Kesultanan Tallo adalah salah satu kerajaan suku bangsa Makassar yang terdapat di kota Makassar Sulawesi Selatan ,Kerajaan ini berhubungan erat dengan Kerajaan Gowa, yang secara bersama-sama setelah Islamisasi persekutuan kerajaan Gowa-Tallo oleh para sejarawan disebut dengan nama Kesultanan Makassar[3]dan kedua kerajaan Gowa-Tallo ini sangat besar
Kerajaan Tallo berawal dari pertengahan abad ke-15, yaitu setelah wafatnya Raja Gowa ke-6 Tonatangkalopi. Penerusnya sebagai Raja Gowa ke-7 adalah anak tertuanya Batara Gowa Tuminanga ri Paralakkenna, sementara adiknya Karaeng Loe ri Sero memerintah sebagian wilayah sebagai Raja Tallo pertama.[3] Wilayah Kerajaan Tallo meliputi Samata, Pannampu, Moncong Loe, dan Parang Loe.[3]
Kedua kerajaan Tallo dan Gowa kemudian terlibat pertempuran dan persaingan, hingga Tallo terkalahkan. Pada masa pemerintahan Raja Gowa ke-10 Tonipalangga Ulaweng dan Raja Tallo ke-4 Daeng Padulu' dicapailah kesepakatan Rua karaeng se're ata (dua raja tetapi satu rakyat), yang mana dengan persetujuan tersebut, maka dalam persekutuan itu Raja Gowa menjadi Sombaya (raja tertinggi) sedangkan Raja Tallo menjadi Tuma'bicara Butta (perdana menterinya) dari persekutuan kedua kerajaan tersebut. Sejak saat itu Kerajaan Tallo selalu terlibat dan mendukung ekspansi Kerajaan Gowa di Sulawesi Selatan dan sekitarnya.[3]
Di antara raja-raja Tallo yang menonjol adalah Karaeng Matoaya (1593-1623) dan anaknya Karaeng Pattingalloang (1641-1654), yang adalah para perdana menteri yang terpelajar dan andal, yang membawa Kesultanan Makassar pada masa keemasannya.[4]
Daftar raja Tallo
Berikut ini adalah daftar Karaeng (raja) Kerajaan Tallo:[5]
^Tahun hanya perkiraan, karena Sulalatus Salatin menyebutkan bahwa peristiwa ekspedisi Raja Semerluki terjadi
pada masa pemerintahan Sultan Mansur Syah di Melaka, yang berlangsung pada 1456-1477 Masehi
^Tahun hanya perkiraan, karena tidak ada sumber yang menyebutkan dengan jelas kapan masa pemerintahan
Karaeng Samarluka alias Tunilabu ri Suriwa berakhir. Namun, diperkirakan bahwa ia berkuasa pada akhir abad ke-
15.
^Tahun menurut perkiraan Muhammad Lazuardi, karena tidak ada sumber yang menyebutkan dengan jelas kapan masa pemerintahan Karaeng Samarluka alias Tunilabu ri Suriwa berakhir. Namun, diperkirakan bahwa ia berkuasa pada akhir abad ke-
15.[6]
^Cummings (2011). William, ed. The Makassar Annals. 35 dari Biblioteca Indonesica. BRILL. hlm. 352-353. ISBN 90-04-25362-9, 9789004253629.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)