Filsafat ekonomi
Filsafat Ekonomi adalah interdisiplin ilmu ekonomi yang berkutat pada pengkajian teori ekonomi ; metodologi ekonomi, berupa penilaian terhadap hasil, institusi, dan proses ekonomi ; serta etika dalam proses ekonomi.[1][2] Fokus utama pada kajian filsafat ekonomi adalah permasalahan yang berkaitan dengan metodologi dan epistemologi. Pengkajian atau pembelajaran konseptual terhadap metodologi dan teori ekonomi akan membawa ahli ekonomi memahami suatu aktivitas atau fenomena ekonomi, dan kemudian memodelkannya. Selain itu, etika dalam filsafat ekonomi merupakan bahasan yang tidak kalah penting. Ekonomi merupakan ilmu yang melibatkan aktivitas dan karakter dari manusia. Bahkan kegiatan ekonomi dapat mengubah tatanan sosial-budaya dari masyarakat, sehingga dalam penerapannya terdapat nilai-nilai dan etika yang perlu dikaji kembali.[1][3] Kerangka utama dari pembahasan ekonomi secara teoretis diberikan oleh teori pilihan rasional. Teori pilihan rasional dalam aplikasinya meliputi bahasan risiko, ketidakpastian, situasi strategis dan keputusan berkelompok.[1][3] Mengkaji fondasi dasar teori pilihan rasional berarti mengkaji aksioma dan prinsip-prinsip yang mendasari teori tersebut. Meskipun demikian, tidak semua teori ekonomi bersifat rasional, seperti teori kuantitas uang dan hukum penawaran dan permintaan .[3] Ekonomi pada kajiannya secara umum merupakan suatu ilmu yang unik, kajiannya yang melibatkan banyak permodelan matematis dari suatu fenomena sosial, menunjukan perpaduan aspek epistemologi dan keilmuan (ontologi) secara langsung didalamnya.[1] Interpretasi dari teori ekonomiEkonomi secara singkat merupakan ilmu yang membahas hal-hal yang berkaitan dengan produksi, distribusi, dan konsumsi dari suatu komoditas.[2] Namun dalam perkembangannya muncul berbagai pandangan lebih lanjut tentang ekonomi. Pandangan klasik atau yang disebut juga ekonomi liberal memandang bahwa pasar akan bekerja dengan optimum jika campur tangan dari pemerintah minimum.[4] Sementara pandangan ekonomi neoklasik tidak hanya menginterpretasikan kerja pasar secara konseptual, melainkan juga melalui pendekatan matematis pada penawaran dan permintaan, serta pilihan atau preferensi rasional dari suatu pasar.[5] Kemudian terdapat pandangan ekonomi yang dikemukakan oleh Karl Marx yang berfokus pada teori nilai kerja dan teori nilai lebih yang dalam pandangannya menjelaskan eksploitasi kelas pekerja atau buruh.[6] Terdapat juga pandangan Keynesianisme yang menyatakan permintaan keseluruhan tidak hanya dipengaruhi oleh kapasitas produksi dari suatu aktivitas ekonomi, namun juga dipengaruhi sejumlah faktor yang sering kali tidak menentu seperti inflasi dan pengangguran.[7] Ada tiga alasan utama dari kajian filsafat dalam teori ekonomi. Pertama, kajian filsafat memberikan persepektif moralitas terhadap kesehjateraan, keadilan, dan kebebasan. Kedua, kajian filsafat memberikan pandangan akan sifat rasional dari suatu pasar atau individu. Ketiga, kajian filsafat memberikan pandangan yang berkaitan dengan metodologi dan epistemologi dari suatu fenomena sosial terhadap aktivitas ekonomi.[3] RasionalitasIlmu ekonomi selalu dikaitkan dengan sifat dan motivasi dari konsumen. Sifat rasional dalam makna yang luas berarti bijak, konsisten dan terencana. Sifat rasional diyakini mengatur kebanyakan aktivitas dalam pasar, hal ini diakibatkan terdapat kecenderungan pasar untuk merugikan kalangan yang tidak bertindak rasional. Rasionalitas merupakan salah satu konsep pokok dalam kajian filsafat, seperti pada bahasan epistemologi, etika dan filsafat budi.[1][8] Karenanya kajian rasionalitas dalam filsafat dan ilmu ekonomi sering kali beririsan. Teori pilihan-rasionalTeori pilihan rasional merupakan idealisasi prinsip ekonomi yang menyatakan bahwa suatu individual atau kelompok selalu membuat keputusan yang bijak dan logis. Dengan cara ini maka pengambil keputusan akan memperoleh keuntungan maksimum dari pilihan yang diberikan. Kebanyakan permodelan dan teori ekonomi berbasis pada teori pilihan rasional.[9] Prinsip dasar teori pilihan rasional adalah sebagai berikut:[10]
Teori pilihan rasional merupakan jantung dari ekonomi mikro, karena ekonomi mikro berfokus pada pengkajian sifat dan aktivitas ekonomi dari individu.[11] Teori pilihan rasional merupakan idealisasi dari perilaku individu, sehingga dalam aplikasinya tentu akan terdapat ketidak cocokan,[12] karena perilaku individu dapat dipengaruhi banyak faktor, seperti nilai sosial dan budaya yang sering kali tidak dapat dijelaskan secara rasional. Disinilah kajian filsafat dalam aspek rasionalitas diperlukan, untuk menganalisis penyimpangan perilaku individu yang mungkin saja tidak bisa dijelaskan secara empiris. Dalam kajian lebih lanjut, teori pilihan rasional tidak hanya mengkaji keputusan individu, namun dapat juga digunakan untuk menganalisis keputusan kelompok. Teori Permainan (game theory)Teori permainan merupakan alat analisis matematis yang digunakan untuk menguji bagaimana prinsip rasionalitas bekerja dalam interaksi sosial.[13] Kajian filsafat dan teori permainan berhubungan dalam banyak hal. Dalam diskusi filsafat, teori permainan digunakan sebagai alat pemecahan suatu masalah dan bahkan teori permainan kemudian dikembangkan lebih lanjut dalam persepektif filsuf.[14] Selain itu teori permainan juga menjadi objek kajian filsafat karena teori permainan merupakan alat untuk mengkaji rasionalitas yang termasuk pokok bahasan filsafat.[14] Dalam ekonomi, teori permainan digunakan untuk menganalisis dan memprediksi keputusan yang diambil agen-agen dalam aktivitas ekonomi. MetodologiSuatu teori ekonomi dikembangkan untuk memberi penjelasan ilmiah terhadap berbagai fenomena dalam aktivitas ekonomi. Sama seperti dalam ilmu lainnya, teori ekonomi dikatakan memadai jika didukung oleh hasil empiris yang diperoleh dari pengamatan dan eksperimen. Metode pengamatan bertujuan untuk memperoleh hasil dan kesumpulan dari suatu teori ekonomi terhadap aktivitas ekonomi yang "alamiah". Alamiah disini bermakna bahwa aktivitas ekonomi tersebut tidak mendapat bias atau pengaruh yang diberikan sebelumya oleh pengamat. Pada penerapannya, metode pengamatan sangat bergantung pada data statistik maupun ilmu ekonometrika. Sebaliknya, metode eksperimen adalah pengamatan, pencatatan dan analisis terhadap hasil yang diperoleh dari suatu intervensi atau pengaruh yang sengaja diberikan dalam aktivitas ekonomi. PengukuranPerbedaan mendasar antara ilmu pengetahuan ilmiah dan pengetahuan yang diperoleh dari kehidupan sehari-hari (informal) adalah sifat pengetahuan ilmiah yang terukur, formal, sistematis dan konkret. Sementara pengetahuan informal bersifat tidak sistematis serta melibatkan banyak asumsi dan pendekatan. Ilmu ekonomi termasuk yang bersifat ilmiah, sehingga setiap hasil pengamatan dan eksperimen merupakan hasil yang terukur. Pengukuran sering kali mempengaruhi hasil dari eksperimen atau pengamatan, termasuk dalam bidang ekonomi.[15][16] Dalam ilmu ekonomi pengukuran adalah proses penilaian numerik terhadap properti fisis atau variabel abstrak dalam suatu aktivitas ekonomi yang bertujuan untuk memperoleh informasi yang tepercaya yang berkaitan dengan aktivitas ekonomi tersebut.[16][17] Metode pengukuran dalam bidang ekonomi tidak tersusun dalam satu bidang riset, melainkan terpecah-pecah berkaitan dengan metodologi dan bidang yang diukur, seperti ekonometrika, dan teori indeks.[16] Pengukuran variabel seperti modal, pengangguran, tingkat konsumsi, dan inflansi, merupakan contoh pengukuran dalam ilmu ekonomi.[18] EkonometrikaRagnar Frisch mengemukakan ekonometrika merupakan penyatuan kuantifikasi aspek teoretis dan empiris dari pendekatan terhadap suatu permasalahan ekonomi.[3][19] Kuantifikasi aspek teoretis dan empiris didalamnya tentu saja melibatkan metode pengukuran, teori ekonomi, matematika, dan statistika . Dalam ekonometrika tidak terdapat kesepakatan untuk melakukan representasi dan pengukuran secara formal. Namun dari sudut pandang aktivitas pengukuran, evolusi dari ekonometrika dapat dikategorikan melalui tiga pendekatan yakni:[3][19]
Contoh kajian filsafat yang berkaitan ekonometrika adalah debat antara Gustav Schmoller dan Carl Menger berkatian dengan model induktif dan deduktif dalam pembelajaran ilmu sosial.[3][20][21] EksperimenSecara umum terdapat empat jenis eksperimen dalam ekonomi. Pertama adalah eksperimen pikiran yang dapat dilakukan dalam pembahasan ekonomi mikro dan ekonomi makro. Eksperimen pikiran merupakan pengabstrakan fenomena yang terjadi di dunia nyata. Parameter pada eksperimen pikiran dapat dibuat lebih sederhana maupun kompleks dan kemudian dilakukan kajian terhadap fenomena tersebut menggunakan teori atau hukum ekonomi yang berlaku.[3] Kedua adalah eksperimen natural atau alamiah. Pada eksperimen ini tidak ada intervensi tidak terdapat manipulasi yang dilakukan pengamat terhadap sistem, alih-alih pengamat mencari situasi alami yang cocok dengan deskripsi eksperimen kemudian menganalisisnya menggunakan metode statistik. Secara teknis metode ini mirip dengan metode pengamatan.[3] Jenis ketiga adalah eksperimen lapangan. Pada eksperimen ini subjek eksperimen dibagi kedalam dua bagian berdasarkan perlakuan yang diberikan, yakni subjek eksperimen (yang diberikan pengaruh) dan subjek terkontrol (dijaga agar tidak mendapat pengaruh). Kemudian akan dianalisis hasil yang diperoleh dari kedua kelompok. Perlakuan dikatakan efektif, jika terdapat hasil yang berbeda antar kedua kelompok.[3] Kategori terakhir adalah eksperimen laboratorium. Pada eksperimen ini desain eksperimen diatur dalam suatu lingkungan tiruan, dimana kontrol dan manipulasi diberikan untuk membuktikan hipotesis dari peneliti.[3] Etika dalam ekonomiDalam ilmu ekonomi terdapat istilah ekonomi normatif dan ekonomi positif. Ekonomi positif berkaitan dengan kajian fakta-fakta empiris secara ilmiah, sedangkan ekonomi normatif berkaitan dengan kajian nilai-nilai pada masyarakat.[2][11] Ilmu ekonomi merupakan ilmu yang erat kaitannya dengan aktivitas manusia. Aktivitas manusia merupakan suatu entitas yang tidak hanya diatur oleh hukum alam, melainkan juga nilai-nilai sosial, etika dan budaya berpengaruh besar dalam sikap dan pengambilan keputusan. Konsep etika dalam ekonomi dibahas dalam ekonomi normatif bersamaan juga dengan istilah lain seperti, moralitas, keadilan, dan kesejahteraan. Kesehjateraan dalam ilmu ekonomiDalam ilmu ekonomi, kesejahteraan merupakan bahasan dari cabang dari ilmu ekonomi kesejahteraan. Ekonomi kesejahteraan menggunakan pandangan ekonomi mikro untuk mengkaji konsep kesejahteraan secara keseluruhan.[3] Selain kajian konseptual, ekonomi kesejahteraan juga mencoba menentukan suatu kebijakan ekonomi yang berdampak optimal terhadap kesejahteraan masyarakat.[22][23] Baca juga
Referensi
Referensi utama dan bacaan lanjutan
Pranala luarStanford Encyclopedia of Philosophy Diarsipkan 2023-06-20 di Wayback Machine.
|