kejadian malam itu, menyetujui bahwa Stalin sedang mabuk dan membicarakan masalah dugaan perselingkuhan Stalin.[69] Keduanya lalu berpisah dan Nadezhda kembali ke kediamannya.[70]
Peristiwa-peristiwa yang terjadi setelahnya tidak terlalu jelas. Pada dini hari tanggal 9 November, Nadezhda, yang sedang sendirian di kamarnya, bunuh diri dengan menembak jantungnya sendiri.[71] Mayatnya ditemukan di pagi hari oleh Karolina Til, pembantu rumah tangga keluarga Stalin.[72] Nadezhda bunuh diri dengan menggunakan pistol Mauser kecil yang diberikan oleh saudara laki-lakinya, Pavel Alliluyev, sebagai hadiah saat Pavel berada di Berlin. Nadezhda meminta Pavel menghadiahkan pistol itu dengan alasan bahwa sendirian di Kremlin terkadang berbahaya dan ia ingin melindungi diri.[73]
Pemakaman
Stalin dan para pemimpin Soviet lainnya memutuskan bahwa tidak pantas untuk mengumumkan bahwa Nadezhda meninggal akibat bunuh diri. Ketika kematiannya diumumkan keesokan harinya, ia dinyatakan meninggal akibat radang usus buntu.[74][75] Anak-anak Stalin pun tidak diberitahu penyebab sebenarnya dari kematian Nadezhda.[74] Catatan orang-orang pada masa-masa itu dan surat-surat Stalin menyiratkan bahwa Stalin sangat terganggu oleh peristiwa itu.[76][77]
Pravda, surat kabar resmi partai, mengumumkan kematian Nadezhda pada terbitan tanggal 10 November. Kabar tersebut pun mengejutkan banyak orang di Uni Soviet karena ini juga merupakan pengakuan publik pertama bahwa Stalin telah menikah. Dengan peti mati terbuka, jasadnya ditempatkan di lantai atas toserba GUM, seberang Lapangan Merah dan Kremlin. Pejabat pemerintah dan partai datang melayat, tetapi masyarakat tidak diizinkan.[78] Pemakaman diadakan pada 12 November. Pemakamannya dihadiri oleh Stalin dan Vasily.[78][79] Stalin turut serta dalam prosesi pengusungan jenazah, mengiringi pawai sepanjang 6 kilometer (3,7 mi) dari GUM ke Pemakaman Novodevichy, meskipun tidak jelas apakah ia berjalan sepanjang rute.[80][81] Dalam memoarnya, Svetlana mengklaim bahwa Stalin tidak pernah lagi mengunjungi makam itu.[79]
Akibat
Kematian Nadezhda Alliluyeva berdampak besar pada anak-anak dan keluarganya. Svetlana baru mengetahui ibunya bunuh diri ketika membaca sebuah artikel jurnal berbahasa Inggris pada tahun 1942. Hal itu mengejutkannya dan sangat mengubah hubungannya dengan Stalin, yang telah menjaga kebohongan itu selama satu dekade.[82] Svetlana kemudian menjauh dari Stalin sampai kematiannya, dan menggunakan nama keluarga ibunya pada tahun 1957 untuk lebih menjauhkan dirinya dari Stalin.[83] Ia akhirnya membelot dari Uni Soviet pada tahun 1967 dan meninggal di Amerika Serikat pada tahun 2011.[84]
Vasily juga sangat terdampak. Meskipun Nadezhda tidak memainkan peran utama dalam membesarkan anak-anaknya, ia masih menunjukkan minat pada kesejahteraan mereka. Setelah kematiannya, Stalin menyayangi Svetlana tetapi mengabaikan Vasily, yang mulai minum alkohol sejak usia muda dan akhirnya meninggal karena masalah kesehatan yang disebabkan oleh alkohol pada tahun 1962.[85][86]
Ayah Nadezhda, Sergei, menjadi sangat tertutup setelah kematian anaknya. Ia terus bekerja. Mulai tahun 1924 hingga 1928, ia bertanggung jawab atas jaringan kabel listrik untuk Leningrad.[87] Ia juga menulis memoar, yang diterbitkan pada tahun 1946 setelah banyak disunting. Ia akhirnya meninggal akibat kanker perut pada tahun 1945.[88] Sedangkan ibu Nadezhda, Olga Fedotenko meninggal pada tahun 1951 akibat serangan jantung.[89]
^ abKota ini awalnya bernama Sankt-Peterburg dan diubah namanya menjadi Petrograd pada tahun 1914.[26] Kota ini berganti nama menjadi Leningrad pada tahun 1924.[27]
^Juga dikenal dengan nama Rusianya, Istana Poteshny.[1]
^Dia pertama kali bergabung dengan Partai pada tahun 1919.[35]
^Sumber tidak sependapat tentang apa yang secara khusus dilemparkan.[68]
Bazhanov, Boris (1990), Bazhanov and the Damnation of Stalin, diterjemahkan oleh Doyle, David W., Athens, Ohio: Ohio University Press, ISBN0-821-40948-4
Ebon, Martin (1967), Svetlana: The Story of Stalin's Daughter, New York City: The New American Library, OCLC835998520
Khlevniuk, Oleg V. (2015), Stalin: New Biography of a Dictator, diterjemahkan oleh Seligman Favorov, Nora, New Haven, Connecticut: Yale University Press, ISBN978-0-300-16388-9
Kotkin, Stephen (2017), Stalin, Volume 2: Waiting for Hitler, 1929–1941, New York City: Penguin Press, ISBN978-1-59420-380-0
Kun, Miklós (2003), Stalin: An Unknown Portrait, diterjemahkan oleh Bodóczky, Miklós; Hideg, Rachel; Higed, János; Vörös, Miklós, Budapest: Central European University Press, ISBN963-9241-19-9