Jockie Soerjo Prajogo (EYD: Yockie Suryo Prayogo) (14 September 1954 – 5 Februari 2018) adalah musisi, pencipta lagu berkebangsaan Indonesia[1] yang pernah tergabung dalam berbagai grup musik seperti Badai Band, God Bless, Giant Step, Kantata Takwa, dan masih banyak lagi. Meski pada akhirnya Yockie memang lebih dikenal khalayak ketika ikut bergabung dalam kelompok musik rock God Bless.
Kepiawaiannya bermain dalam ranah musik yang berbeda, dari rock, sedikit klasik, sedikit jazz, pop, hingga etnik, menjadikan Yockie bak air yang menembus ke ruang dan dimensi apa pun tanpa harus memupuskan jati dirinya. Yockie mampu berbaur dalam genremusik apa pun tanpa menghilangkan karakternya dalam bermusik.[2][3]
Kiprah musik
God Bless
Bergabung membentuk God Bless pada tahun 1972. Corak permainan kibornya dianggap memberikan kontribusi dalam karakter musik God Bless. Dengan menyisipkan aksentuasi berbau klasik, terutama membaurkan bunyi-bunyian piano dan Hammond B-3, orang sudah bisa menebak karakter God Bless, walaupun pada saat itu seperti lazimnya semua grup rock yang berkecambah di Indonesia lebih banyak memainkan repertoar grup-grup mancanegara seperti Deep Purple, Yes, Edgar Winter, Spooky Tooth, Kansas dan banyak lagi.
Posisi Yockie di God Bless sempat digantikan Abadi Soesman dalam album Cermin dan bergabung kembali dalam penggarapan album Semut Hitam yang dirilis pada tahun 1988.[4]
Jalur pop
Pada tahun 1977, sosok Yockie Suryo Prayogo berada di jalur musik pop. Saat itu Yockie menjadi arranger album Lomba Cipta Lagu Remaja yang diadakan Radio Prambors Rasisonia. Gebrakan Yockie yang menata aransemen lagu seperti Lilin Lilin Kecil (James F. Sundah) dianggap sebagai suntikan darah baru dalam industri musik pop yang saat tengah dilanda booming lagu-lagu pop dengan akord sederhana dan tema lirik yang cenderung cengeng dan mendayu-dayu. Pada tahun yang sama Eros Djarot menggamit Yockie untuk menggarap album soundtrack film Badai Pasti Berlalu bersama dengan sederet nama lainnya seperti Chrisye, Berlian Hutauruk, Debby Nasution, Keenan Nasution, dan Fariz RM.[5]
Album ini pun menjadi fenomenal terutama dari sisi tata musik yang menyajikan akor yang lebih luas serta penulisan lirik yang lebih puitis. Menariknya lagi di album ini fungsi instrumen kibor menjadi dominan. Bunyi-bunyian keyboard ini memang terasa orkestral dan simfonik, sesuatu yang sering kita dengarkan pada repertoar grup seperti Genesis dan Yes.[6]
Tahun 1984 merupakan saat terakhir kolaborasi Yockie dan Chrisye. Tetapi Yockie yang juga cukup produktif merilis sederet album solo, masih tetap bermain di wilayah pop dengan menggarap album-album dari berbagai penyanyi, mulai dari Dian Pramana Poetra, Keenan Nasution, Vonny Sumlang, Titi DJ, Andi Meriem Matalatta, dan masih banyak lainnya.
Tiga tahun kemudian, Yockie bergabung lagi dengan God Bless. Muncullah album Semut Hitam (Logiss Record,1987) dengan konsep musik rock yang lebih segar. Di era ini juga memperlihatkan ketertarikan Yockie kembali menjamah musik rock. Ia mulai ikut menggarap berbagai album rock sebagai komposer, player, dan music director pada album album milik Mel Shandy, Ita Purnamasari, Ikang Fawzi, hingga Nicky Astria.
Bersama Setiawan Djodi
Akhir 80-an Yockie masih terlibat dalam album Raksasa, Story of God Bless dan Apa Kabar ?. Di saat bersamaan, Yockie membagi dirinya dalam proyek Kantata Takwa yang digagas maesenas, Setiawan Djodi. Di komunitas Kantata Takwa ini, Yockie bertemu dengan dimensi musik yang berbeda. Di sini dia berbaur dengan sosok-sosok seniman mulai dari WS Rendra hingga Sawung Jabo.
Suket memang memiliki persamaan dengan Kantata Takwa maupun Swami terutama ketika mengangkat tema-tema yang bersinggungan dengan problematika sosial. Bahkan pada tahun 2003 Yockie bereksperimen menggabungkan musik dan teater dalam format rock opera yang didukung Iwan Fals, Renny Djayoesman hingga Teater Koma.[7]
Kematian
Yockie meninggal dunia di usia 63 tahun pada tanggal 5 Februari 2018.[8]