Laksamana Muda Udara (Purn.) Raden Atje Wiriadinata (Sunda: ᮛᮓᮦᮔ᮪ ᮃᮎᮦ ᮝᮤᮛᮤᮃᮓᮤᮔᮒ) (15 Agustus 1920 – 23 Mei 1986) adalah seorang purnawirawan perwira tinggi TNI Angkatan Udara Yang mengawali karier militernya di Pasukan Pertahanan Pangkalan (PPP) AURI dengan pangkat OMO (Opsir Muda Oedara) II.
Riwayat Hidup
Perang kemerdekaan
Saat perang kemerdekaan melawan Belanda pasukan ini begitu disegani karena hanya mereka satu-satunya yang memiliki senjata 12,7 mm. Karena kehebatannya, Wiriadinata kemudian diangkat menjadi Komandan Pertempuran Panembahan Senopati 105 (PPS-105) yang kemudian terkenal dengan nama Pasukan Garuda Mulya yang beroperasi disekitar daerah Yogyakarta dan Surakarta (Solo).[1]
Karier militer
Pada tahun 1950-an, Wiriadinata yang saat itu berpangkat Kapten (U) mengikuti Sekolah Para Dasar Angkatan II di Lanud Andir, Bandung. Wiriadinata kemudian diangkat menjadi komandan PGT pertama pada tahun 1952 sekaligus merangkap sebagai Komandan Lanud Andir. Ia juga pernah menjadi Panglima Gabungan Pendidikan Paratroops (KOGABDIK PARA) di Lanud Margahayu, Bandung. Wiriadinata terlibat langsung dalam penumpasan berbagai gerakan separatis di Indonesia seperti DI/TII di Jawa Barat dan Sul-Sel, RMS di Maluku dan PRRI/PERMESTA di Sumatra dan Sulawesi.
Penumpasan PRRI di Sumatera Barat
Saat operasi 17 Agustus di Padang, Sumatera Barat pada tahun 1958, Wiriadinata yang saat itu berpangkat Letkol (U) dipercaya menjadi wakil komandan operasi bersama Letkol (L) John Lie sedangkan pimpinan operasi dipegang oleh Kolonel Inf Ahmad Yani. Berdasarkan Surat keputusan Men/Pangau Nomor: III/PERS/MKS/1963 tanggal 22 Mei 1963, maka pada tanggal 9 April 1963 Komodor (U) RA. Wiriadinata dikukuhkan menjadi Panglima KOPPAU dan menjabat selama 1 tahun. Kemudian pada tahun 1964 digantikan oleh Komodor (U) Ramli Sumardi. Setelah itu, Wiriadinata diberi jabatan sebagai Irjen Mabes AURI dengan pangkat Marsekal Muda (U) hingga tahun 1967.
Wakil Gubernur DKI Jakarta (1966-1977)
Pada tahun 1966, Presiden Soekarno menunjuk Wiriadinata sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta mendampingi Letjen (KKO) Ali Sadikin, yang kebetulan juga berasal dari Sumedang (Ali Sadikin berasal dari Cangkudu, Sumedang Selatan). Duet ini kemudian memimpin Jakarta selama dua periode hingga 1977 yang dikenal sebagai “periode emas” DKI Jakarta. Setelah itu Presiden RI kedua Soeharto mengangkat Wiriadinata sebagai Wakil ketua Dewan Pertimbangan Agung (DPA) periode 1978-1983.
Meninggal dunia
Pendiri Komando Pasukan Gerak Cepat (KOPASGAT). Marsekal Muda TNI (Purn) R. Wiriadinata, tutup usia pada 23 Mei 1986 (65 Tahun) setelah sakit dan dirawat di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta. Setelah sebelumnya disemayamkan semalam di Mabes TNI-AU, jenazah Almarhum dimakamkan di TMP Cikutra, Bandung, dengan upacara militer yang dipimpin langsung oleh Kasau, Marsekal Madya TNI Oetomo
Wiriadinata, yang tidak sedikit jasanya dalam mengembangkan TNI-AU, antara lain pernah memegang jabatan Komandan Pangkalan Husein Sastranegara, Pangko Pasukan Pertahanan Pangkalan TNI-AU, Irjen TNI-AU, Komandan Kogabdik Para ABRI, dan Panglima Kopasgat. Di luar dinas kemiliteran, Wiriadinata, kelahiran Sumedang, pernah pula menduduki jabatan lain, seperti anggota MPRS, Wakil Gubernur DKI Jakarta. Wakil ketua DPA RI, anggota dewan ITB, Unpad, dan IKIP Bandung.
Diabadikan menjadi nama Lanud
Sebagai penghormatan kepada Marsda TNI RHA Wiriadinata, pada tahun 2001 TNI Angkatan Udara melakukan penggantian nama atas Lanud Cibeureum, Tasikmalaya, Jawa Barat menjadi Lanud Wiriadinata. Penggantian ini berasal dari usulan Paguyuban Masyarakat Pasundan mengingat besarnya jasa Wiriadinata kepada TNI Angkatan Udara dan juga negara.[2]