Komando Pasukan Gerak Cepat (disingkat Kopasgat, atau sebutan lainnya KorpsBaret Jingga), merupakan pasukan khusus yang dimiliki TNI Angkatan Udara. Kopasgat merupakan satuan tempur darat berkemampuan tiga matra, yaitu udara, laut, darat.
Setiap prajurit Pasgat diharuskan minimal memiliki kualifikasi para-komando (Parako) untuk dapat melaksanakan tugas secara profesional, kemudian ditambahkan kemampuan khusus kematraudaraan sesuai dengan spesialisasinya.
Tugas dan tanggung jawab Kopasgat sama dengan pasukan tempur lainnya yaitu Satuan Tempur Negara. Sebagai Pasukan Pemukul NKRI yang siap diterjunkan disegala medan baik hutan, kota, rawa, sungai, laut untuk menumpas semua musuh yang melawan NKRI.
Yang membedakannya adalah Kopasgat mempunyai Ciri Khas tugas tambahan yang tidak dimiliki oleh pasukan lain yaitu Operasi Pembentukan dan Pengoperasian Pangkalan Udara (OP3U) yaitu merebut dan mempertahankan pangkalan dan untuk selanjutnya menyiapkan pendaratan pesawat dan penerjunan pasukan.
Kopasgat bertugas membina kekuatan dan kemampuan satuan. Pasgat sebagai pasukan matra udara selalu siap operasional dalam melaksanakan segala misi operasi militer perang maupun non militer selain perang, perebutan sasaran, pertahanan objek strategis Angkatan Udara, pertahanan udara, operasi khusus dan khas matra udara dalam operasi militer atas kebijakan Panglima TNI.
Warna baret jingga Pasgat terinspirasi dari cahaya jingga saat fajar di daerah Margahayu, Bandung, yaitu tempat pasukan komando ini dilatih.[1]
Sebagai Pasukan Darat TNI Angkatan udara, kala itu sesuai dengan Keputusan MEN/PANGAU No. 45 Tahun 1966, tanggal 17 Mei 1966, pengesahan Komando Pasukan Gerak Tjepat (Kopasgat) yang terdiri dari 3 Resimen.
Arti setiap kata Sangkahya-yoga tersebut adalah sebagai berikut:
karmaṇi = "dalam tugas yang ditentukan"
eva = "pasti"
adhikāraḥ = "benar"
te = "dari kamu"
mā = "tidak akan pernah"
phaleṣu = "dalam buah" (hasil)
kadācana = "pada saat mana pun"
karma-phala = "dalam hasil pekerjaanmu"
hetuḥ = "sebab"
bhūḥ = "menjadi"
sańgaḥ = "keterikatan"
astu = " seharusnya ada"
akarmaṇi = "dalam tidak melakukan tugas yang ditentukan".
Jadi, moto Korps khas bisa dipahami sebagai:
"Kamu berhak melakukan tugas yang ditentukan, tetapi tidak berhak atas hasil kelakuanmu."[2]
Moto Kopasgat ialah "Karmanye Vadikaraste Mafalesu Kadatjana", yang artinya bekerja tanpa menghitung untung dan rugi dalam Bahasa Sansekerta.[3] Kata "falesu" adalah salah paham karena istilah asli dalam Bhagavad Gita adalah phalesu, di mana ejanan "ph" merupakan bunyi /p/ ditambah bunyi /h/, bukan bunyi /f/.
Presiden RI pertama Ir. Soekarno, pada malam ”tirakatan” hari Bhakti AURI di Istana Negara tanggal 30 Juli 1964, memberikan ungkapan ini secara langsung untuk memotivasi personel AURI. Soekarno menyitirnya dari kalimat termasyhur pada Sangkahya-yoga kitab Bhagawadgita, sloka 2.47, yang lengkapnya berbunyi:
"karmaṇy evādhikāras te
mā phaleṣu kadācana
mā karma-phala-hetur bhūr
mā te sańgo 'stv akarmaṇi."
Sejarah
Penerjunan pasukan pertama kali
Gubernur Kalimantan Ir. Pangeran Muhammad Noor mengajukan permintaan kepada AURI agar mengirimkan pasukan payung ke Kalimantan untuk tugas membentuk dan menyusun gerilyawan, membantu perjuangan rakyat di Kalimantan, membuka stasiun radio induk untuk memungkinkan hubungan antara Yogyakarta dan Kalimantan, dan mengusahakan serta menyempurnakan daerah penerjunan (dropping zone) untuk penerjunan selanjutnya. Atas inisiatif Komodor (U) Soerjadi Soerjadarma kemudian dipilih 12 orang putra asli Kalimantan dan 2 orang PHB AURI untuk melakukan penerjunan.[4]
Tanggal 17 Oktober 1947, tiga belas orang anggota berhasil diterjunkan di Sambi, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah. Mereka adalah Hari Hadi Soemantri (montir radio AURI asal Semarang), FM Soejoto (juru radio AURI asal Ponorogo), Iskandar (pimpinan pasukan), Ahmad Kosasih, Bachri, J. Bitak, C. Williem, Imanuel Nuhan, Amirudin, Ali Akbar, M. Dahlan, JH. Darius, dan Marawi.
Semuanya belum pernah mendapat pendidikan secara sempurna kecuali mendapatkan pelajaran teori dan latihan di darat (ground training). Seorang lagi yaitu Jamhani batal terjun karena takut.
Mereka diterjunkan dari pesawat C-47 Dakota RI-002 yang diterbangkan oleh Bob Freeberg yang berkebangsaan Amerika sekaligus sebagai pemilik pesawat, ko-pilot Opsir (U) III Suhodo, dan jump master Opsir Muda (U) III Amir Hamzah. Bertindak sebagai penunjuk daerah penerjunan adalah Mayor (U) Tjilik Riwut yang putra asli Kalimantan. Ini adalah operasi lintas udara pertama dalam sejarah Indonesia.
Pasukan ini awalnya akan diterjunkan di Sepanbiha, Kalimantan Selatan namun akibat cuaca yang buruk dan kontur daerah Kalimantan yang berhutan lebat mengakibatkan Mayor (U) Tjilik Riwut kebingungan saat memprediksi tempat penerjunan.
Setelah bergerilya di dalam hutan pada tanggal 23 November 1947, pasukan ini disergap tentara Belanda akibat pengkhianatan seorang kepala desa setempat, yang mengakibatkan gugurnya Hari Hadi Sumantri, Iskandar, dan Ahmad Kosasih. Sedangkan yang lainnya berhasil lolos namun akhirnya setelah beberapa bulan mereka berhasil juga ditangkap Belanda.
Dalam pengadilan, Belanda tAK dapat membuktikan bahwa mereka adalah pasukan payung dan akhirnya mereka dihukum sebagai seorang kriminal biasa. Mereka dibebaskan seusai menjalani hukuman 1 tahun dan langsung diangkat menjadi anggota AURI oleh Komodor (U) Soerjadi Soerjadarma.
Peristiwa Penerjunan yang dilakukan oleh ke tiga belas prajurit AURI tersebut merupakan peristiwa yang menandai lahirnya satuan tempur pasukan darat TNI Angkatan Udara. Tanggal 17 Oktober1947 kemudian ditetapkan sebagai hari jadi Komando Pasukan Gerak Tjepat (Kopasgat), kemudian pada tahun 1997 dirubah menjadi Korps Pasukan Khas TNI Angkatan Udara (Korpaskhas).
Selanjutnya pada tahun 2022 sesuai Surat Keputusan PANGLIMA TNI Nomor Kep/66/I/2022 tanggal 19 Januari 2022 tentang validasi organisasi dari Korpaskhas kembali ke jatidiri awal pasukan komando dan pasukan payung pertama NKRI yaitu KOPASGAT.[5]
Pasukan Pertahanan Pangkalan (PPP)
Pada masa awal kemerdekaan, dalam konsolidasi organisasi Badan Keamanan Rakyat Oedara (BKRO) membentuk Organisasi Darat yaitu Pasukan Pertahanan Pangkalan (PPP).
PPP dibutuhkan untuk melindungi pangkalan-pangkalan udara yang telah direbut dari tentara Jepang terhadap serangan Belanda yang pada waktu itu ingin kembali menduduki wilayah Republik Indonesia. Pimpinan BKR saat itu baik Letjen Soedirman maupun Komodor (U) Soerjadi Soerjadarma berpendapat bahwa Belanda pasti akan menyerang ibu kota RI di Yogyakarta lewat udara.
PPP saat itu masih bersifat lokal, yang dibentuk di pangkalan-pangkalan udara seperti di Pangkalan Udara Bugis (Malang), Maospati (Madiun), Mojoagung (Surabaya), Panasan (Solo), Maguwo (Yogyakarta), Cibeureum (Tasikmalaya), Kalijati (Subang), Pamengpeuk (Garut), Andir dan Margahayu (Bandung), Cililitan dan Kemayoran (Jakarta) dan pangkalan-pangkalan udara di luar pulau Jawa seperti Talang Batutu (Palembang), Tabing (Padang) dll.
Agresi Militer I dan II Belanda
PPP sangat berperan saat terjadi Agresi Militer I dan Agresi Militer II, ketika hampir seluruh pangkalan udara mendapat serangan dari tentara Belanda, baik dari darat maupun dari udara.
Serangan besar-besaran dilancarkan oleh Belanda pada tanggal 19 Desember 1948 terhadap Pangkalan Udara Maguwo Yogyakarta. Belanda mengerahkan pesawat P-51 Mustang, P-40 Kitty Hawk dan pembom B-25/B-26.
Selain itu diterjunkan dari pesawat C-47 Dakota sekitar 600 pasukan payung gabungan dari trup tempur Para-1 pimpinan Kapten Eekhout. Pasukan payung ini merupakan bagian dari Tijger Brigade/Divisi B (termasuk di dalamnya satuan "Andjing NICA" yang terkenal ganas serta brutal) pimpinan Kolonel Van Langen yang diperintahkan untuk menguasai Yogyakarta.
Brigade ini masih ditambah satuan elit gabungan pasukan darat dan udara grup tempur M. Di Maguwo grup tempur M menerjunkan 2 kompi pasukan para komando Korps Speciale Troepen (KST) yang merupakan penggabungan dari baret merah dan hijau Belanda pada November 1948.[6]
Pada saat itu PPP bersama kekuatan udara lainnya berusaha mempertahankan pangkalan. Maguwo dipertahankan oleh 150 pasukan PPP dan 34 teknisi AURI pimpinan Kadet Kasmiran. Dalam pertempuran tidak seimbang ini, gugur 71 personel AURI termasuk Kadet Kasmiran dan 25 orang lainnya yang tidak dikenal.
Penerjunan pertama di Indonesia
PPP inilah yang merupakan cikal bakal dari Pasukan Payung (pasukan berparasut) setelah pada tanggal 12 Februari 1946 melakukan percobaan latihan penerjunan yang pertama kali di Pangkalan Udara Maguwo Yogyakarta dengan menggunakan payung (parasut) dan pesawat terbang peninggalan Jepang.
Penerjunan pertama yang semuanya dilaksanakan oleh 3 orang Indonesia baik penerbangnya maupun penerjunnya, berlangsung menggunakan tiga buah pesawat Churen. Penerbang Adisoetjipto menerjunkan Amir Hamzah, penerbang Iswahjoedi menerjunkan Legino dan penerbang M. Soehodo menerjunkan Pungut.
Penerjunan pertama di alam Indonesia merdeka yang berlangsung di Pangkalan Udara Maguwo tersebut disaksikan oleh Kepala Staf BKRO Komodor (U) Soerjadi Soerjadarma dan Panglima Besar Letjen Soedirman serta petinggi BKR lainnya.
Penerjunan yang dilaksanakan pada ketinggian 700 meter, sebagai pengawas kesehatannya adalah dr. Esnawan. Penerjunan kedua diadakan di Pangkalan Udara Maguwo tanggal 8 Maret 1947 pada saat wing day yang merupakan terjun bebas (free fall) pertama di Indonesia dilakukan oleh Opsir Udara I Soedjono dan Opsir Muda Udara I Soekotjo dengan penerbang Gunadi dan Adisutjipto. Penerjunan ini disaksikan oleh Presiden Soekarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta, para petinggi BKR serta masyarakat luas.[7]
Pada tanggal 24 Maret 1947, kembali dilaksanakan penerjunan oleh Soedjono dan Soekotjo dalam rangka peresmian Pangkalan Udara Gadut di Bukittinggi.
Air Base Defence Troop (ABDT)
Selanjutnya sejak tahun 1950, Pasukan Payung yang saat itu masih bernama PPP berpusat di Jakarta dan mendapat sebutan Air Base Defence Troop (ABDT). Pasukan membawahi 8 kompi dan dipimpin oleh Kapten (U) RHA Wiriadinata dengan wakilnya Letnan I (U) R Soeprantijo.
Kemudian pada pertengahan tahun 1950, dibentuk Inspektorat Pasukan Pertahanan Pangkalan (IPP) yang bermarkas di jalan Sabang, Jakarta, yang pada bulan April 1952 dipindahkan ke Pangkalan Udara Cililitan, Jakarta Timur.
Pada tahun 1950 juga diadakan Sekolah Terjun Payung (Sekolah Para) yang diikuti oleh para prajurit, dalam rangka pembentukan Pasukan Para AURI. Sekolah Para ini dibuka di Pangkalan Udara Andir Bandung, sebagai kelanjutan dari embrio Sekolah Para di Maguwo.
Hasil didik dari Sekolah Para inilah yang kemudian disusun dalam Kompi-Kompi Pasukan Gerak Tjepat (PGT) yang dibentuk pada bulan Februari 1952, dengan Kapten (U) RHA Wiriadinata sebagai komandannya yang saat itu juga merangkap sebagai Komandan Pangkalan Udara Andir di Bandung.
Pada tahun 1950-an, Pasukan AURI terdiri dari PPP, PGT dan PSU (Penangkis Serangan Udara) yang kekuatannya terdiri dari 11 Kompi Berdiri Sendiri (BS), 8 Pleton BS dan 1 Battery PSU.
Resimen Tim Pertempuran PGT (RTP-PGT)
Selanjutnya pada Tahun 1960-an PGT juga ditugaskan dalam rangka operasi pembebasan Irian Barat (Papua) yang berdasarkan perintah Men/Pangau, maka dibentuklah Resimen Tim Pertempuran PGT (RTP PGT) yang bermarkas di Bandung dan Kapten (U) Sugiri Sukani sebagai komandannya.
RTP PGT membawahi 2 Batalyon PGT yaitu Batalyon A PGT yang dipimpin oleh Kapten (U) Z. Rachiman dan Batalyon B PGT yang dipimpin oleh Kapten (U) JO. Palendeng.
Komodor (U) RHA Wiriadinata adalah komandan PGT pertama (1952) yang banyak membawa perkembangan terhadap pasukan payung di Indonesia, terutama dalam tubuh AURI.
Konsep PGT sejak awal mulanya memang tertuju pada kemampuan para dan komando. Ia juga pernah menjadi Panglima Gabungan Pendidikan Paratroops (KOGABDIK PARA).
Pada masa pemerintahan Orde Lama, PGT AURI bersama KKO (Marinir) ALRI dikenal loyal dan setia terhadap Presiden Sukarno.
Kedua pasukan elit ini bahkan dianggap menjadi anak emasnya Presiden Soekarno. Hingga saat detik-detik kejatuhan Presiden Sukarno, kedua pasukan ini tetap menunjukkan kesetiaannya pada Sang Proklamator tersebut.
Komando Pertahanan Pangkalan Angkatan Udara (KOPPAU)
Pada tanggal 15 Oktober 1962, berdasarkan Keputusan Men/Pangau Nomor: 195 dibentuklah Komando Pertahanan Pangkalan Angkatan Udara (KOPPAU). Panglima KOPPAU dirangkap oleh Men/Pangau dan sebagai wakilnya ditetapkan Komodor (U) RHA Wiriadinata.
KOPPAU terdiri dari Markas Komando (Mako) berkedudukan di Bandung, Resimen PPP di Jakarta dan Resimen PGT di Bandung. Resimen PPP membawahi 5 Batalyon yang berkedudukan di Jakarta, Banjarmasin, Makassar, Biak dan Palembang (kemudian pindah ke Medan). Resimen PGT terdiri dari 3 Batalyon, yaitu Batalyon I PGT (merupakan Batalyon III Kawal Kehormatan Resimen Cakra Bhirawa) berkedudukan di Bogor, Batalyon II PGT di Jakarta dan Batalyon III PGT di Bandung.
Berdasarkan Surat keputusan Men/Pangau Nomor: III/PERS/MKS/1963 tanggal 22 Mei 1963, maka pada tanggal 9 April 1963 Komodor (U) RHA Wiriadinata dikukuhkan menjadi Panglima KOPPAU dan menjabat selama 1 tahun. Kemudian pada tahun 1964 digantikan oleh Komodor (U) Ramli Sumardi sampai dengan tahun 1966.
KOMANDO PASUKAN GERAK TJEPAT
Bedasarkan hasil seminar pasukan di Bandung pada tanggal 11 s.d. 16 April1966, sesuai dengan Keputusan MEN/PANGAU No. 45 Tahun 1966, tanggal 17 Mei1966, KOPPAU disahkan menjadi Komando Pasukan Gerak Tjepat (KOPASGAT) yang terdiri dari 3 Resimen:
Di era nama KOPASGAT lah, korps baret jingga ini sangat terkenal. Bahkan PDL Sus KOPASGAT bermotif macan tutul menjadi acuan pemakaian PDL TNI saat operasi Seroja.
Saat operasi pembebasan sandera pesawat DC-9 Woyla milik Garuda Indonesia di Bandara Don Muang Thailand tahun 1981 sesungguhnya KOPASGAT-lah yang dipersiapkan untuk beraksi namun akibat berbagai tekanan politik Orde Baru saat itu akhirnya Kopassandha yang diberangkatkan ke Bangkok.
PUSPASKHASAU
Sejalan dengan dinamika penyempurnaan organisasi dan pemantapan satuan-satuan TNI, maka berdasarkan Keputusan KASAU No. Kep/22/III/ 1985 tanggal 11 Maret1985, Kopasgat berubah menjadi Pusat Pasukan Khas TNI Angkatan Udara (PUSPASKHASAU)
KORPASKHASAU
Seiring dengan penyempurnaan organisasi TNI dan TNI Angkatan Udara, maka tanggal 17 Juli1997 sesuai Skep PANGAB No. SKEP/09/VII/1997, status Puspaskhas ditingkatkan dari Badan Pelaksana Pusat menjadi Komando Utama Pembinaan (Kotamabin) sehingga sebutan PUSPASKHAS berubah menjadi Korps Pasukan Khas TNI AU (KORPASKHASAU).
KOMANDO PASUKAN GERAK CEPAT (KOPASGAT)
Berdasarkan Surat Keputusan Panglima TNI Nomor KEP/66/I/2022 tanggal 19 Januari 2022 tentang Validasi Organisasi dari KORPASKHAS kembali ke marwah asli awal pembentukan pasukan komando TNI Angkatan Udara dan pasukan payung pertama NKRI yaitu KOMANDO PASUKAN GERAK CEPAT (KOPASGAT).
Sejarah mencatat dengan tinta emas penerjunan pasukan pertama kali di Kotawaringin, Kalimantan Tengah guna melaksanakan operasi gerilya melawan pasukan Belanda, serta sepak terjang KOPASGAT dalam melaksanakan operasi pembebasan Irian Barat melawan pasukan Belanda hingga menancapkan bendera merah putih di Irian Barat, dan masih banyak operasi militer yang dilaksanakan KOPASGAT.
Spesialisasi
KOPASGAT terbagi dalam beberapa Spesialisasi yaitu:
Pusdiklat, Pusdiklat Kopasgat bertugas melaksanakan pembinaan kemampuan Pasgat melalui penyelenggaraan Pendidikan, Latihan, Penelitian, Pengujian serta Pengembangan Taktik dan Prosedur Korpasgat untuk melaksanakan tugas perebutan sasaran dan pertahanan Objek Strategis Negara, Pertahanan Udara, Operasi Khusus Dan Khas Matra Udara Dalam Operasi Militer.
Anti Teror (Satuan Bravo 90), Satuan Bravo 90 Kopasgat bertugas melaksanakan Operasi Intelijen, Operasi Penanggulangan Teror Aspek Udara dan Operasi Khusus lainnya dalam Operasi Militer atas kebijakan Panglima TNI.
Detasemen Matra. Detasemen Matra Kopasgat bertugas melaksanakan operasi pengendalian tempur, pengendalian pangkalan, SAR tempur dan jump master.
Resimen Hanud. terdiri dari Detasemen pertahanan udara (Denhanud) Kopasgat yang bertugas melaksanakan operasi pertahanan udara sebagai bagian sistem pertahanan udara nasional dan operasi militer lain atas kebijakan Panglima TNI.
Brigade Komando terdiri dari Batalyon Komando (Yonko) Serbu Kopasgat yang bertugas melaksanakan segala misi pertempuran, operasi perebutan sasaran dan pertahanan objek strategis Negara dalam operasi militer serta operasi militer lain atas kebijakan Panglima TNI.
Resimen Bantuan Tempur Bertugas sebagai kekuatan pelapis penggempur untuk bantuan bagi pasukan kawan terutama pasukan Brigade Komando (Brigko-Brigko) Serbu Kopasgat yang berada digaris depan pertempuran, baik berupa bantuan tembakan tempur maupun bantuan administrasi. Menbanpur Pasgat terdiri dari Yon Kavaleri, Yon Zeni, Yon Artileri, Yon Kesehatan, Yon Komlek, dan Yon Bekang.
Komando Pasukan Gerak Cepat (Kopasgat) dipimpin oleh seorang Perwira Tinggi bintang dua Marsekal Muda. Saat ini jabatan Dankopasgat diduduki oleh Marsekal MudaTNIYudi Bustami.
Satuan Teritorial Udara Pasgat/Pam Bandara Internasional (Tiap Bandara terdapat (satu) Peleton Hanlan Pasgat dari Wing Hanlan Pasgat) yang merupakan satuan gabungan tugas dengan unit Pomau sebagai penyidik dan Intel Lanud. Selain tugas pengamanan dan pencegahan terorisme bajak udara maka Pasgat sesuai keahliannya juga dalam bidang (SAR, ATC, Meteorologi, PK, Angkutan / Komposit) dalam keadaan darurat atau perang segera mengambilalih Bendara dan mengoperasikan ATC, meteorologi, pemadan kebakaran, angkutan dan lainnya.
Bandara Internasional Soekarno Hatta, Hanlan Lanuma Halim Jakarta
Bandara Internasional Halim Perdana Kusuma, Hanlan Lanuma Halim Jakarta
Bandara Husein Sastra Negara, Hanlan Lanuma Husein Bandung
Bandara Internasional Adi Sucipto, Hanlan Lanuma Adi Sucipto Yogyakarta
Bandara Internasional Kulonprogo, Hanlan Lanuma Adi Sucipto Yogyakarta
Bandara Adi Sumarmo, Hanlan Lanuma Adi Sumarmo Solo
Bandara Ahmad Yani, Hanlan Lanuma Adi Sumarmo Solo
Bandara Internasional Juanda, Hanlan Lanuma Surabaya
Bandara Sultan Iskandar Muda, Hanlan Lanud Sultan Iskandar Muda Banda Aceh
Bandara Internasional Kuala Namu, Hanlan Lanuma Medan
Bandara Palembang, Hanlan Lanud Palembang
Bandara Padang, Hanlan Lanud Padang
Bandara Pekanbaru, Hanlan Lanuma Pekanbaru
Bandara Lampung, Hanlan Lanud Lampung
Bandara Hangnadim, Hanlan Lanuma Pekanbaru
Bandara Internasional Supadio, Hanlan Lanuma Supadio Pontianak
Bandara Banjarmasin, Hanlan Lanud Banjarmasin
Bandara Balikpapan, Hanlan Lanud Balikpapan
Bandara Kutai, Hanlan Lanud Tarakan
Bandara Internasional Ngurah Rai, Hanlan Lanuma Ngurah Rai Bali
Bandara Eltary, Hanlan Lanuma Eltary Kupang
Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, Hanlan Lanuma Sultan Hasanuddin Makassar
Bandara Internasional Sam Ratulangi Manado, Hanlan Lanuma Sam Ratulangi Manado
Bandara Pattimura, Hanlan Lanud Pattimura Ambon
Bandara Sentani, Hanlan Lanuma Jayapura
Bandara Sorong, Hanlan Lanud Sorong
Bandara Manuhua, Hanlan Lanuma Manuhua Biak
Keterangan
Kerangka Organisasi segera dibentuk guna segera mengoptimalkan tugas pokok Kopasgat sebagai pasukan pemukul udara dan pasukan pertahanan udara di setiap objek strategis NKRI, Satrad, dan tiap Lanuma dan Lanud "B". Maka untuk mengisi jabatan diperlukan kebijakan Bintara Pasgat dengan pangkat Serka untuk dapat diusulkan pendidikan pembentukan Perwira.
Pada satuan Batalyon Kesehatan, Batalyon Perbekalan/Angkutan, Batalyon Komlek merupakan personel multi korps luar Pasgat yang ditugaskan sesuai bidangnya masing-masing di setiap Batalyon tersebut.
Yonko Pasgat dan Yonbanpur Pasgat sebagai Pasukan PPRC selalu siap FIRST TIME dikerahkan ke beberapa Trouble Spot Daerah Pertempuran maupun Wilayah Bencana Alam atau Kemanusiaan.
Segera setiap tahun Yonko Pasgat segera di penuhi kembali personel sesuai DSP yaitu sebanyak 700 orang yang terbagi dalam 5 Kompi yaitu Kipan A, Kipan B, Kipan C, Kiban dan Kima (150 orang di setiap Kompi). Setiap Kompi terdiri dari 5 Peleton yaitu Tonpan 1, Tonpan 2, Tonpan 3, Tonban dan Ton Markas (30 orang setiap Peleton).
DSP Yon Arhanud Pasgat sebanyak 400 orang terbagi dalam 4 Bateray yaitu Bateray A, Bateray B, Bateray Bantuan, Bateray Markas.
Pembentukan Yon Arhanud di setiap Lanuma dan Lanud yang belum terdapat Yon Arhanud dengan menggunakan Alutsista artileri Hanud meriam Triple Gun dan DShk-38 dirancang sebagai senjata pemukul untuk sasaran darat dan udara jarak pendek yang sudah dimiliki Pasgat sebanyak 3 unit di setiap Yon Arhanud sambil menunggu pengadaan Hanud Oerlicon Skyshiled beserta rudal Hanud titik.
Wing/Resimen Banpur merupakan satuan yang selalu bergerak dengan Wing/Brigade Serbu PPRC Pasgat dalam tugas pertempuran. Sedangkan Yon Arhanud di setiap Lanud merupakan Hanud statis Fix berada di Tiap Lanud/Satrad/Satrud/Objek Vital Negara.
Alutsista Kopasgat mengutamakan Alutsista Mandiri dalam negeri yang sudah teruji kehandalannya. Untuk kebutuhan Alutsista Wing/Menbanpur sudah banyak tersedia meliputi Tank Harimau dan Panser Anoa untuk Yon Kavaleri Pasgat, Roket RHan untuk Yon Armed, Panser Badak 6x6 Skyranger untuk Yon Arhanud yang dirasakan lebih cepat manuvernya tanpa harus menurunkan dan menaikkan meriam oerlicon dari dan ke truk pengangkut menggantikan Oerlicon Skyshield yang lama. Ranpur APC Turangga dan P2 Tiger untuk Yonko.
Sebagai pasukan tempur Trimedia secara rutin terjadwal selalu mengasah kemahiran dalam melaksanakan operasi serbuan dengan melaksanakan penerjunan di laut (Rubber Duck) dan darat, terutama bagi Pasukan Elitenya Kopasgat yaitu Satbravo 90 dan Dalpur/Combat Control selalu mengasah kemampuan pengintaian dan serbuan secara senyap menggunakan Terjun Halo/Haho maupun menggunakan Wingsuit yang terjun dari pesawat jauh dari sasaran musuh lalu melayang mendekati sasaran dengan senyap menggunakan Wingsuit.
Denhanlan, Pasukan tempur KOPASGAT yang bertugas sebagai perisai pertahanan setiap Pangkalan TNI Angkatan Udara dan Bandara NKRI. Dengan Moto "DEFENCE and PROTECT" Terinspirasi pasukan pertahanan pangkalan USAF yaitu USAF SECURITY FORCE. Setiap Lanud terdapat 1 Detasemen Pertahanan Pangkalan dengan kekuatan 1 Kompi Senapan, 1 Tim Aksi Khusus, 1 Ton Bantuan, dan 1 Ton Markas.
Di setiap Bandara di bangun Markas Satuan Teritorial Udara Pasgat yang merupakan markas terpadu dengan unit Pomau dan Intelijen Lanud.
Pengembangan Kedepan Struktur Organisasi Kopasgat (Dalam Semangat MEF Pasgat)
Tugas TNI Angkatan Udara makin Kompleks, dimulai pada tanggal 9 April 1946 hingga saat ini bukan perjalanan perjalanan yang singkat. Dengan tekad untuk menjadikan Indonesia menjadi Poros Maritim Dunia yang menuntut keharusan TNI AL dan TNI AU untuk memperkuat organisasi dan Alutsistanya untuk menjadi pengawal Negara Poros Maritim Dunia.
TNI Angkatan Udara berbenah diri untuk memperkuat kekuatan tempurnya. Kekuatan TNI Angkatan Udara dalam melaksanakan operasi udara bertumpu pada dua kekuatan inti yaitu ***Wing-Wing Udara dan Kopasgat***yang keduanya selalu bersama dalam melaksanakan operasi udara, baik itu operasi serangan udara, pertahanan udara, dukungan udara, maupun operasi kemanusiaan.
Momentum ini menjadi titik awal kebangkitan TNI Angkatan Udara dengan Perkuatan Alutsista dan peningkatan kualitas sumber daya manusia serta pemenuhan personel sesuai DSP yang mengawaki menjadi "ANGKATAN UDARA YANG KUAT DAN DISEGANI" untuk mengawal Negara Indonesia sebagai POROS MARITIM DUNIA dan disegani di Kasawan.
Transformasi Kopasgat Hingga 2035
Berkembangnya teknologi pertahanan yang sangat pesat dengan ancaman perang dunia maya, maka Korpasgat sebagai salah satu Kotama Tempur TNI Angkatan Udara harus segera menyesuaikan dengan segala persenjataan modern yang berkembang termasuk didalamnya membuat perencanaan pembelian alutsista-alutsista yang dibutuhkan baik dari dalam negeri ataupun dari luar negeri.
Korpasgat diharuskan segera melaksanakan Transformasi menuju postur tahun 2035 untuk meningkatkan kemampuan dan profesionalisme prajurit di segala bidang. Diharapkan TNI AU dapat melaksanakan operasi militer secara mandiri.
Trasformasi Korpasgat adalah dengan mengembangkan tugas yang menyatu dengan tugas pokok Angkatan Udara, Yaitu MENJAGA KEDAULATAN DAN HUKUM DI UDARA.
Kita membangun doktrin perang yang sekarang ini sudah bergeser dari Area Command menjadi namanya Battle Zone. Jadi beberapa wilayah diperkuat secara bertahap. Perbedaan antara Area Command dengan Battle Zone adalah, kalau Area Command itu berarti pertahanan merata mulai dari Indonesia barat hingga Indonesia timur dan sifatnya tidak tajam yang disebut dengan Capability Base Approach.
Sedangkan Battle Zone adalah membangun pertahanan yang menyatu dengan tugas pokok TNI AU artinya Lanud-Lanud Utama harus diperkuat dahulu, setelah itu memperkuat pangkalan aju atau pangkalan terdepan yang di peripheral-peripheral (perbatasan).
Pertahanan dalam masa damai harus Defence Indepth. Membangun pertahanan dari tengah yaitu Ibu kota dahulu sebagai Center Of Grafity, baru berkembang ke luar. Intinya pembangunan kekuatan pertahanan mengedepankan konsep New Generation Air Force yaitu doktrin pertahanan yang didukung dengan teknologi.
BRIGADE KOMANDO (BRIGKO) SERBU PASGAT
PENGEMBANGAN BATALYON KOMANDO PASGAT
Awal mula pada Tahun 1960-an PGT juga ditugaskan dalam rangka operasi pembebasan Irian Barat (Papua). Berdasarkan perintah Men/Pangau, maka dibentuklah Resimen Tim Pertempuran PGT (RTP PGT) yang bermarkas di Bandung dan Kapten (U) Sugiri Sukani sebagai komandannya.
RTP PGT membawahi 2 Batalyon PGT yaitu Batalyon A PGT yang dipimpin oleh Kapten (U) Z. Rachiman dan Batalyon B PGT yang dipimpin oleh Kapten (U) JO. Palendeng. Komodor (U) RHA Wiriadinata adalah komandan PGT pertama (1952) yang banyak membawa perkembangan terhadap pasukan payung di Indonesia, terutama dalam tubuh AURI.
Konsep PGT sejak awal mulanya memang tertuju pada kemampuan para dan komando. Ia juga pernah menjadi Panglima Gabungan Pendidikan Paratroops (KOGABDIK PARA).
Batalyon yang dibangun sekarang ini namanya Air Comandos. Didesain untuk tugas-tugas sebagai Strike Forces (Pasukan Pemukul). Oleh karenanya konsep operasi yang dibangun dan dikembangkan adalah COMBAT TEAM BATTALION (Batalion Tim Pertempuran).
Jadi bagaimana Batalion-Batalion itu bergerak dengan bantuan-bantuan kesenjataannya. Dalam pertempuran dan serbuan Batalion Tim Pertempuran (BTP) merupakan gabungan kekuatan tempur dari Yonko Pasgat dan gabungan unsur bantuan tempur dari kompi-kompi Kavaleri Pasgat, Artileri Pasgat, Zeni Pasgat, Kesehatan lapangan Pasgat, Komlek Pasgat dan Bekang Pasgat yang kesemuanya merupakan Kesatuan Kesenjataan Terpadu.
RESIMEN ARTILERI PERTAHANAN UDARA (MENHANUD) PASGAT
PENGEMBANGAN BATALYON ARTILERI PERTAHANAN UDARA PASGAT
Pada tahun 1950-an, Pasukan AURI terdiri dari PPP, PGT dan PSU (Penangkis Serangan Udara). Awal mula Pasukan PSU berkekuatan Battery PSU meriam Tripple Gun.
Pengembangan Sistem Pertahanan Udara Korpasgat adalah Hanud Jarak Dekat (Short Range Air Defence – ShoRAD) atau Hanud Titik untuk melindungi semua Pangkalan TNI AU (Lanud), Satuan Radar (Satrad), Istana Negara, dan obyek vital negara bernilai strategis dari segala bentuk ancaman serangan udara. Kekuatan terdiri dari :
Bateray Meriam/Canon
Bateray Rudal ShoRAD
Hanud Jarak Medium (Medium Range Air Defence – MeRAD)atau Hanud Terminal saat ini diemban oleh Satuan Rudal (Satrudal) Kosekhanudnas TNI AU.
Pengadaan pertama adalah Satrudal 111 Kosekhanudnas I untuk pengamanan ibukota Jakarta dengan Alutsista berupa Bateray NASAMS (Norwegia) dengan jarak jangkau tembak antara 50–100 km. Kedepan dibentuk Satrudal-Satrudal Hanud Jarak Jauh baru ditiap wilayah Kosehanudnas I,II,III, dan IV sebagai payung udara NKRI terutama rencana di Ibukota baru NKRI yang ada di Kalimantan dan di wilayah perbatasan udara NKRI sehingga membentuk Perisai Udara yang panjang saling menyambung disepanjang perbatasan udara NKRI.
Untuk lebih mengoptimalkan kekuatan Hanud, akan dikembangkan Sistem Hanud THAAD (Terminal High Altitude Air Defence) yaitu sistem Hanud yang saling terintegrasi antara Hanud titik Pasgat dan Hanud Terminal maupun Area Kosekhanudnas I,II,III,IV TNI Angkatan Udara untuk melindungi wilayah udara NKRI.
RESIMEN BANTUAN TEMPUR KORPASGAT
Pembentukan Batalyon Kavaleri Pasgat
Korpasgat dengan PT Pindad bekerjasama untuk membangun Batlion Kavaleri Pasgat dengan menggunakan Panser Produk dalam negeri sendiri. Korpasgat membutuhkan 90 unit Panser untuk melengkapi kebutuhan pengadaan alutsista Batalion Kavaleri Pasgat yang nantinya digelar di 3 Kotama Korpasgat.
Batalyon Kavaleri Pasgat berada dibawah Komando Resimen Bantuan Tempur Korpasgat. Tugas pokok dari batalion ini adalah untuk melaksanakan pertempuran jarak dekat di darat dengan menggunakan kendaraan tempur angkut lapis baja guna mencari, mendekati, menghancurkan dan menawan musuh serta merebut, menguasai dan mempertahankan medan baik berdiri sendiri maupun dalam hubungan yang lebih besar dalam rangka sebagai bantuan tempur bagi Pasukan Batalion Komando Pasgat yang berada digaris depan pertempuran. Batalion Kavaleri Pasgat dilengkapi berbagai Kendaraan Tempur Lapis Baja buatan dalam negeri (Ranpur) 6X6 jenis Panser Anoa buatan PT. Pindad.
Yonkav Pasgat, terdiri dari:
3 Kompi. Tiap kompi memiliki kedudukan, tugas serta fungsi sebagai bantuan tempur di tiap Batalyon Komando Pasgat. memiliki tugas pokok untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan di tiap Batalyon Komando Pasgat, yaitu melaksanakan operasi tempur & tugas pengamanan di darat dengan menggunakan ranpur lapis baja sebagai alutsista dalam rangka mewujudkan dan menunjang keberhasilan visi dan misi tugas Batalyon Komando Pasgat. Organisasi Kompi berpedoman pada Top Roi, dengan komposisi 100 Orang yang terdiri dari Kelompok Komando Kompi dipimpin oleh 1 Orang Komandan Kompi dan 3 Peleton. Dengan organisasi tersebut tiap Kompi memiliki alutsista berupa 1 unit Ranpur Komando jenis Anoa 6x6 buatan Pindad dan 12 unit ranpur AP jenis Anoa 6x6 buatan Pindad.
Kompi Markas adalah salah satu kompi dari lima kompi yang ada di dalam kesatuan Yonkav Mekanis Paskhas dengan tugas pokok sebagai unsur pelayan dalam mendukung tugas operasional Yonkav Pasgat. Kompi Markas di pimpin oleh seorang perwira berpangkat Kapten berkedudukan di markas Batalyon.
Kompi Bantuan merupakan satuan terkecil dari Batalyon yang memiliki keistimewaan senjata batuan yg terdiri dari Morse atau yang lebih dikenal dengan Senjata Lintas Lengkung Mortir 81 Tampela dan Sejata Lintas Datar berupa SLT (Senjata Lawan Tank) serta 1 (Satu) Regu Bakduk (Penembak Runduk). Kompi Bantuan merupakan kompi pendukung yang bertugas memberikan tembakan BANTEM (Bantuan Tempur) dan menganggu kosentrasi musuh saat anggota Regu Kompi Mekanis bergerak untuk menghancurkan musuh tersebut. Kompi Bantuan dipimpin oleh seorang Komandan Kompi (Danki Bant) yang berpangkat Kapten berkedudukan di markas Batalyon. Para anggota Kompi terbagi menjadi 2 Pleton (Morse dan SLT), 1 Regu Bakduk dan 1 Komando Kompi (Koki) atau unsur pelayan Kompi.
Pembentukan Batalyon Zeni Pasgat
Korps Zeni Tempur adalah pasukan yang sangat dibutuhkan dalam perang. Dalam situasi ekstrem Zeni berada di garis depan untuk membuka jalan gerak laju bagi satuan korps lain terutama Pasukan Pemukul Yonko Pasgat yang tergabung dalam beberapa Brigade Komando Pasgat.
Sementara pada situasi damai Zeni membantu pemulihan kerusakan pada objek-objek dan daerah. Zeni adalah bagian insinyur dari pasukan militer yang mengurus persenjataan dan perlengkapan. Zeni bertanggung jawab membuat konstruksi prasarana militer khususnya di daratan, seperti membangun perkubuan, konstruksi dan destruksi militer di medan tempur, penyamaran atau kamuflase dan pelaksanaan zeni tempur khususnya penyediaan fasilitas hidup di lapangan bagi pasukan.
Adapun tugas tambahan dari Batalyon Zeni Pasgat adalah membangun secara darurat dan cepat segala fasilitas lapangan udara yang porak poranda berupa runway, tower, aprron dan fasilitas penting pendukung penerbangan lainnya setelah berhasil direbut kembali agar dapat segera dapat difungsikan kembali.
Peralatan Persenjataan Zeni :
IMR Obstacle Clearing Vehicle (Pembuka Jalan. IMR merupakan kendaraan sejenis buldoser dengan panjang 9 meter yang berfungsi membuka jalan. Kendaraan berbasis tank T-72 atau T-90 ini dilengkapi pisau buldoser dan telescopic boom (lengan teleskopik) dengan berbagai jenis pengencang. Kendaraan ini mampu membuka jalan di segala medan yang diinginkan. Di medan yang kasar, IMR dapat membuka jalan sepanjang 12 km dengan kecepatan 5 – 8 km per jam. Sementara di hutan rimba, kecepatan IMR berada di kisaran 300 – 400 meter per jam. Kabin IMR mampu menampung dua orang dan mereka dapat bertahan hidup selama tiga hari dalam kendaraan tersebut. Di dalam kabin terdapat perlengkapan untuk memasak air, memanaskan makanan, bahkan fasilitas toilet. Dengan kendaraan ini, tentara tak perlu takut melewati ladang ranjau atau bahkan radiasi sinar gamma. IMR juga merupakan satu-satunya kendaraan yang dapat bekerja dalam jarak sangat dekat dengan reaktor nuklir. Hal ini terbukti saat IMR digunakan pada hari-hari pertama setelah kecelakaan di stasiun nuklir Chernobyl.
Penyapu Ranjau UR-77 (Slavic Dragon/Meteorit. Kendaraan UR-77 dirancang untuk ‘membuat celah’ pada ladang ranjau musuh. Menurut para ahli, UR-77 ini merupakan kendaraan penakluk ladang ranjau terbaik. UR-77 membawa dua amunisi hulu ledak yang tersambung oleh kabel sepanjang 90 meter. Setiap amunisi berisi lebih dari 700 kg peledak plastik. Saat diluncurkan, roket amunisi akan terbang bersama kabel dan jatuh pada daerah yang ditentukan. Kemudian, amunisi tersebut diledakkan dan membuat ranjau di sekitarnya meledak sehingga terbentuklah jalan selebar 6 meter yang dapat dilalui. Julukan Slavic dragon atau meteorit didapat ‘penyapu ranjau’ ini karena aksi amunisinya terlihat seperti ular naga. Saat amunisi diluncurkan, roket meraung keras di atas tanah dan di belakangnya terdapat kabel panjang yang berliku-liku seperti ekor naga.
Penanam Ranjau GMZ-3.Zeni juga mempunyai kendaraan yang memiliki fungsi berlawanan dengan UR-77 yakni penanam ranjau GMZ-3. Penanam ranjau generasi ketiga ini dapat menanam ranjau dalam jarak beberapa kilometer, baik dalam keadaan tenang ataupun saat perang. Jika dibutuhkan, GMZ-3 juga dapat menyembunyikan amunisi di dalam tanah. Pada modifikasi terbaru, kendaraan ini dilengkapi peralatan navigasi untuk menentukan titik koordinat setiap ranjau yang memudahkan pemetaan kontur lapangan. Pengendara tinggal menentukan langkah penanaman ranjau dan mekanisme pengiriman ranjau tersebut dengan transportasi darat lain. Setelah selesai, ranjau dapat diaktifkan dengan menggunakan peralatan khusus.
Jembatan di atas roda’ TMM-6. Kendaraan berat ini hanya butuh waktu 50 menit untuk membentangkan jembatan mekanik TMM tanpa kesulitan yang berarti. Satu set TMM-6 memiliki panjang 102 meter yang terdiri dari 6 bagian sepanjang 17 meter. Tentara bisa menggunakan 6 set jembatan sepanjang 7 meter, 3 set jembatan sepanjang 34 meter, atau 1 set jembatan dengan panjang 100 meter.Jika tangki bahan bakar terisi penuh, TMM-6 dapat menempuh jarak 1.100 km di jalan tol dengan kecepatan maksimum 70 km/jam.
Pengeruk TMK-2. Traktor TMK-2 dapat membuat parit sepanjang 700 meter dengan kedalaman 1,5 meter dalam waktu 1 jam. TMK-2 juga dapat digunakan untuk mengubah relief tanah seperti menimbun parit atau menggali kolam dengan bantuan buldoser tambahan. Selain itu, TMK-2 bisa pula digunakan untuk pemeliharaaan dan membersihkan jalan dari salju bila dilengkapi alat tambahan. Menurut para ahli, TMK-2 sangat mudah dikendalikan dan mempunyai kemampuan manuver yang tinggi. Hal tersebut membuat kendaraan ini tak tersaingi dalam pembuatan parit jalur pipa, pekerjaan saluran pembuangan air ataupun berbagai jalur lain.
Pembentukan Batalyon Artileri Pasgat
Artileri Medan disingkat Armed merupakan kesatuan bantuan tempur (banpur). Pasukan ini menggunakan meriam sebagai bantuan tembakan jarak jauh dan perusakan wilayah musuh secara luas untuk melindungi gerak laju pasukan Brigade-Brigade Komando Serbu Kopasgat. Meriam artileri yang digunakan M-101A1 kal 105mm, Meriam M-48 kal 76mm, Meriam Howitzer 155mm, Roket NDL-40.
Artileri Pertahanan Udara disingkat Arhanud merupakan kesatuan bantuan tempur (banpur). Pasukan ini menggunakan canon dan rudal panggul sebagai bantuan tembakan perlindungan udara untuk melindungi Pasukan Brigade-Brigade Komando Serbu Kopasgat di garis depan pertempuran.
Pembentukan Batalyon Kesehatan Pasgat
Pembentukan Yonkes didasarkan pada perlunya satuan kesehatan lapangan yang mampu mendukung kesatuan operasional setingkat Kopur ke atas.
Yonkes tergabung dalam resimen bantuan tempur Pasgat yang tugas pokoknya mendukung tugas pasukan pemukul Yonko Pasgat dalam pertempuran maupun kemanusiaan. Yonkes terdiri atas Mayon, Kompi Markas, Kompi Rumah Sakit Lapangan, Kompi Evakuasi dan Kompi Kesehatan Bantuan. Tugas Pokok Yonkes Pasgat adalah:
Menyelenggarakan segala bentuk pengobatan umum.
Menyelenggarakan pengobatan spesialistik bedah, penyakit dalam, saraf dan jiwa serta Gilut.
Menyelenggarakan perawatan korban/penderita maksimal 14 hari dengan kekuatan 50 TT.
Menyelenggarakan evakuasi medis darat, air dan udara sepanjang rantai evakuasi
Menyelenggarakan usaha Hygiene dan sanitasi lapangan.
Mengeluarkan sebagian dari kekuatan dalam unit, untuk satuan yang dibantu.
Menyelenggarakan penyaluran bekal kesehatan ulang yang dialokasikan kepada satuan tempur.
Pembentukan Batalyon Perbekalan Angkutan / Yon Bekang Pasgat
Pembentukan Batalyon Komunikasi Elektronika / Yon Komlek Pasgat
Sejarah awal pembentukan Denhanlan Pasgat adalah Pada masa awal kemerdekaan, dalam konsolidasi organisasi Badan Keamanan Rakyat Oedara (BKRO) membentuk Organisasi Darat yaitu Pasukan Pertahanan Pangkalan (PPP).
PPP dibutuhkan untuk melindungi pangkalan-pangkalan udara yang telah direbut dari tentara Jepang terhadap serangan Belanda yang pada waktu itu ingin kembali menduduki wilayah Republik Indonesia. Pimpinan BKR saat itu, Letjen Soedirman maupun Komodor (U) Soerjadi Soerjadarma berpendapat bahwa Belanda pasti akan menyerang ibu kota RI di Yogyakarta lewat udara.
PPP saat itu masih bersifat lokal, yang dibentuk di pangkalan-pangkalan udara seperti di Pangkalan Udara Bugis (Malang), Maospati (Madiun), Mojoagung (Surabaya), Panasan (Solo), Maguwo (Yogyakarta), Cibeureum (Tasikmalaya), Kalijati (Subang), Pamengpeuk (Garut), Andir dan Margahayu (Bandung), Cililitan dan Kemayoran (Jakarta) dan pangkalan-pangkalan udara di luar pulau Jawa seperti Talang Batutu (Palembang), Tabing (Padang) dll dari agresi militer I dan II Belanda.
Di setiap Lanud dibentuk Detasemen Pertahanan Pangkalan (Denhanlan) Pasgat. Terutama Lanud Tipe A dan Lanud Tipe B. Sebagai pasukan tempur untuk pertahanan pangkalan, menjadi perisai setiap Lanud dan wilayah teritorial udara (Bandara/Airstrip).
Denhanlan bertugas melindungi dan mempertahankan semua Pangkalan Udara Militer maupun Bandara/Airstrip NKRI beserta Aset yang ada didalamnya dari segala ancaman dan serangan guna untuk menjamin tetap berlangsung operasi udara. Salah satunya tugas yaitu menempatkan Sniper di tiap Tower Lanud/Bandara guna melaksanakan penindakan langsung terhadap ancaman drone tak berizin yang membahayakan operasi udara / penerbangan di Lanud dan Bandara NKRI.
Denhanlan Pasgat dilengkapi Alutsista berupa Rantis-rantis serbu dengan senjata kaliber 12,7 mm, Rantis Patroli dan kendaraan angkut pasukan. Denhanlan Pasgat dipimpin oleh seorang Pamen dengan kekuatan 1 kompi senapan, 1 tim aksi khusus, 1 peleton bantuan, dan 1 peleton markas. Denhanlan adalah Pasukan Kopasgat yang melaksanakan BKO Lanud untuk tugas tempur pertahanan pangkalan dan bandara.
Organisasi terdiri dari :
Satuan Bravo 90 adalah pengembangan dari Detasemen Bravo 90 (disingkat Den Bravo-90) adalah pasukan khusus anti teror Indonesia dengan kemampuan khusus yang di bentuk di lingkungan Korps Pasukan Khas TNI-AU pada tahun 1990, Bravo berarti yang terbaik.
Konsep pembentukannya merujuk kepada pemikiran Jenderal Guilio Douchet: Lebih mudah dan lebih efektif menghancurkan kekuatan udara lawan dengan cara menghancurkan pangkalan/instalasi serta alutsista-nya di darat daripada harus bertempur di udara. Moto: Catya Wihikan Awacyama Kapala artinya Setia, Terampil, Berhasil
PENGUKUHAN SATBRAVO 90/AT.
Dikukuhkan pada tanggal 16 September 1999 oleh KSAU Marsekal Hanafie Asnan. Dalam melaksanakan operasinya, Bravo dapat juga bergerak tanpa identitas. Bisa mencair di satuan-satuan Pasgat, atau seorang diri. Layaknya dunia intelijen Bukan main-main, Bravo-90 juga melengkapi personelnya dengan beragam kualifikasi khusus tempur lanjut, mulai dari combat free fall, scuba diving, pendaki serbu, teknik terjun HALO (High Altitude Low Opening) atau HAHO (High Altitude High Opening), para lanjut olahraga dan para lanjut tempur (PLT), dalpur trimedia (darat, laut, udara), selam, tembak kelas 1, komando lanjut serta mampu menggunakan teknologi informasi dan komunikasi dengan sarana multimedia.
Pasukan elit ini juga kebagian jatah untuk berlatih menembak dengan menggunakan peluru tajam tiga kali lipat lebih banyak dari pasukan reguler lainnya. Hal ini dimaksudkan untuk melatih ketepatan dan kecepatan mereka untuk bertindak dalam waktu sepersekian detik.
Satuan Bravo '90 mempunyai Detasemen, yaitu:
Den 901/Intelijen
Den 902/Aksi Khusus
Den 903/Banniksus
CCD (COMBAT CONTROL DETACHMENT) / DENDALPUR
Pasukan intai yang diterjunkan secara rahasia jauh sebelum pelaksanaan serangan pada operasi udara dilaksanakan. Mereka adalah pasukan operasi khusus yang terlatih, melakukan infiltrasi baik melalui udara, darat, maupun perairan/laut ke dalam wilayah musuh untuk melakukan pengintaian khusus. Melaksanakan zeni terbatas, droping zone, menghimpun data baik posisi, kekuatan maupun logistik musuh, di mana mereka memanggil dan mengarahkan serangan udara, dukungan udara jarak dekat dan dukungan tembakan serta penerjunan pasukan. Combat Controllers menggunakan kendaraan segala medan, kendaraan amfibi, senjata, dan penghancuran untuk mencapai tujuan mereka, yang mungkin termasuk penghancuran rintangan.
Kemampuan yang dimiliki menuntut kesiapan dan ketangguhan mental dan fisik untuk bertahan hidup di daerah terpencil, mencakup prinsip, prosedur, peralatan dan teknik yang memungkinkan individu untuk bertahan hidup, terlepas dari kondisi iklim atau lingkungan yang tidak bersahabat, dan kembali hidup-hidup.
Kualifikasi tempur yang harus dimiliki diantaranya adalah Para Komando, Free Fall, terjun HALO/HAHO, Selam tempur, Survival, Zeni terbatas, Komlek, Demolisi, dll.
MOTTO.
Motto CCD / Dalpur adalah "First There" artinya pertama ada atau yang pertama sampai dimedan pertempuran. "Pertama Ada," menegaskan kembali komitmen Pengendali Tempur untuk melakukan misi paling berbahaya di belakang garis musuh dengan memimpin jalan bagi pasukan lain untuk mengikuti.
JUMLAH KEBUTUHAN PERSONEL KOPASGAT
Kebutuhan personel Korps Pasukan Khas TNI Angkatan Udara 29.910 orang, terdiri dari:
Makorpasgat sebanyak = 300 orang
Pusdiklat Pasgat sebanyak = 300 orang
Satbravo sebanyak 3 detasemen x 250 = 750 orang
Den Matra sebanyak 3 detasemen x 250 = 750 orang
PPRC Pasgat
Mako Brigade Komando sebanyak 3 Brigade x 150 = 450 orang
Batalyon Komando sebanyak 9 Yon x 700 = 6.300 orang
Resimen Hanud Pasgat
Mako Men Hanud sebanyak 9 Resimen x 150 = 1.350 orang
Yon & Den Hanud Titik sebanyak 27 Den x 250 = 6.750 orang
Resimen Hanud Pasgat Pam Satrad
Mako Resimen Hanud Sedang sebanyak = 150 orang
Bateray Hanud sebanyak 32 Satrad x 30 = 960 orang
Resimen Bantuan Tempur Paskgat
Mako Menbanpur sebanyak 3 Resimen x 150 = 450 orang
Yon Banpur sebanyak 9 Yon x 400 = 3.600 orang
Resimen Bantuan Administrasi Pasgat
Mako Menbanmin sebanyak 3 Resimen x 150 = 450 orang
Yon Banmin sebanyak 9 Yon x 400 = 3.600 orang
Resimen Pertahanan Pangkalan Pasgat
Mako Menhanlan sebanyak = 150 orang
12 Lanuma kekuatan 12 SSK x 100 = 1.200 orang
18 Lanud Tipe B kekuatan 18 SSK x 100 = 1.800 orang
10 Lanud Tipe C kekuatan 10 SST x 30 = 300 orang
30 POS TNI AU kekuatan 30 SSR x 10 = 300 orang
Kebutuhan mendesak dalam memenuhi kebutuhan jumlah personel Korpasgat hingga tahun 2024, dihadapkan dengan eskalasi ancaman keamanan regional dengan negara tetangga dan terutama ekspansi RRC yang kian meningkat maka Korpasgat sebagai komponen tempur TNI Angkatan Udara dapat segera merealisasikan kebutuhan personel dan peralatan tempurnya. Saat ini Pasgat masih dalam kondisi keterbatasan dari segi jumlah personel. Untuk memenuhi MEF 2024 masih kekurangan personel sebanyak 22.910 personel. Strategi dalam mewujudkannya adalah melaksanakan penyediaan prajurit khusus Korpasgat dengan melaksanakannya di Pusdiklat Pasgat setahun minimal 2 kali. Penerbang dan Korpasgat adalah Pasukan andalan kebanggan TNI Angkatan Udara yang selalu sigap, cepat dan terdepan secara bersama-sama dalam setiap operasi udara baik dalam misi pertempuran maupun misi kemanusiaan. Dukungan Kekuatan Wing Radar membantu keberhasilan dalam setiap tugas Penerbang dan Korpasgat. Adapun Operasi udara terbagi dalam beberapa macam operasi udara yaitu :
Operasi Serangan udara, Gabungan operasi tempur terdiri dari:
Wing Udara:
Skadron Tempur Strategis.
Skadron Tempur Taktis.
Skadron Intai.
Skadron Angkut.
Skadron Pernika.
KOPASGAT :
Satbravo 90 Pasgat
Den Matra Pasgat
Brigade Komando Serbu Pasgat
Resimen Bantuan Tempur Pasgat
Operasi Pertahanan Udara (Kohanudnas):
Wing 300:
Skadron Udara Tempur Buru Sergap.
Skadron Udara AWACS.
Skadron Udara UAV.
Wing 200:
Sat Radar Kosekhanudnas I.
Sat Radar Kosekhanudnas II.
Sat Radar Kosekhanudnas III.
Sat Radar Kosekhanudnas IV.
Resimen Hanud Menengah/Jauh RI Pasgat
Resimen Hanud Titik Pasgat
Operasi Dukungan Udara:
Pangkalan Udara.
Menhanlan Pasgat.
Kecabangan
Korpasgat terbagi dalam beberapa induk kecabangan yaitu:
Pasukan Elite/Khusus Pasgat
Satuan Bravo 90 Pasgat
Detasemen Dalpur Pasgat
Detasemen Matra 1,2,3 Pasgat
PPRC Serbu Pasgat
Brigade Komando 1 Serbu Pasgat
Brigade Komando 2 Serbu Pasgat
Brigade Komando 3 Serbu Pasgat
Resimen-Resimen Bantuan Tempur Pasgat
Resimen-Resimen Pertahanan Udara Pasgat
Resimen Pertahanan Pangkalan (Denhanlan) Pasgat
Satwalkol Pasgat
Kualifikasi
Korpasgat TNI-AU sebagai pasukan khusus Angkatan Udara satu-satunya dan berkualifikasi terlengkap didunia ini memiliki berbagai kemampuan tempur khas matra udara seperti Pengendali Tempur (Dalpur), Pengendali Pangkalan (Dallan), SAR Tempur, Jumping Master, Pertahanan Pangkalan yang meliputi pertahanan horizontal (Hanhor) dan pertahanan vertikal (Hanver), Penangkis Serangan Udara, jungle warfare, Air Assault (Mobud), Raid operation hingga kemampuan anti teror aspek udara atau yang dikenal sebagai ATBARA (Anti Pembajakan Udara). Selain itu juga mahir untuk bertempur di hutan, perkotaan, laut maupun pantai.
Korpasgat juga memiliki kemampuan spesialisasi kematraudaraan untuk melaksanakan doktrin OP3UD seperti Pengaturan Lalu-Lintas Udara (PLLU), Meteo, Komunikasi-Elektronika (Komlek), Perminyakan (Permi), Zeni lapangan (termasuk pionir, tali-temali, dll), Intelijen Tempur, Kesehatan, ground handling, Pemadam Kebakaran (PK), Angkutan, Perhubungan (PHB) hingga kemampuan khusus untuk menginformasikan tentang fasilitas penerbangan sebelum pesawat datang, jarak pandang (visibility), kecepatan dan arah angin, suhu dan kelembaban udara, serta ketinggian dan jenis awan. Hal ini sangat berkaitan dalam menentukan penembakan sasaran maupun penerjunan pasukan, dan membantu mengendalikan pesawat tempur untuk penembakan/pengeboman sasaran (Ground Forward Air Control/GFAC)
Tidak main-main, para personel Pasgat juga memiliki kemampuan khusus sebagai Air Traffic Controller (ATC) di sebuah bandara. Memang tidak ada satupun pasukan komando seperti Pasgat di dunia saat ini.
Karena Pasgat merupakan pasukan komando, maka dalam melaksanakan operasi tempur, jumlah personel yang terlibat relatif sedikit digunakan apabila melaksanakan tugas rahasia/senyap/khusus akan melibatkan Satuan Bravo Pasgat dan Den Dalpur CCT Pasgat. Operasi tempur yang memerlukan serangan besar-besaran maka melibatkan pasukan Pasukan PPRC Pasgat dan Arhanud Pasgat serta Batalyon Bantuan Tempur Pasgat.
Organisasi pasukan
Berdasarkan Peraturan Panglima Tentara Nasional Indonesia Nomor 2 Tahun 2013 tentang Validasi Organisasi dan Tugas Korpaskhas dan Peraturan Kepala Staf Angkatan Udara Nomor 6 Tahun 2013 tanggal tentang Validasi Organisasi Korpaskhas.
Maka tanggal 17 Oktober 2013 telah dilaksanakan pengukuhan atas organsasi dan tugas Korpaskhas yang baru yaitu peningkatan status Detasemen Bravo 90 menjadi Satuan Bravo 90, peningkatan Tim Aksus, Tim Intel dan Tim Baniksu masing-masing menjadi Detasemen.
Perubahan status Wing III Diklat menjadi Pusdiklat Paskhas, pembentukan dua Detasemen Matra (berasal dari kompi matra Yon 461 dan 464), pembentukan satuan baru Detasemen Hanud, pembentukan satuan baru Wing III, pembentukan satuan baru Yon 469 dan perubahan status semua batalyon Paskhas yang selama ini bersifat komposit menjadi lebih spesifik yakni batalyon komando (yonko 461-469).
Semangat baru tumbuh seiring kekompakan yang terjalin di antara sesama Perwira dari 2 (dua) Kotama Tempur TNI Angkatan Udara yaitu Korps Penerbang (Wing-Wing Udara) dan KOPASGAT.
Perhatian Pimpinan TNI AU yang ingin menjadikan TNI Angkatan Udara menjadi kekuatan yang disegani di Kawasan mengambil langkah nyata guna menjadikan Wing-Wing Udara, KOPASGAT, dan Wing-Wing Radar dengan Satuan-Satuan Rudal Hanud menjadi kekuatan yang handal dan kuat.
Hierarki
Komando Pasukan Gerak Cepat atau KOPASGAT TNI AU adalah satu satunya wadah berbentuk pasukan infantri berkualifikasi khusus di TNI-AU bahkan dalam TNI. Kopasgat bersanding dengan Kostrad dan Marinir. Satuan Elite Kopasgat yaitu Satuan Bravo 90 bersanding dengan Satgultor Kopasus dan Denjaka, sedangkan Den Dalpur Kopasgat bersanding dengan Taipur Kostrad dan Taifib marinir. Kopasgat lahir sebagai pasukan komando sejak masa kelahirannya. Satuan Khusus mereka yaitu Bravo 90 Pasgat diterjunkan dengan unit kecil di belakang garis pertahanan lawan dan langsung menusuk jantung pertahanan musuh. Maka itulah para personel pasukan payung ini dididik dengan metode komando yang diadopsi dari SASInggris. Metode pendidikan komando mulai dilakukan di Pusdiklat Kopasgat sejak dahulu masih bernama KOPPAU. Personil Kopasgat diwajibkan tetap memakai baret jingga kebanggaannya walaupun berada di kesatuan lain. Korpasgat memakai sebutan “Pasukan” untuk jargon korps nya disingkat (Pas) atau bisa juga (PGT).
Pengabdian Kopasgat terus berlanjut seiring dengan tuntutan tugas yang dibebankan kepada TNI Angkatan Udara pada umumnya dan Kopasgat pada khususnya. Pengabdian tersebut dapat dilihat dari andil Kopasgat yang tidak pernah absen di berbagai bentuk operasi, baik operasi militer perang (OMP) maupun operasi militer selain perang (OMSP).
Sekarang ini, Kopasgat kembali telah tumbuh dan berkembang seperti masa era PGT/KOPASGAT dahulu, dan bahkan melebihi masa era tersebut dengan modernisasi Alutsista Persenjataannya. Korpasgat menjadi salah satu pasukan andalan sekaligus kebanggaan, yang dipercaya menjadi kekuatan pasukan pemukul di darat TNI Angkatan Udara, TNI bahkan NKRI. Saat ini Kopasgat masih memiliki Artileri Hanud Meriam tripple Gun thn 1950 yang Battle Proven. Unit meriam tripple Gun yang layak pakai akan di optimalkan sebagai salah satu Alutsista tambahan Denhanlan Pasgat.
Kopasgat kini memodernisasi persenjataannya dengan yang lebih modern sesuai dengan tuntutan era perang modern baik senjata perorangan, regu, peleton, kompi, batalyon, maupun brigade dan resimen. Juga kebutuhan Rantis dan Ranpur disetiap satuan dapat terpenuhi. Terutama untuk menyiapkan batalyon-batalyon komando dalam Brigade Komando Serbu Pasgat. Dalam tiap regu di tiap batalyon pasgat akan dilengkapi dengan senjata SS2-V1 PINDAD 40mm dengan Pelontar Granat dan Squad Automatic Weapon senapan mesin ringan seperti FN Minimi(Senjata Otomatis Regu). Sedangkan di dalam kompi bantuan akan dilengkapi dengan SMB (Senapan Mesin Berat) DShk-38 dirancang sebagai senjata pemukul untuk sasaran darat dan udara jarak pendek. SMB ini biasa digunakan oleh unit kavaleri dan infantri. Pada unit kavaleri, DShK sudah menjadi standar ditempatkan pada turret beragam MBT (Main Battle Tank), bahkan tank ringan, panser dan rantis pick up dalam infantri, wajar bila DShK dioperasikan dengan case khusus beroda dua, mirip dengan model meriam/kanon. Dengan demikian SMB ini mudah digerakkan, dibawa atau dipindahkan dengan bantuan pengait pada jeep atau truk.
Kekuatan pasukan
Kopasgat dalam beberapa waktu kedepan direncanakan akan mendapatkan panser buatan Pindad sebagai cikal bakal Batalyon Kavaleri Kopasgat Resimen Bantuan Tempur. Rencana ini tengah mengalami negosiasi ulang untuk diadakan penambahan jumlahnya dikarenakan ranpur sejenis Panser dinilai sangat cocok untuk mendukung tugas sebagai bantuan tempur dari Batalyon-batalyon tempur Para Komando dengan karakteristiknya sebagai pasukan pemukul reaksi cepat Kopasgat TNI AU. Kopasgat sebagai pasukan pemukul NKRI segala medan. Kopasgat adalah pasukan payung sejati dan pertama NKRI. Begitu juga untuk Dalam konsep penggelaran pasukan berintensitas tinggi, TNI mengenal istilah PPRC (Pasukan Pemukul Reaksi cepat) yang mana pasgat sebagai satuan TNI berkualifikasi Para Komando merupakan inti dari pasukan PPRC TNI yang selalu siap secara cepat terdepan sewaktu-waktu untuk menghadapi kondisi kondisi darurat di wilayah NKRI.
Komandan Kopasgat Pertama TNI Angkatan Udara yang kala itu bernama Pasukan Gerak Tjepat adalah Komodor Udara (U) PGT RHA Wiriadinata. Saat ini Komandan Korpasgat (Dankorpasgat) adalah Marsekal Muda TNI Wahyu Hidayat Sudjatmiko, Menggantikan Marsekal Muda TNI Taspin Hasan, S.A.P., M.Si[8]
Operasi Militer
Penumpasan RMS, DI/TII dan PRRI/PERMESTA
Ketika terjadi beberapa pemberontakan di bumi Pertiwi ini, PPP ditugaskan pula untuk menumpas pemberontakan DI/TII di wilayah Jawa Barat. Personil PPP melakukan pengejaran di wilayah Tangkuban Perahu, Pegunungan Galunggung, Pegunungan Guntur dan Pegunungan Tampomas. Selain itu PPP juga ikut melaksanakan penumpasan DI/TII di Sulawesi Selatan dengan melakukan operasi yang dipimpin langsung oleh Letkol (U) RHA Wiriadinata.
Saat penumpasan RMS tahun 1952, PPP mengerahkan 1 kompi pasukannya di Kendari dan Pulau Buru, Maluku.
Pada peristiwa PRRI di Sumatra, dua kompi PGT pimpinan LU I Sugiri Sukani dan LU I Rachman bersama 1 kompi RPKAD melakukan penerjunan untuk pertama kali pada 12 Maret 1958 saat Operasi Tegas di Pangkalan Udara Simpang Tiga, Pekanbaru. Empat hari berselang pada operasi Sapta Marga 16 Maret 1958, pasukan yang sama dari PGT bersama RPKAD kembali melakukan penerjunan di Medan.
Ketika operasi 17 Agustus di Sumatera Barat, PGT mendapat tugas untuk merebut Lanud Tabing di Padang. Untuk mengawali operasi ini, delapan personel PGT dipimpin Letkol (U) RHA Wiriadinata ditugaskan melakukan operasi khusus. Tim kecil PGT ini mendapat tugas menentukan titik penerjunan yang paling aman bagi pasukan TNI. Pendaratan open sea ini, terbilang berbahaya. Ombak besar menyulitkan pendaratan. Akibatnya, saat regu PGT mendarat dengan motor-tempel kecil di pantai, perahunya pecah. Sampai di pantai, mereka bergerak cepat, menyusup, menentukan koordinat, dan membuat kode-kode rahasia pada DZ. Tentu tidak gampang menentukan lokasi DZ, mengingat pasukan PRRI tersebar di mana-mana.
Pada 17 April 1958 tepat pukul 06.40 satu batalyon PGT dan satu kompi RPKAD diterjunkan dan langsung mendapat perlawanan dari pasukan PRRI, akibatnya satu personel PGT gugur. Selain itu Lanud Tabing juga sudah dipenuhi oleh ranjau paku dan bambu-bambu runcing yang sudah dipersiapkan sebelumnya.
Pada 20 Mei 1958, satu kompi PGT dipimpin Kapten (U) R Suprantijo kembali diterjunkan di Morotai saat Operasi Sapta Marga III untuk menumpas Permesta di Sulawesi Utara dan Maluku. Beberapa waktu kemudian satu kompi PGT dipimpin LU I Heru Achjar berhasil merebut bandara Mapanget di Begitu gencarnya pertempuran di darat maupun dari udara, hingga sempat memancing pesawat Lockheed U-2 Dragon Lady milik AU Amerika (USAF). Pesawat ini pernah dimanfaatkan mengintai pulau Natuna yang disiapkan untuk menggempur Jakarta
Operasi Trikora
PGT AURI dalam operasi Trikora mengambil porsi terbesar jumlah pasukan yang diinfiltrasi ke Irian Barat dengan total 532 orang.
Jumlah personel dari TNI, Polri dan relawan yang diinfiltrasikan selama Trikora adalah 1.154 personel dengan jumlah korban jiwa 216 gugur/hilang dan 296 tertangkap.
Pada tanggal 25 April 1962, saat operasi Banteng Ketaton sebanyak 40 orang pasukan PGT dibawah pimpinan Sersan Mayor (U) J. Picaulima diterjunkan untuk pertama kali di Irian Barat yaitu di daerah Fak-Fak begitu juga penerjunan yang dilakukan 39 personel PGT di Kaimana tanggal 26 April 1962 berhasil dengan baik.
Pada 11 Mei 1962, pasukan PGT dibawah pimpinan Letan Satu (U) Manuhua melaksanakan penerjunan di Sorong saat Operasi Serigala.
Salah satu kisah heroik dan bersejarah adalah peristiwa pengibaran Sang Saka Merah Putih untuk pertama kali dipancangkan di bumi Cenderawasih, Irian Barat, yang dilakukan oleh anggota PGT atas inisiatif Sersan (U) M.F. Mengko. Pada tanggal 19 Mei 1962, sebanyak 81 anggota PGT bertolak dari Pangkalan Udara Pattimura, Ambon, dengan pesawat Hercules yang dipiloti Mayor (U) T.Z Abidin menuju sasaran daerah penerjunan sekitar Kampung Wersar, Distrik Teminabuan. Pada dini hari mereka diterjunkan tepat di atas markas tentara Belanda. Pertempuran jarak dekat yang serba kacau segera terjadi. Tentara Belanda yang tengah tidur kaget karena ada pasukan PGT yang diterjunkan tepat dimarkasnya, sedangkan prajurit PGT juga tidak menyangka akan diterjunkan dimarkas tentara Belanda karena sebelumnya mereka dibriefing akan diterjunkan di perkebunan teh. Kisah heroik ini mengakibatkan tewasnya 53 anggota PGT AURI termasuk komandan tim Letnan Dua (U) Suhadi.
Untuk mengenang peristiwa bersejarah tersebut di daerah Teminabuan, Sorong kini telah didirikan sebuah monumen yang diberi nama Tugu Merah Putih.
Untuk memperkuat posisi tentara Indonesia di Irian Barat dilaksanakan operasi Jatayu pada 14 Agustus 1962 dengan rincian Kelompok Elang dibawah pimpinan Kapten (U) Radik Sudarsono diterjunkan di Sorong dan Kelompok Alap-alap di daerah Merauke dipimpin Letnan (U) Benyamin Matitaputty.
Suatu hal yang amat mengagumkan adalah kemampuan untuk bertahan hidup (survival) dari prajurit PGT. Meskipun dengan kondisi alam Irian Barat yang ganas dimana berhutan lebat dengan ketinggian pohon mencapai di atas 50 meter, langkanya binatang maupun tumbuhan yang dapat dimakan, ancaman penyakit malaria, kekurangan logistik dan obat-obatan ditambah serangan gencar dari pesawat tempur maupun tentara Belanda, namun mereka masih mampu bergerilya di dalam hutan sampai menjelang terjadinya gencatan senjata.
Penerjunan dilaksanakan dini hari menjelang subuh. Prajurit PGT dikepekatan malam yang amat dingin diterjunkan di atas hutan-hutan belantara di dekat kota-kota kecil Irian Barat. Para prajurit PGT cukup tangguh untuk berjuang melawan hutan belantara yang pepohonannya amat tinggi, sehingga sebelum mencapai tanah mereka harus bergelut dengan tali dan pisau komando agar bisa turun karena rata-rata tersangkut dipepohonan.
Seperti halnya saat Trikora, pada saat operasi Dwikora PGT AURI juga menjadi pasukan yang pertama kali diterjunkan ke wilayah Malaysia.
Berbeda dengan Trikora maupun saat penumpasan PRRI/PERMESTA, kali ini PGT bertindak sebagai pelaku tunggal penerjunan (solo performer) tanpa didampingi kesatuan lain dari TNI-AD. Selain melalui udara, personel PGT juga melakukan infiltrasi lewat jalur darat dan laut.
Pada tanggal 31 Januari 1964, PGT melakukan penyebaran pamflet dengan pesawat Hercules C-130 di daerah perbatasan (Sabah, Tawau dan sekitar Pulau Sebatik)[10]
Sejak bulan April 1964, dua kompi PGT dibawah pimpinan LMU I Sutikno dan LMU I Sukimin dipersiapkan dalam rangka infiltrasi melalui laut. Pasukan ini kemudian diberangkatkan ke Tanjung Balai, Karimun dengan kapal motor.
Untuk pertama kalinya pada tanggal 16 Agustus 1964, satu peleton dipimpin SMU Sadikin berhasil menyusup lewat laut ke Pontian Kecil, Johor Baru.
Keesokan harinya bertepatan dengan hari kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1964 kembali satu peleton PGT pimpinan SMU Suparmin disusupkan ke wilayah Malaysia lewat jalur laut. Sebelumnya pada dini hari sebanyak 17 personel PGT berhasil melakukan penerjunan di selatan Johor.
Dalam penerjunan pada tanggal 1-2 September 1964 diterjunkan 3 peleton pasukan terdiri dari 1 peleton dari kompi LU I Suroso, Jakarta dan 2 peleton dari kompi LMU Sutikno, Bandung. Ironisnya, salah satu pesawat C-130 Hercules yang diterbangkan Mayor (U) Djalaloedin Tantu bersama 7 awak pesawat jatuh ke selat Malaka. Sebuah sumber menyatakan bahwa kecelakaan pesawat Hercules yang melakukan terbang malam tersebut akibat terbang terlalu rendah untuk menghindari deteksi radar lawan. Mayor (U) Sugiri Sukani, Komandan Resimen PGT dan LU I Suroso ada di dalam pesawat malang tersebut. Unsur yang ikut tewas dalam peristiwa tersebut adalah 47 orang personel PGT ( 40 orang dari Jakarta dan 7 orang dari Bandung) dan 10 orang China Melayu, di antaranya adalah dua gadis. Sedangkan 2 Hercules lainnya berhasil menerjunkan pasukan PGT di daerah sasaran. Sasaran penerjunan ini adalah daerah Taiping, Labis dan Ipoh.
Hanya dalam waktu dua hari, hampir semua personel PGT dapat ditangkap akibat pengkhianatan dari penunjuk jalan yang berasal dari etnis Melayu dan Cina. Mereka baru dibebaskan dari penjara Malaysia setelah 11 Maret 1966 dan dipulangkan ke Indonesia. Setiba di Jakarta, akibat efek dari peristiwa G-30S/PKI mereka kembali ditahan di Cijantung di asrama RPKAD dan diberi julukan ”Tentara Merah”. KU I Sukardi yang tertangkap dan divonis hukuman gantung oleh pemerintah Malaysia akhirnya dibebaskan pasca gencatan senjata RI – Malaysia.
Hampir seluruh personel PGT yang diinfiltrasikan ke Malaysia tertangkap akibat banyaknya operasi yang secara sengaja ”dibocorkan” oleh oknum-oknum di Indonesia. Sedangkan 4 personel PGT yang kembali dengan selamat dan tidak tertangkap mendapatkan anugerah Bintang Sakti dari Presiden RI bersama-sama dengan anggota yang gugur.
Jumlah personel PGT yang gugur/hilang selama operasi Dwikora berjumlah 83 orang sedangkan yang tertangkap/terluka berjumlah 117 orang[11]
Operasi Seroja
Dalam Operasi Seroja, Kopasgat tidak berfungsi sebagai pasukan pemukul seperti yang dilakukan Pasukan Gerak Tjepat (PGT) dalam penumpasan pemberontakan PRRI/Permesta, perjuangan Trikora dan Dwikora. Kopasgat yang terdiri dari Pengendali Tempur (Dalpur), Pengendali Pangkalan (Dallan) dan Satuan Tempur (Satpur) bertugas membentuk pangkalan udara operasi dan pengamanannya.
Gelaran pertama Kopasgat terjadi tanggal 7 Desember 1975 saat 126 personel Detasemen-B Kopasgat yang dipimpin Kapten (Psk) Silaen diterjunkan dengan cara air landed di lapangan terbang Dili, selang dua hari pada 9 Desember 1974 delapan Hercules C-130 menerjunkan pasukan dari Yonif Linud-328 Kostrad, Grup-1 Kopassus, Yonif 401/Banteng Raiders dan 156 personel Kopasgat pada pukul 07.25 WIT. Tugas Kopasgat adalah membebaskan lapangan terbang Baucau, atau lebih populer dengan Villa Salazar dalam bahasa Portugis. Detasemen-A Kopasgat dipimpin Kapten (Psk) Afendi. Operasi ini sekaligus membuktikan kemampuan Kopasgat melaksanakan Operasi Pembentukan dan Pengoperasian Pangkalan Udara Depan (OP3UD).
Jumlah personel Kopasgat yang luka-luka saat penerjunan di Baucau adalah 19 orang terdiri dari 2 orang Satpur dan 17 orang Dallan.[12]
Jauh sebelum operasi Seroja dimulai, Kopasgat bersama satuan elit lainnya di TNI sudah terlebih dahulu masuk ke wilayah Timor-Timur untuk membentuk kantong-kantong gerilya serta mendukung para pejuang pro integrasi
Selama operasi Seroja, kehadiran Kopasgat amat disegani baik oleh rakyat maupun gerilyawan Fretilin karena sikapnya yang simpatik dan mampu merebut hati rakyat. Markas Kopasgat sering kali dijadikan tempat perlindungan oleh rakyat untuk menghindari konflik bersenjata yang terjadi. Warna baret jingga dan loreng komando khas Kopasgat kala itu amat populer di Timor-Timur. Hal ini berimplikasi pula pada sedikitnya jumlah personel Kopasgat yang gugur selama operasi Seroja bila dibandingkan dengan satuan lainnya di TNI.
Jumlah personel TNI yang gugur di Timor-Timur antara tahun 1974-1999 adalah 2.292 orang sedangkan dari pihak pejuang pro integrasi mencapai jumlah 1.527 orang.[13]
Operasi Trisula dan Penumpasan PGRS/Paraku
Kopasgat turut serta dalam operasi Trisula Kodam VIII/Brawijaya tahun 1967 di daerah BlitarJawa Timur guna penumpasan sisa-sisa gerakan PKI didaerah tersebut. Dalam mendukung operasi ini Kopasgat mengerahkan satu kompi pasukannya dari Resimen III dibawah pimpinan LU II Wim Mustamu.
Pada tahun 1967-1969 timbul pergolakan di Kalimantan Barat yang dikenal dengan nama Pasukan Gerilya Rakyat Serawak (PGRS) dan Pasukan Rakyat Kalimantan Utara (Paraku) berasal dari warga keturunan Tionghoa simpatisan komunis di wilayah Kalimantan. Untuk menghadapi PGRS/Paraku, pemerintah memutuskan untuk menggelar operasi Saber Kilat. Kopasgat sendiri melakukan tugasnya secara berkala dan diadakan pergantian pasukan pada periode tertentu sampai dengan operasi selesai tahun 1969. Perwira Kopasgat yang bertugas dalam operasi ini antara lain Kolonel (U) Z. Rachiman, Letkol (U) Sudjito, LU I Samadikun, LU I Mashud, LU I Sudadyo, LU I Nasroel dan LU II Siswoto Soemali dan LU II Joenoes. Dalam operasi ini gugur 2 orang personel Kopasgat asal Resimen I dan 4 orang lainnya gugur saat peristiwa Lanud Singkawang II
Operasi Sipil
Selain mengabdikan dirinya dalam tugas-tugas operasi militer, prajurit Kopasgat juga ikut berpartisipasi dalam misi kemanusiaan seperti operasi Tinombala dan Tampomas penanggulangan bencana alam, Tentara Manunggal Membangun Desa (TMMD) dan karya bakti TNI lainnya.
Misi Perdamaian
Keterlibatan Korpasgat dalam misi perdamaian di luar negeri di bawah bendera PBB seperti tergabung dalam:
Kontingen Garuda lainnya setiap tahun dan penugasan militer di luar negeri lainnya.
Identitas Korps Baret Jingga
Di era Kopasgat mulai dipergunakan baret berwarna jingga dengan emblem berbentuk segilima. Dirasa kurang pas, emblem itu diganti dengan bentuk persegi seperti yang saat ini dipakai Paskhas. Moto yang tertulis pada emblem berbunyi Karmanye Vadikaraste Mafalesu Kadatjana yang artinya “bekerja tanpa menghitung untung dan rugi”. Sementara badge yang dipasang di lengan kiri merupakan gambar lama yang digunakan PGT. Badge itu berupa perisai berwarna merah menyala dengan gambar parasut mengembang menerjunkan dua jenis senjata ringan dan berat. Dari gambar itu dapat diartikan bahwa Kopasgat adalah pasukan Linud yang gagah berani. Kedua lambang, emblem dan badge serta baret berwarna jingga saat ini masih digunakan sebagai ciri pasukan elit TNI-AU.
Selain itu dilengan kanan ditambahkan pula badge dengan tulisan Para Komando sebagai ciri khas Pasukan Para Komando Udara[14]
Badge ini juga dipakai dilengan kanan pakaian dinas setiap para KSAU sebagai wujud penghormatan kepada satuan elit dilingkup TNI-AU ini.
Referensi
^Budhy Santoso. "Baret Jingga. Pasukan Payung Pertama di Indonesia". Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1999