Pada 22 Mei 1821, De Kock dengan armadanya sampai di Sungai Musi, yang langsung disambut dengan tembakan meriam
Meriam dari pasukan Badaruddin II tidak hanya menghancurkan formasi armada De Kock, tetapi membuat mereka kewalahan dan memilih mundur.
Akan tetapi, langkah itu ternyata hanya taktik dari pihak Belanda untuk mengatur kembali strategi penyerangan. Pada 24 Juni 1821 dini hari, tiba-tiba Belanda memberikan serangan yang membuat Palembang mengalami kekalahan. Penyebab kekalahan Kesultanan Palembang dalam Perang ini adalah serangan mendadak dari Belanda, yang membuat Badaruddin II berhasil ditangkap.
Akibat
Kemudian, pada 7 Oktober 1823, Kesultanan Palembang resmi dihapus oleh Belanda dan Kuto Tengkuruk dihancurkan hingga rata dengan tanah
Bacaan lanjutan
(Belanda) 1900. W.A. Terwogt. Het land van Jan Pieterszoon Coen. Geschiedenis van de Nederlanders in oost-Indië. P. Geerts. Hoorn
(Belanda) 1900. G. Kepper. Wapenfeiten van het Nederlands Indische Leger; 1816-1900. M.M. Cuvee, Den Haag.'
(Belanda) 1876. A.J.A. Gerlach. Nederlandse heldenfeiten in Oost Indë. Drie delen. Gebroeders
Sepriady, Jeki. (2019). Fundamentalisme Dalam Syair Palembang 1819. Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah. Vol. 5. No. 1, Juli 2019