Meski sejak usia 5 tahun, Eet sudah mendengarkan lagu-lagu barat seperti Deep Purple, Jimi Hendrix, Led Zeppelin, The Beatles, dan Bee Gees, yang membangkitkan keinginan untuk bermain gitar adalah justru grup band Indonesia, Koes Plus, kala melihat permainan Yok Koeswoyo atau Yon Koeswoyo. Awalnya ia belajar gitar kepada seorang juru parkir di depan sekolahnya, di Samarinda, Kalimantan Timur. Sehabis pulang sekolah, ia selalu mengajak kawan-kawannya belajar gitar bersama. Sejak itu secara alamiah belajar sendiri.
Pada masa kecil, sesekali Eet sering diajak ayahnya, Abdoel Wahab Sjahranie, mantan Gubernur Kalimantan Timur 1967-1977, ke Jakarta, mengunjungi kakaknya yang sedang studi di Ibu kota. Sang kakak kebetulan mahir bermain gitar klasik. Kesempatan itu tidak disia-siakan Eet untuk mencuri ilmunya. Sekembali dari Jakarta, Eet menunjukan kebolehannya di hadapan teman-temannya. Merasa mendapat perhatian lebih dari kawan-kawannya, Eet kian percaya diri untuk lebih mendalami teknik permainan gitar. Keinginannya pun semakin menggebu ketika orang tuanya membelikan gitar elektrik. Berbeda yang ia alami saat memetik gitar akustik, dengan gitar elektrik ia mulai mengenal sound accessories. Referensi musiknya sedikit demi sedikit mulai bertambah ketika ia mulai merambah ke lagu-lagu barat.
Pada 1978, keluarga Sjahranie pindah ke Jakarta. Ia melanjutkan sekolah di Perguruan Cikini. Tahu Eet pintar memainkan gitar, teman-teman sekolahnya yang suka ngeband mengajaknya ikut Festival Band SLTA se-Jakarta. Tak disangka, Eet mendapat gelar gitaris terbaik, sedang Cikini's Band menduduki peringkat kedua. Selain itu, Eet ikut membantu pengisi musik untuk operet sekolahnya. Di situlah ia bertemu Iwan Madjid, yang kemudian mengenalkannya dengan Fariz RM dan Darwin. Dari beberapa pertemuan, mereka membentuk grup band, WOW. Tapi belum terealisir, Eet sudah terlanjur pergi ke Amerika. WOW sendiri sempat mengeluarkan album, minus Eet. Di negeri Paman Sam, Eet mengambil Workshop Recording Sound Engineering di Chillicote, Ohio[3] selama tiga bulan. Selama di sana, ia banyak bertemu musisi Indonesia, yang juga sedang studi musik, antara lain kawan lamanya, Fariz RM, Iwan Madjid, dan Ekie Soekarno. Pertemanan mereka berlanjut sampai di tanah air. Dalam beberapa kesempatan, Eet kerap diajak rekaman. Saat Fariz RM menggagas proyek album Barcelona, Eet mengisi track gitarnya. Atau waktu Ekie Soekarno membuat album Kharisma I dan Kharisma II.[4] Saat menggarap album Ekie, Eet bertemu Jockie Surjoprajogo, yang lalu mengajaknya masuk God Bless, menggantikan posisi Ian Antono. Eet juga pernah menggarap projek solo rock Ecky Lamoh. Dari hubungan kerja itulah Eet membentuk grup rock EdanE, yang merupakan singkatan dua nama tersebut.
Bersama EdanE, Eet mencurahkan kemampuannya dalam bermain gitar. Impiannya menjadikan grup rock, yang secara musikal sama kualitasnya dengan grup-grup rock dari luar negeri berusaha ia wujudkan.
^"Eet Sjahranie". gitaris.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 19 Februari 2006. Diakses tanggal 3 September 2021.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)