2 Tawarikh 30 (atau II Tawarikh 30, disingkat 2Taw 30) adalah bagian dari Kitab 2 Tawarikh dalam Alkitab Ibrani dan Perjanjian Lama di Alkitab Kristen. Dalam Alkitab Ibrani termasuk dalam bagian Ketuvim (כְּתוּבִים, "tulisan").[1][2]
Teks
Waktu
- Kisah yang dicatat di pasal ini menurut catatan sejarah terjadi sekitar tahun 716 SM.
Struktur
Pembagian isi pasal (disertai referensi silang dengan bagian Alkitab lain):
Ayat 2
- Raja bersama-sama para pemimpin dan seluruh jemaah di Yerusalem merancangkan untuk merayakan Paskah pada bulan kedua,[3]
Menurut perintah Allah kepada Musa, Paskah seharusnya dirayakan pada bulan pertama, tetapi berdasarkan alasan pada 2 Tawarikh 30:3 Hizkia dan rakyat merayakannya pada tahun itu pada bulan kedua.[4]
Ayat 3
- Karena mereka tidak dapat merayakannya pada waktunya, sebab para imam belum menguduskan diri dalam jumlah yang cukup dan rakyat belum terkumpul di Yerusalem.[5]
Ayat 8
- Sekarang, janganlah tegar tengkuk seperti nenek moyangmu. Serahkanlah dirimu kepada TUHAN dan datanglah ke tempat kudus yang telah dikuduskan-Nya untuk selama-lamanya, serta beribadahlah kepada TUHAN, Allahmu, supaya murka-Nya yang menyala-nyala undur dari padamu.[6]
Hizkia menekankan empat kebenaran mengenai pertobatan sejati.
- Umat Allah harus kembali kepada-Nya dengan keinginan untuk meninggalkan dosa dan mengakui Dia sebagai Tuhan jikalau mereka ingin mengalami perkenan-Nya (ayat 2 Tawarikh 30:6–8). Allah tidak akan kembali dan memberkati umat-Nya selagi mereka senang dengan dosa (Hosea 5:4,15).
- Umat Allah harus kembali kepada-Nya dengan maksud yang tulus untuk menaati perintah-perintah-Nya. Jika umat Allah tidak meninggalkan cara-cara dunia yang berdosa dan mengejar kemurnian hati dan ketaatan kepada firman-Nya, Allah akan mendatangkan malapetaka dan kebinasaan atas mereka dan keluarga (lihat ayat 2 Tawarikh 30:7; Matius 5:13).
- Umat Allah harus kembali kepada-Nya dalam penyerahan, penyembahan, dan pelayanan jikalau mereka harap untuk lolos dari murka-Nya yang menyala-nyala terhadap dosa. Istilah "serahkan dirimu kepada Tuhan" secara harfiah berarti "berikanlah tangan kepada Tuhan". Tangan diberikan sebagai tanda ketaatan dan kesetiaan mutlak kepada Allah dan jalan-jalan-Nya yang benar (bandingkan 2 Raja–raja 10:15; Ezra 10:19; Yehezkiel 17:18).
- Umat Allah harus kembali kepada-Nya di dalam doa yang tak berkeputusan jikalau mereka hendak mengalami kembali kasih karunia dan belas kasihan-Nya (ayat 2 Tawarikh 30:9,19–20,27; 2 Tawarikh 14:4).[7]
Referensi
Lihat pula
Pranala luar