Mohamad Saleh Basarah lahir di Manonjaya, Tasikmalaya pada tanggal 14 Agustus 1928. Ia menikahi R. Sarini Kartinah dan dari pernikahannya ia memiliki 5 anak dan 11 cucu.[2]
Riwayat Hidup
Saksi Proklamasi Tidak Sengaja
Setamat SMP di Cirebon Saleh Basarah libur panjang, yaitu pada Juli 1945 di rumah pamannya yang menjadi asisten wedana Jati Petambunan, Jakarta, Saleh sempat belajar mengemudikan mobil dan tepat pada 17 Agustus 1945. Ia mengemudikan mobil pamannya menuju rumah saudaranya di Matraman, Jakarta Timur. Saleh kemudian melewati Jalan Pegangsaan Timur. Melihat orang-orang yang sedang berkumpul, ia juga melihat bendera merah putih dinaikkan, tempat orang berkerumun tersebut tak lain adalah kediaman Bung Karno.
Karena dirinya masih sangat muda dan polos, ia tidak menyangka bahwa itu merupakan kejadian paling bersejarah bagi bangsa Indonesia, yaitu proklamasi.[3] Beberapa waktu kemudian barulah Saleh menyadari bahwa ia telah menjadi saksi tidak sengaja proklamasi kemerdekaan Indonesia, meski hanya melihat dari sebrang jalan. Selain itu, Saleh Basarah juga hadir dalam rapat raksasa di Lapangan Ikada (sekarang Monas) pada 19 September 1945.
Pendidikan
Pendidikan yang pernah dienyam antara lain, Sekolah Penerbang, AS (1951), Sekolah Ilmu Siasat Angkatan Udara (1952), Kursus Instruktur Militer (1953), Sekolah Penerbang Lanjutan (1957), Kursus Staf Pertama (1962), Kursus Manajemen UI (1963), dan Seskoau (1965).
Karir
Karir Militer
Jabatan yang pernah dipegang sebagai, Penerbang Skuadron I/Abdurahman Saleh (1959-1960), Instruktur kemudian Komandan Skuadron D, dan penjabat Dan Wing Dik 001Adi Sutjipto (1960-1966), Dan PAU Adi Sutjipto (1964), Direktur Operasi MBAU, merangkap Pangkodau V dan Pangkopasgat (1966-1968), Asop Panglima AURI (1969), dan Kepala Staf Angkatan Udara (1973-1977).
Lain-lain
Ketua Umum PB Pertina selama 4 periode dari tahun 1971 s/d 1988.