Dalam dunia penerbangan, pesawatDC-3 Dakota atau dalam versi militer disebut C-47 merupakan pesawat penumpang sipil (airliner) sayap rendah (low wing) legendaris. Tidak ada pesawat jenis lain yang paling banyak ikut serta dalam kancah peperangan selain Dakota. DC-3 digunakan semasa Perang Dunia II, Perang Korea, Perang Vietnam dan juga peperangan di berbagai belahan dunia pada tahun 1930-1970-an.
Di Indonesia, hampir semua perusahaan penerbangan baik yang berjadwal maupun carter, pada awalnya mengoperasikan DC-3. Bahkan sampai kini, beberapa Dakota masih laik terbang dan dipakai untuk keperluan Federasi Aero Sport Indonesia (FASI). Dakota FASI yang diberi gambar menarik, seperti Den Bey itu, diterbangkan untuk terjun payung dan joy flight, juga dicarter para petualang.
Sejarah dan julukan
Pesawat Douglas DC-3 mulai diproduksi pabriknya Douglas Aircraft Company tahun 1935, dengan uji terbang akhir tahun itu dan mulai dioperasikan tahun 1936. DC-3 merupakan penyempurnaan pesawat pendahulunya DC-1 dan DC-2. Yang pertama mengoperasikan DC-3 adalah American Airlines juga sebagai pencetus ide. Pesawat pertama itu kemudian dioperasikan oleh militer, selanjutnya jatuh dan terbakar pada 15 Oktober1942 di Knob Noster, Missouri, Amerika Serikat. Kecelakaan fatal terjadi pada Desember1936, DC-3 United Airlines jatuh di San Francisco menewaskan 21 penumpangnya.
DC-3 memang populer sebagai angkutan udara komersial karena aman, ekonomis dan nyaman pada masa itu. Banyak maskapai AS mengoperasikannya, seperti United Airlines, Trans World Airlines, Eastern Airlines dan Delta Airlines.
Negara-negara Eropa juga meliriknya. Prancis memproduksi Bloch 220s pada 1938, pesawat 22 penumpang seperti DC-3. Italia mencoba, walau gagal. Douglas pun memberi lisensi pada tiga negara, Belanda, Rusia dan Jepang untuk memproduksinya. DC-3 milik Belanda pula yang pertama terbang ke Indonesia pada tahun 1940.
Populasinya sampai tahun 1946 saat produksi dihentikan 10.629 pesawat, tersebar di seluruh belahan dunia. Lebih 50 tahun DC-3 masih dioperasikan komersial oleh berbagai maskapai di dunia. Comair sampai 1989 masih mengoperasikan DC-3. Pada Juni1989, Provincetown-Boston Airlines masih menerbangkan DC-3 yang airframe-nya memiliki 92.000 jam.
Di Indonesia ada DC-3 "Seulawah" yang memiliki panjang badan 19,66 meter dan rentang sayap 28.96 m, ditenagai dua mesin Pratt & Whitney berbobot 8.030 kg serta mampu terbang dengan kecepatan maksimum 346 km/jam. Dengan bahan bakar penuh, Dakota mampu terbang sejauh 2.430 km.
Yang unik dan menarik, Dakota memiliki banyak julukan. Paling banyak dibandingkan pesawat-pesawat jenis lain. Sebutan 'Dakota' sendiri karena penamaan dari Royal Air Force (angkatan udara Britania Raya). Julukan pertama The Flying Vagrant karena kedua sayapnya yang panjang itu tak mendukungnya sama sekali. Selain itu, ada pula yang menjulukinya Grand Old Lady, juga Skytrain. Dakota memang terkesan 'gemuk dan bodoh', tak heran julukan Gajah Terbang (The Flying Elephant) pun disandangnya, di samping julukan Gooney Bird, Dumbo atau Taby. Julukan Biscuit Bomber pernah melekat setelah si pesawat melakukan dropping ransum 5.000 karton biskuit.
Dakota adalah pesawat legendaris. Di berbagai museum di AS, pesawat DC-3 ini menjadi kenangan. Indonesia pun tak ketinggalan. Untuk mengenang perjuangan rakyat Aceh, replika "Seulawah" dibangun di Balai Kota Banda Aceh, juga satu DC-3 di anjungan Aceh Taman Mini Indonesia Indah di Jakarta.
Deskripsi
Douglas DC-3 adalah pesawat buatan Amerika Serikat tipe Fixed Propeler Driven Airliner yang ketangguhannya sangat terkenal sepanjang masa.
Rancang bangun pesawat ini bermula ketika salah satu perusahaan penerbangan terkemuka di Amerika, Transcontinental & Western Airlines, membutuhkan sebuah pesawat dengan kabin nyaman dan lega untuk dapat bertarung dengan pesaing utamanya United Airlines yang telah memesan pesawat Boeing tipe 247 sebanyak 60 unit pesawat.
Ahkirnya pada tahun 1933 pabrik pesawat douglas selesai mengembangkan prototype pesawat penumpang badan lebar (pada masanya) dengan bahan dari logam alumunium secara keseluruhan.
Pesawat generasi pertama tersebut diberi nama DC-1 dan tidak berapa lama kemudian langsung digunakan oleh Transcontinental & Western Airline. Pesawat ini mempunyai ukuran lebih besar daripada Boeing 247 dan beberapa kelebihan di dalam kabin penumpang. Pesawat ini menggunakan mesin Wright Cyclone Engine dengan daya 710 HP.
Tidak berapa lama kemudian, tanggal 14 Mei 1935 produksi pertama DC 2 diluncurkan dan langsung masuk jajaran armada Transcontinental & Western Airline.
Selanjutnya diskusi maraton antara Donal Douglas, sang perancang, dengan CEO Transcontinental & Western Airlines menghasilkan protype pesawat yang dikembangkan dari model DC 2. Prototype tersebut diberi nama Douglas Sleeper Transport, disingkat DST.
Diluncurkan pertama kali pada tanggal 17 Desember 1937 bertepatan dengan penerbangan pertama Wrights bersaudara di Kitty Hawk 32 tahun sebelumnya.
Selanjutnya DST dikenal sebagai DC 3 yang mungkin menjadi pesawat paling terkenal sepanjang masa. Saat itu tidak ada satu pun tipe pesawat yang dapat menandingi keandalan DC 3. Uji coba pertama adalah menjelajah pantai Barat ke Timur dengan 3 kali pemberhentian dan waktu tempuh sekitar 15 jam. Pengalaman yang sungguh mengagumkan pada saat itu.
Versi pertama DC 3 menggunakan mesin Radial Wright R 1820 cyclon 95, untuk produk selanjutnya menggunakan mesin Pratt & Whitney R 1830 Twin WASP. Produk terakhir dari DC 3 adalah super DC 3 dengan menggunakan mesin Pratt and Whitney R 2000.
Jumlah pesawat yang keluar pabrik sepanjang waktu produksinya adalah 16.079 unit dengan 607 unit merupakan versi sipil, 10.048 adalah versi militer dengan nama C47.
Operasi sipil pertama kali dilakukan oleh Transcontinental & Western Airline yang menyasar rute Newark ke Chicago.
Sejarah mencatat jadwal penerbangan terpanjang di dunia saat itu (tahun 1938) dilakukan oleh perusahaan penerbangan Belanda KLM yang melayani rute Amsterdam-Sydney lewat Batavia (Jakarta).
Selain itu ada pula negara lain seperti Jepang (dibuat oleh Showa dan Nikijima dengan kode L2D2/CAB) dan Rusia (dibuat oleh Lisunov dengan code L1 2 CAB) yang mendapatkan lisensi dari pabrik pesawat Douglas untuk membuat pesawat DC 3 versi negara negara tersebut.
Khusus untuk produk terakhir DC 3, yaitu super DC 3, utamanya dipesan dan digunakan oleh Angkatan Laut Amerika Serikat dengan total penggunaan sebanyak 100 unit.
Setelah perang dunia ke-2, dunia kebanjiran surplus pesawat DC 3 dan C47 sebagai versi militernya. Seluruh angkatan bersenjata di seluruh dunia hampir tidak ada yang tidak menggunakan pesawat tersebut. Di samping itu, perusahaan perusahaan penerbangan yang muncul di negara yang baru terbentuk setelah perang menggunakan pesawat surplus ini sebagai tulang punggung armadanya.
Angkatan Laut Amerika sendiri, baru memensiunkan super DC 3-nya pada tahun 1979, sedangkan salah satu perusahaan penerbangan khusus kargo bernama Capital Airlines masih menggunakan pesawat jenis ini sampai sekarang.
Mengingat sifat aerodinamika yang hampir sempurna dan struktur pesawat yang sangat kuat, DC 3 banyak dipakai sebagai pesawat ekperimen khusus mesin propeler, baik piston maupun turboprop.
Di samping itu pula, sampai akhir tahun 1970 masih belum ada pesawat yang dapat menandingi keandalan DC 3.
Muncul ide untuk memodifikasi Struktur Airframe DC 3 dan mengganti mesin piston radialnya menjadi sepasang Turboprop.
Ada beberapa bengkel perawatan yang melakukan pengerjaan, tahun 1969, DC 3 pertama kali dimodifikasi sebagai Conroy Turbo Three yang pengerjaannya dilakukan oleh Conroy Aircraft.
Yang paling terkenal adalah Basler BT 67 dikerjakan oleh Basler Turbo Conversion yang berkedudukan di Oskhosh Winconsin USA. Pesawat ini menggunakan mesin Pratt and Witney PT 6 sehingga dapat mencapai kecepatan maksimum 225 knot, dan jarak jelajah 3.400 km dengan terbang pada ketinggian maksimum 24 000 kaki.
Kemampuan airframe hasil modifikasi ini dapat mengangkut sampai dengan 40 penumpang dengan peralatan avionik masa kini yang tidak kalah dengan pesawat-pesawat generasi terbaru.
Setelah tahun 1970-an pabrik pesawat Belanda Fokker, merealisasikan desain yang diharapkan dapat menggantikan tempat dan kedudukan DC 3 sang legendaris tersebut. Produk tersebut dikenal dengan Fokker 27. Meskipun tidak sesukses DC 3, Fokker F 27 cukup menjadi andalan bagi perusahaan penerbangan dunia.
Spesifikasi
Douglas DC-3C
Dimensi:
Rentang sayap: 28,96 m
Panjang: 19,63 m
Tinggi: 4,97 m
Berat maksimum lepas landas: 28.000 pon (12.701 kg)
^Rumerman, Judy. "The Douglas DC-3."U.S. Centennial of Flight Commission, 2003. Retrieved: March 12, 2012.
Francillon, René. McDonnell Douglas Aircraft Since 1920: Volume I. London: Putnam, 1979. ISBN 0-87021-428-4.
Gradidge, Jennifer M. The Douglas DC-1/DC-2/DC-3: The First Seventy Years, Volumes One and Two. Tonbridge, Kent, UK: Air-Britain (Historians) Ltd., 2006. ISBN 0-85130-332-3.
O'Leary, Michael. DC-3 and C-47 Gooney Birds. St. Paul, Minnesota: Motorbooks International, 1992. ISBN 0-87938-543-X.
O'Leary, Michael. "When Fords Ruled the Sky (Part Two)." Air Classics, Volume 42, No. 5, May 2006.
Pearcy, Arthur. Douglas DC-3 Survivors, Volume 1. Bourne End, Bucks, UK: Aston Publications, 1987. ISBN 0-946627-13-4.
Pearcy, Arthur. Douglas Propliners: DC-1–DC-7. Shrewsbury, UK: Airlife Publishing, 1995. ISBN 1-85310-261-X.
Taylor, John W. R. Jane's All the World's Aircraft, 1982–83. London: Jane's Publishing Company, 1983. ISBN 0-7106-0748-2.
Yenne, Bill. McDonnell Douglas: A Tale of Two Giants. Greenwich, Connecticut: Bison Books, 1985. ISBN 0-517-44287-6.
Pranala luar
Wikimedia Commons memiliki media mengenai Douglas DC-3.