Baju lamina adalah baju besi rantai yang dibentuk menjadi bentuk rompi. Bagian belakang terdiri dari pelat kuningan persegi panjang kecil, bagian depan terdiri dari cincin kuningan. Beberapa pelat kuningan persegi panjang melekat pada cincin kuningan, yang membentang dari ketinggian tulang selangka ke sekitar tepi bawah tulang rusuk terakhir. Pelat kuningan berfungsi untuk memperkuat rantai baju besi di bagian dada dan panggul yang lebih rentan. Baju lamina tidak memiliki lengan atau kerah.[1] Salah satu referensi paling awal untuk baju besi ini ada setelah penaklukan Malaka oleh Portugis (1511). Putra Afonso de Albuquerque menyebutkan persenjataan Malaka: Ada senapan matchlock besar (arquebus Jawa), sumpitan beracun, busur, panah, baju berlapis besi (laudeis de laminas), tombak Jawa, dan jenis senjata lainnya.[3][4] Tidak diketahui apakah baju berlapis besi Malaka memang digunakan dalam pertempuran, atau hanya digunakan oleh kaum elit dan bangsawan, atau apakah itu murni pakaian upacara.[5] Rui de Araújo melaporkan bahwa sangat sedikit prajurit Malaka yang menggunakan baju zirah.[6]:376
Sekitar abad ke-17, orang Bugis mulai menggunakan baju besi rantai dan lempeng dan masih digunakan sampai abad ke-19.[7]
Galeri
Zirah lamena tradisional suku Bugis atau Makassar.
Baju zirah di Telaga, Kuningan, Jawa Barat. Baju zirah Jawa dari abad ke-13 hingga ke-16 Masehi.
^Charney, Michael (2012). Iberians and Southeast Asians at War: the Violent First Encounter at Melaka in 1511 and After. In Waffen Wissen Wandel: Anpassung und Lernen in transkulturellen Erstkonflikten. Hamburger Edition. hlm 2.