Batalyon Infanteri V (KNIL)Batalyon Infanteri V (Belanda: 5e Bataljon Infanterie),[1] atau terkenal dengan sebutan Batalyon Andjing NICA,[2] adalah sebuah batalyon dari Tentara Kerajaan Hindia Belanda (KNIL) yang beroperasi antara tahun 1945-1950, di bawah komando Administrasi Sipil Hindia Belanda (NICA),[2] terutama di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Batalyon ini disegani keberanian dan kekejamannya dalam operasi kontra gerilya,[2] dan turut serta dalam Agresi Militer I dan Agresi Militer II. Batalyon ini kemudian ditugaskan ke di Banjarmasin hingga saat pembubarannya,[3] yaitu sesuai dengan keputusan Konferensi Meja Bundar; di mana sebagian anggota batalyon bergabung dengan Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS), sebagian memilih demisioner, dan sebagian lagi bergabung dengan Tentara Kerajaan Belanda.[3] SejarahBatalyon ini dibentuk di Bandung pada tanggal 2 Desember 1945, dalam masa Bersiap,[1][2] yaitu masa konflik dan kekacauan sosial sejak takluknya Jepang kepada Sekutu. Batalyon ini terdiri dari bekas tawanan perang dan interniran orang Belanda dan Indo, serta orang pribumi yang mendaftar, terutama Ambon, Manado, Timor, Jawa, dan Sunda.[2][4][5] Komandan batalyon pertama ialah Kapten J.C. Pascua, dan batalyon ini awalnya dilatih di gedung bekas Akademi Militer Kerajaan (Koninklijke Militaire Academie) di Bandung, yang sebelumnya juga digunakan sebagai penjara (kamp) militer Allied Prisoners of War and Interness (APWI).[1][6] Julukan 'Andjing NICA' ialah karena mereka menggunakan lencana 'anjing menyalak' sebagai identitas batalyonnya,[7] serta oleh pihak nasionalis Indonesia juga merupakan semacam hinaan bagi kaum pendukung pihak Belanda.[2] Pada awalnya batalyon ini melakukan patroli dan operasi 'pembersihan' di wilayah Cimahi.[8] Setelah kedatangan tiga batalyon militer sukarelawan dari Belanda pada bulan April 1946, yaitu Batalyon 1-3 RI (de Watermannen), Batalyon 1-5 RI (de Krokodillen), dan Batalyon 1-9 RI (de Friezen), maka daerah operasi mereka pun diperluas sehingga mencakup Bandung utara dan selatan.[8] Batalyon Andjing NICA saat itu telah menjadi bagian dari Brigade V, yang bertanggung jawab menjaga Bandung dari berbagai aktivitas 'para teroris'.[8] Agresi Militer IPada masa Agresi Militer I, antara 21 Juli s.d. 4 Agustus 1947, batalyon ini termasuk dalam operasi yang dimulai dari Bandung, kemudian ke Palintang, Tanjungsari, Cirebon, Tegal, Purwokerto, dan Gombong. Pada kwartal keempat tahun 1947, batalyon ini diterjunkan di Pangandaran, serta melakukan juga operasi ke Karanganyar. Pada masa gencatan senjata setelah Agresi Militer I, batalyon ini melakukan operasi 'pembersihan' di Kroya dan Ajibarang.[8] Agresi Militer IIPada masa Agresi Militer II, batalyon ini bergerak dari Gombong ke Purworejo, dan kemudian ke Magelang.[9] Saat Perjanjian Roem-Roijen tidak dapat dipertahankan lagi, maka Batalyon Andjing NICA ditugaskan untuk mengamankan jalur evakuasi Salam, Muntilan, Pabelan, dan Blondo. Selanjutnya tugas batalyon ini beralih pada penjagaan keamanan.[8] KomandanBerikut ini daftar para komandan batalyon Andjing NICA, sbb.:[8]
Lihat pulaReferensiCatatan kaki
Bacaan lanjutan
Pautan luar
Wikimedia Commons memiliki media mengenai 5th Infantry Battalion of the Royal Netherlands East Indies Army (Andjing NICA). |