Glock 17, Glock 19, SIg Sauer P226, Benelli M4 Super 90, H&K MP5SD3, H&K UMP45, H&K MP5K-PDW, Colt M16A4, SIg SG552, SIG SSG-3000, SIG SHR-970, PGM HECATE II, SAR-21, Colt M4A1, Steyr AUG A1/A2
Satuan Bravo 90 (disingkat Satbravo-90) sebelumnya bernama Denbravo 90 adalah satuan pelaksana operasi khusus Komando Pasukan Gerak Cepat yang berkedudukan langsung di bawah Dankopasgat.
Satuan Bravo 90 yang bertugas melaksanakan operasi intelijen, melumpuhkan alutsista/instalasi musuh dalam mendukung operasi udara dan penindakan teror bajak udara serta operasi lain sesuai kebijakan Panglima TNI.
Satuan antiteror dari pasukan khusus TNI Angkatan Udara ini adalah yang paling muda pembentukannya. Baru dibentuk secara terbatas di lingkungan Korps Pasukan KhasTNI-AU pada 1990, Bravo berarti yang terbaik.
Konsep pembentukannya merujuk kepada pemikiran JenderalGuilio Douchet: Lebih mudah dan lebih efektif menghancurkan kekuatan udara lawan dengan cara menghancurkan pangkalan/instalasi serta alutsista-nya di darat daripada harus bertempur di udara.
Satuan Bravo '90 Paskhas lahir pada era kepemimpinan Marsma TNI Maman Suparman, sebagai Komandan Puspaskhas periode tahun 1990.
Ide Bravo sebagai satuan khusus Paskhasau muncul dari para penggagas, yaitu Marsdya TNI (Purn.) Budhy Santoso yang saat itu menjabat sebagai Dirops Puspaskhas (Asops Korpaskhas) dengan pangkat Letkol dan Kolonel Psk (Purn.) Wahyu Widjojo yang saat itu menjabat sebagai Dan Depolat (Dan Wing III) dengan pangkat Letkol.
Kedua Pamen ini merupakan alumni AAU tahun 1968. Konsep pembentukan Satuan Bravo 90 didasari oleh pemikiran resultantif tentang perkembangan teori atau kritisisme (Iptek), data atau empirisisme (sejarah) dan nilai atau konstruktifisme Beberapa rujukan dasar, baik yang bersifat universal maupun yang bersifat domestik.[2]
Layaknya dunia intelijen Bukan main-main, Satbravo-90 juga melengkapi personelnya dengan beragam kualifikasi khusus tempur lanjut, mulai dari combat free fall, scuba diving, pendaki serbu, teknik terjun HALO (High Altitude Low Opening) atau HAHO (High Altitude High Opening), para lanjut olahraga dan para lanjut tempur (PLT), dalpur trimedia (darat, laut, udara), selam, tembak kelas 1, komando lanjut serta mampu menggunakan teknologi informasi dan komunikasi dengan sarana multimedia.
Pasukan elite ini juga kebagian jatah untuk berlatih menembak dengan menggunakan peluru tajam tiga kali lipat lebih banyak dari pasukan reguler lainnya. Hal ini dimaksudkan untuk melatih ketepatan dan kecepatan mereka untuk bertindak dalam waktu sepersekian detik.
Struktur Organisasi
Satbravo mempunyai 3 detasemen yang disebut Detasemen 901, 902 dan 903 Detasemen 901 mempunyai spesialisasi intelijen, Detasemen 902 berkualifikasi spesialisasi aksi khusus dan Detasemen 903 spesialisasi bantuan teknik khusus. Tapi sebenarnya 3 detasemen itu mempunyai keahlian yang merata di bidang counter terrorism.
Bravo saat ini sudah memiliki fasilitas pertempuran jarak dekat (CQB). Bahkan untuk latihan pembebasan sandera di pesawat, Bravo langsung melaksanakannya di dalam pesawat baik milik TNI-AU maupun PT. DI. Satuan Bravo 90 juga menjadi pasukan khusus pertama di Indonesia yang mampu menguasai ilmu bela diri Systema yang merupakan ciri khas dari pasukan elite Rusia.
Satuan
Saat ini Satuan Bravo 90 membawahi tiga Detasemen dengan khualifikasi yang berbeda yaitu:
Pendidikan Bravo sekitar 6 bulan. Dilaksanakan di Pusdiklat Kopasgat khususnya Satuan Pendidikan Khusus, Satdik 02 Lanjut dan Satdik 03 Khusus. Anggotanya diseleksi dari siswa terbaik peringkat 1-40 lulusan Sekolah Komando Paskhas dan personel aktif di Batalyon Komando/Wing.
Semua diseleksi ketat mulai dari IQ, kesemaptaan, keahlian spesialisasi militer yang dibutuhkan, serta kesehatan. Semua dengan asistensi lembaga TNI-AU yang berkompeten dengan bidang masing–masing.
Tampaknya para pelatih Detasemen Penanggulangan Teror “ala” Pasukan KhususTNI AU ini tak main–main. Peluru tajam digunakan dalam latihan tahap akhir. Alhasil para calon Bravo juga penuh perhitungan, cermat, cepat, sekaligus tepat dalam bertindak. Bertempur total dan habis – habisan. Itulah kesimpulan akhir pendidikan Bravo.
Mereka tercetak menjadi prajurit elite Paskhas yang siap diterjunkan di mana saja di seluruh Indonesia. Setelah lulus, para personel Bravo muda ini berhak atas brevet bravo, lambang, Call Sign dan perlengkapan tempur standar Bravo lainnya.
Mereka juga dibagi ke dalam 3 tim Alfa dan Tim Ban Nik. Bagi para personel Bravo yang telah dianggap senior, bisa dipindahkan ke Tim khusus yang tak lain “berisi” prajurit Bravo berkemampuan di luar matra udara yaitu Frogmens yang mampu melakukan infiltrasi lewat laut, Selam Tempur, UDT, EOD, Zeni Demolisi, Penerbangan, elektronika dll.
Rentang Penugasan
Dimulai sejak 1992 dalam pengamanan KKT di Jakarta, Misi pemulangan TKI China, dan misi Geser Tim–Tim sebagai buntut lepasnya Tim–Tim dari NKRI. Bravo ditugasi mengendalikan Bandara Komoro dalam satgas ITFET (Indonesian Task Force in East Timor), namun pengamanan pusat kota juga dipercayakan kepada komando Bravo.
Mereka bertugas sampai detik-detik akhir turunnya merah-putih dari bumi Lorosae Setelah itu dalam konflik Ambon, Bravo mengalami berbagai peperangan frontal dari darat ke darat dalam menyekat 2 kubu yang bertikai. Bravo tergabung dalam Yon Gab 1 bersama Kopassus dan TaifibMarinir. Dalam konflik Aceh, Bravo ditugasi untuk mengamankan bandara dan lanud di seluruh wilayah NAD.
Inventaris Senjata
Pistol Scorpion sudah tinggal kenangan. Kini Bravo memiliki senjata jagonya CQB yaitu MP5. Sebagian adalah hibah dari Korea. Namun begitu masih bagus.
Pistol pun pakai SiG Sauer. Anggota Bravo dilengkapi uniform full gears dengan peralatan terbaru. Mulai dari rompi anti peluru, NVG, GPS, pelindung kaki dan lutut, sepatu khusus, pelindung mata, pisau lempar sampai alat komunikasi point to point.
Bahkan dalam situasi khusus, Bravo bisa memboyong pesawat – pesawat TNI-AU dari pesawat angkut sampai pesawat tempur untuk menyokong misi operasinya. Bravo juga kini telah memiliki senjata SAR-21 (Singapore Air Rifle). Kabarnya Bravo mendapat 50 buah senjata jenis ini dari Mabes TNI
Kendaraan Taktis
Detasemen Bravo-90 Kopasgat TNI-AU saat ini setidaknya mengoperasikan beberapa jenis kendaraan taktis antara lain:
Land Rover Defender MRCV (multi role combat vehicle)
Kendaraan taktis (rantis) Bravo-90 yang satu ini memang khusus. Termasuk Land Rover jenis defender heavy duty antipeluru yang dilengkapi tangga lipat serta penyangga mobil.
Tangga ini lazim digunakan dalam penyerbuan gedung (building assault). Agar mobil berdiri stabil, penyangga diturunkan secara hidraulis untuk menahan goyangan. Melihat tongkrongannya, rantis Bravo-90 ini adalah jenis Defender Td5 dengan basis station wagon sasis panjang. Mobil yang dari pabrikannya dilego seharga 20.495 poundsterling (standar) ini ditenagai mesin diesel berkapasitas 2500cc.
Bila disimak lebih jauh, tentu saja ada fasilitas khusus yang ditambahkan. Sebut saja plat pijakan kaki yang menempel di sekeliling bodi mobil. Tentu saja bukan tanpa tujuan fasilitas tadi dibuat. Plat berfungsi sebagai pijakan pasukan yang berdiri di sekeliling mobil. Dengan demikian maka pasukan bisa didrop dengan cepat.
Dirgantara Military Vehicle (DMV-30T)
Kendaraan sejenis “Humvee” dan bertampang “sangar” ini adalah produk pertama dan asli rakitan PTDI. Kendaraan ini mendapat nomor register di lingkungan TNI-AU yakni 4020-10. DMV menggunakan mesin disel 3000 cc Ford Ranger dan teknologi Mazda Tampilannya semakin perkasa dengan senjata utama senapan mesin GRMG yang disimpan di bagian atap kendaraan, serta senjata FN Minimi kaliber 5,56 mm yang menyembul keluar dari kabin depan yang tidak dipasangi kaca.
Gerakan mobil anyar itu dipastikan tetap lincah, baik di jalan raya maupun di medan yang terjal sekalipun. Empat buah ban ukuran besar melekat di dua as dengan ketinggian jarak lantai kabin ke tanah sekitar 90 centimeter. Apabila tertembak, bagian ban masih akan tetap berdiri dan berfungsi maksimal karena dilengkapi dengan lapisan besi yang dipasang melingkar pada bagian ban.
Kendaraan tempur ini didesain untuk kapasitas empat orang prajurit dengan jok yang terbuat dari fibre glass yang dicat khas warna loreng TNI. DMV mempunyai ketahanan perjalanan hingga 600 kilometer. Berbeda dengan kendaraan biasanya, sasis DMV dibangun dengan besi-besi pipa berkualitas sesuai dengan standar dan spesifikasi kendaraan versi militer
Markas Satuan
Pada tahun 2009, Detasemen Bravo-90 direncanakan telah menempati markas barunya seluas hektare di daerah Rumpin, Bogor. Daerah ini dinilai sangat strategis karena dekat dengan dua lanud utama TNI AU yaitu Lanud Atang Sanjaya, Bogor dan Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta sehingga mudah untuk menggerakkan pasukan keseluruh wilayah Indonesia.
Berdasarkan Validasi dan regrouping Kopasgat sesuai dengan keputusan Kepala Staf Angkatan Udara No. 527/IX/2013 tertanggal 10 September 2013. Sebelumnya bernama Detasemen Bravo 90 ditingkatkan menjadi Satuan Bravo 90. Satuan anti teror ini membawahkan Detasemen 901, Detasemen 902, dan Detasemen 903.