Kata madya atau tembung madya (aksara Jawa: ꦠꦼꦩ꧀ꦧꦸꦁꦩꦢꦾ; sekarang disebut sebagai kata krama madya) adalah kosakata bahasa Jawa yang digunakan dalam bahasa madya. Untuk artinya kini, kata madya adalah kata krama yang disingkat (tidak utuh), oleh karena itu disebut sebagai kata krama madya. Bersama dengan kata krama desa dan kata krama enggon-enggonan, kata madya merupakan kelompok kata krama yang tidak baku. Dahulu, kata madya tidak terbatas hanya untuk kata krama yang disingkat. Kata madya juga mengandung kata-kata utuh dan kata-kata ngoko.[2]
Tidak seperti kata ngoko dan kata krama, kamus-kamus bahasa Jawa biasanya tidak menandai kata madya. Meskipun demikian, beberapa kamus menandainya dengan md atau MD terhadap kata-kata madya.
Contoh
Versi lama
Untuk versi yang lama, kata-kata berikut ini tergolong kata madya: ènten, onten, okèh, ajeng lunga, kula ajeng, ampun, empun, engga, enggih, nika, niki, niku, napa, napaa, nedha nrima, negalé, galé, negalo, galo, negilé, gilé, negilo, gilo, negulo, gulo, ninga, rupiné, kéntun, kéndhut, kriyin, klèntu, kepripun, keng sarira, dika, daweg, deg, turèné, tosé, tasih, tesih, teng, sanèn, senunggal, senunggil, sedanten, siyin, siyèn, sengiyèn, semènten, semonten, samang, mang, wikana, la, mekèten, mekoten, melih, mawon, mengké, mengkèten, dan mengkoten.[2]
Kata krama yang biasanya digunakan dalam bahasa madya, contohnya adalah sebagai berikut: ajeng, kula, dèrèng, dédé, sinten, saprika, sapriki, sapriku, sampéyan wau, pundi, pinten, mrika, mriki, mriku, malih, boten, ngrika, ngriki, dan ngriku.[2]
Untuk kata ngoko, contohnya adalah sebagai berikut: kur, gur, mung, kang, sing, dan dhing. Lazimnya, kata ngoko dalam bahasa madya golongan singkatan hanya memiliki satu kecapan.[2]
Versi baru
Untuk versi yang baru, contoh kata madya beserta kata bakunya di dalam tanda kurung adalah sebagai berikut: onten (wonten), ampun (sampun), teng (dhateng), engga (mangga), napa (punapa), mawon (kémawon), njing (bénjing), jengen (kajengipun), seking (saking), ngéten (makaten), nggih (inggih), niki (punika; ngoko: iki), niku (punika; ngoko: iku), tasih (taksih), ajeng (badhé), kalih (kaliyan), samang (sampéyan), seg (saweg), dan turé (cariyosipun; ngoko: jaré).
Lihat pula
Rujukan
Catatan kaki
Daftar pustaka
Pranala luar
|
---|
Penulisan | | |
---|
Tingkatan | |
---|
Dialek | Bagian Barat | |
---|
Bagian Tengah |
|
---|
Bagian Timur |
|
---|
|
---|
Bahasa terkait | |
---|
Topik terkait | |
---|