Pada tanggal 2 Februari, hukuman percobaan Navalny selama tiga setengah tahun diganti dengan hukuman penjara, sehingga dia akan menghabiskan lebih dari dua setengah tahun dalam tahanan.[37]
Pada 4 Februari, tim Navalny mengumumkan bahwa mereka tidak akan mengadakan unjuk rasa lanjutan hingga musim semi atau musim panas untuk berfokus pada pemilihan parlemen yang akan datang di akhir tahun. Mereka juga mengatakan bahwa "metode kebijakan luar negeri" akan diterapkan guna mendesak pemerintah membebaskan Navalny.[38]
Latar belakang
Pada tanggal 20 Agustus 2020, Navalny dirawat di rumah sakit dalam kondisi serius setelah dia menderita penyakit saraf selama perjalanan dari Tomsk ke Moskwa.[39] Dia lalu dibawa ke Berlin dan keluar rumah sakit pada 22 September.[40][41][42] Penggunaan racun saraf Novichok telah dikonfirmasi oleh Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW).[43][44] Meskipun Kremlin membantah terlibat dalam kejadian ini,[45]Uni Eropa dan Britania Raya bereaksi dengan menjatuhkan sanksi pada enam pejabat senior Rusia dan pusat penelitian kimia negara itu.[46][47] Navalny menuduh PresidenVladimir Putin bertanggung jawab atas sakit yang ia alami.[48] Penyelidikan oleh Bellingcat dan The Insider melibatkan agen dari Layanan Keamanan Federal (FSB) dalam kasus keracunan Navalny.[49]
Pada 17 Januari 2021, Navalny kembali ke Rusia, di mana dia langsung ditahan atas tuduhan melanggar ketentuan terkait penangguhan hukuman.[50] Sebelum dia kembali, Dinas Pemasyarakatan Federal (FSIN) mengatakan bahwa Navalny mungkin menghadapi hukuman penjara setibanya di Moskwa karena telah melanggar persyaratan masa hukuman percobaannya. FISN juga mengatakan "berkewajiban" untuk menahan Navalny begitu dia kembali;[51] di 2014, Navalny menerima hukuman percobaan dalam kasus Yves Rocher, yang ia sebut bermotif politik dan pada 2017, Pengadilan Hak Asasi Manusia Eropa memutuskan bahwa Navalny dihukum secara tidak adil.[52][53]Komite Investigasi Rusia juga mengatakan bahwa mereka sedang menyelidiki Navalny atas kasus dugaan penipuan.[54]
Pada 18 Januari, keputusan pengadilan memerintahkan penahanan Navalny hingga 15 Februari karena telah melanggar syarat pembebasan bersyaratnya. Pengadilan darurat didirikan. Sidang lain akan diadakan pada tanggal 29 Januari untuk menentukan apakah hukuman percobaannya harus diganti dengan hukuman penjara atau tidak.[55] Navalny menggambarkan prosedur itu sebagai "pelanggaran hukum yang terakhir". Dia juga meminta para pendukungnya untuk turun ke jalan, mengatakan: "Jangan diam atau menahan. Turunlah ke jalan - bukan untuk saya, tapi untuk Anda". Kaki tangan Navalny, Leonid Volkov, mengatakan bahwa protes yang akan diselenggarakan di seluruh negeri pada tanggal 23 Januari sedang dipersiapkan.[56]
Pada 19 Januari, saat dirinya tengah dipenjara, hasil penyelidikan oleh Navalny dan Yayasan Antikorupsi (FBK) yang berupa video diterbitkan, menuduh Putin melakukan korupsi. Video tersebut juga mendorong orang-orang untuk turun ke jalan.[57] Sebelum protes dimulai, video tersebut telah ditonton lebih dari 60 juta kali di YouTube.[58]
Pada 20 Januari, lembaga pengawas komunikasi negara Roskomnadzor mendesak jejaring sosial VKontakte (VK) dan TikTok untuk menghentikan penyebaran ajakan protes.[59]
Pada 21 Januari, polisi mulai menahan beberapa kaki tangan dan sekutu Navalny, termasuk Lyubov Sobol.[60] Beberapa di antaranya dipenjara atau didenda, sementara Sobol dibebaskan.[61]Kementerian Dalam Negeri juga mengancam akan menuntut mereka yang menyebarkan seruan bergabung dalam aksi protes. Kantor Kejaksaan Agung juga memerintahkan lembaga sensor, Roskomnadzor, untuk memblokir akses ke berbagai laman yang menyuarakan unjuk rasa.[62]
Pada 22 Januari, Direktorat Utama Kementerian Dalam Negeri mengeluarkan pernyataan peringatan terhadap seruan unjuk rasa atau keterlibatan di dalamnya. Ia menyatakan bahwa setiap upaya untuk mengadakan acara yang ilegal serta "tindakan provokatif oleh peserta" akan dianggap sebagai "ancaman terhadap ketertiban umum yang harus segera ditekan".[63] Sejumlah media sosial mulai menghapus informasi tentang protes tersebut. VK memblokir akses ke sejumlah halaman protes atas permintaan Kantor Kejaksaan Agung.[64] Roskomnadzor juga menyatakan bahwa VK, Instagram, TikTok dan YouTube telah memblokir beberapa konten yang berisi "seruan untuk anak-anak agar terlibat dalam acara massal yang ilegal."[65] Namun, Facebook dan YouTube membantah klaim tersebut. Facebook mengatakan pihaknya "menerima permintaan dari regulator lokal untuk membatasi akses ke konten tertentu yang menyerukan unjuk rasa. Karena konten ini tidak melanggar Kebijakan Komunitas, konten tersebut tetap tersedia dalam platform kami."[66]
Peristiwa
23 Januari
Reuters memperkirakan hingga 40.000 pengunjuk rasa berkumpul di ibu kota Moskwa. Pihak berwenang memperkirakan hanya ada 4.000 peserta, sementara perkiraan lain mencakup 15.000 dan 25.000 peserta.[68][69] Para pengunjuk rasa mulai berkumpul di Jalan Tverskaya dan Lapangan Pushkinskaya, sementara pawai berakhir di dekat Matrosskaya Tishina, tempat Navalny ditahan.[70] Polisi antihuru-hara di kota mulai membubarkan protes dan menahan peserta sebelum waktu dimulainya unjuk rasa.[30] Istri Alexei Navalny, Yulia Navalnaya, ditahan oleh polisi di pintu keluar stasiun metro Teatralnaya Moskwa;[71] dia dibebaskan setelah ditahan selama 3 jam.[72] Kawan Navalny, Lyubov Sobol, juga ditahan tak lama setelah tiba di Lapangan Pushkinskaya dan kemudian didenda.[73] Bentrokan antara polisi dan pengunjuk rasa pecah.[30] Di Bulevar Tsvetnoy, sebuah mobil FSB dihentikan oleh kerumunan pengunjuk rasa dan dilempari bola salju, sementara pengemudi mobil dilaporkan mengalami cedera mata.[74] Media pemerintah melaporkan sekitar 40 petugas polisi terluka. Komite Investigasi mengatakan bahwa mereka membuka penyelidikan atas kasus-kasus kekerasan terhadap polisi.[75] Penyanyi rap Rusia Noize MC, penyanyi rap Vladi dari grup Kasta, sutradara Vasily Sigarev, penulis Dmitry Bykov dan lainnya menghadiri protes di Lapangan Pushkinskaya.[76]
Menurut Kommersant, sekitar 5.000 pengunjuk rasa berkumpul di Sankt-Peterburg, kota terbesar kedua di Rusia. Menurut MBKh Media, sekitar 10.000 orang ikut serta dalam unjuk rasa tersebut. Para pengunjuk rasa berkumpul di Lapangan Senat dan bergerak menuju Nevsky Prospekt dan Katedral Kazan, lalu ke Lapangan Mars, di mana polisi mulai membubarkan para pengunjuk rasa.[77][78] Sebuah video yang menampilkan seorang polisi antihuru-hara menendang perut seorang wanita beredar secara daring. Wanita itu dilaporkan telah dirawat secara intensif. Polisi meminta maaf atas kejadian tersebut dan Kementerian Dalam Negeri tengah melakukan penyelidikan.[79][80] Menurut OVD-Info, lebih dari 500 orang di Sankt-Peterburg ditahan.[23]
Perkiraan jumlah pengunjuk rasa di Perm bervariasi antara 3.000 dan 10.000.[32] Menurut MBKh Media, sekitar 2.500 orang menghadiri demonstrasi di Ufa, sekitar 5.000 orang menghadiri protes di Chelyabinsk, sekitar 3.000 orang menghadiri unjuk rasa di Samara dan sekitar 3.000 orang menghadiri protes di Arkhangelsk.[77] Di Kazan, sekitar 3.000–4.000 orang diperkirakan berkumpul dalam unjuk rasa yang dimulai di Jalan Bauman.[81] Di Kaliningrad, diperkirakan sekitar 3.000 orang ambil bagian dalam long march yang bergerak menuju Lapangan Kemenangan.[82] Di Krasnodar, sekitar 5.000–7.000 orang diperkirakan ikut serta dalam unjuk rasa di sana, dengan lebih dari 50 orang ditahan menurut OVD-Info.[83]
Di Siberia, sekitar 4.000 pengunjuk rasa berkumpul di Novosibirsk menurut Tayga.info. Ribuan orang berjalan dari kantor pemerintah ke Lapangan Lenin yang terletak di pusat kota. Polisi membubarkan protes dengan cara kekerasan dan memblokir jalan utama. Menurut OVD-Info, sekitar 100 orang di kota itu ditahan.[84][85] Di Irkutsk, beberapa ribu orang ikut serta dalam protes tersebut.[86]
Perkiraan jumlah pengunjuk rasa di Yekaterinburg bervariasi antara 3.000 dan 10.000. Otoritas setempat memberikan perkiraan 3.000 orang sementara pendukung Navalny memperkiraan sekitar 10.000 peserta. Menurut Znak, sekitar 5.000 orang hadir. Mantan wali kota dan politikus oposisi Yevgeny Roizman dan wakil Duma Kota Konstantin Kiselev ikut menghadiri demonstrasi tersebut. Polisi antihuru-hara mulai membubarkan protes dan bentrokan antara polisi dan pengunjuk rasa tak terelakkan, di mana petugas dilempari bola salju.[87]
Di Timur Jauh Rusia, hingga 3.000 pengunjuk rasa berkumpul di Vladivostok, menurut Novaya Gazeta.[32] YouTuber Rusia Yury Dud menghadiri protes di kota itu, namun mengatakan kepada wartawan bahwa dia datang ke sana untuk "urusan musik, kebudayaan dan persahabatan". Para pengunjuk rasa bergerak menuju alun-alun sebelum akhirnya dibubarkan.[88][89][90] Menurut Novaya Gazeta, sekitar 1.000 pengunjuk rasa berkumpul di Khabarovsk dekat Lapangan Lenin untuk mendukung Navalny serta mantan gubernur Sergei Furgal yang ditahan sebelum polisi membubarkan kerumunan dan mulai menahan peserta.[91] Di Yakutsk, di mana suhu mencapai −50 °C, beberapa ratus pengunjuk rasa berkumpul di alun-alun utama kota.[32][77] Menurut OVD-Info, lebih dari 60 orang ditahan di Khabarovsk, lebih dari 30 orang diamankan di Vladivostok dan 30 orang ditangkap di Yakutsk.[23]
Terjadi pemadaman jaringan internet dan ponsel di beberapa kota di Rusia. Masalah komunikasi dilaporkan di beberapa kota termasuk Moskwa, Sankt-Peterburg, Krasnodar, Tyumen, Chelyabinsk, Yekaterinburg, Voronezh, Rostov-na-Donu dan Saratov. Pengguna Twitter dari Rusia juga melaporkan masalah saat mengakses internet.[92]
3629 orang di seluruh negeri ditahan pada hari itu dengan lebih dari 1.400 di antaranya ditahan di Moskwa, menurut OVD-Info.[22][23]
Menurut kota
Menurut BBC, unjuk rasa terjadi di 122 kota di seluruh Rusia:[93]
Leonid Volkov, salah satu pendiri partai Rusia Masa Depan, mengatakan bahwa tim Navalny berencana untuk mengadakan lebih banyak unjuk rasa lain pada 31 Januari, dan untuk selanjutnya, protes diadakan setiap Sabtu atau Minggu hingga tuntutan mereka dipenuhi (agak mirip dengan apa yang terjadi di Belarus sejak Agustus 2020).[30][121][122][123] Volkov juga mengatakan bahwa unjuk rasa berikutnya akan diadakan di luar markas FSB di Lapangan Lubyanka, serta di Lapangan Staraya, lokasi kantor administrasi kepresidenan. Markas FSB dipilih sebagai lokasi unjuk rasa karena FSB adalah "peracun" Navalny, sedangkan kantor administrasi kepresidenan merupakan tempat pemerintah "memutuskan untuk memenjarakan atau melepaskan Navalny".[124]
Pada 25 Januari, pengadilan yurisdiksi umum di Moskwa menerima 448 laporan pelanggaran administratif; 441 di antaranya melanggar Pasal 20.2 (melanggar aturan unjuk rasa) dari Undang-undang Administratif dan 7 lainnya melanggar Pasal 19.3 Ayat 1 (menentang perintah atau tuntutan polisi, petugas dan pejabat).[125]
Seorang pemain TikTok Rusia dan teman-temannya ditahan karena diduga merusak mobil FSB di Moskwa selama demonstrasi. Sebuah video yang beredar luas menunjukkan pengunjuk rasa menyerang mobil, sementara si pengemudi dilaporkan dirawat di rumah sakit karena cedera mata yang parah.[126] Pada tanggal 26 Januari, tercatat 20 kasus kriminal dibuka oleh Komite Investigasi usai unjuk rasa, mayoritas di antaranya berupa kekerasan terhadap pihak berwajib.[127] Pada 28 Januari, Komite Investigasi juga menyelidiki Volkov karena telah "membujuk anak di bawah umur untuk melakukan tindak pelanggaran hukum".[128]
Seorang wanita yang ditendang oleh seorang polisi antihuru-hara selama protes dirawat lagi di rumah sakit setelah keadaannya memburuk. Sebelumnya, dia keluar dari rumah sakit sehari setelah unjuk rasa. Ia memaafkan petugas yang menjenguknya di rumah sakit, namun dia mengaku terpaksa melakukannya karena dia ingin ditinggal sendirian. Kantor kejaksaan Sankt-Peterburg mengatakan sedang menyelidiki insiden tersebut, sementara Vyacheslav Volodin, Ketua Duma Negara, membela petugas polisi tersebut, dengan mengatakan bahwa petugas "sedang dihalangi dari melakukan tugasnya".[129]
Kepolisian Rusia menggeledah apartemen Navalny beberapa hari kemudian, menjelang unjuk rasa besar pada 31 Januari. Kakak laki-laki Navalny, Oleg, yang sedang berada di apartemen itu, dibawa pergi oleh polisi setelah penggeledahan.[130] FBK mengatakan bahwa petugas juga menggeledah markas dan studio "Navalny Live", kediaman asisten Navalny Kira Yarmysh dan apartmen dokter pribadi Navalny Anastasia Vasilyeva. Ketua FBK Ivan Zhdanov mengatakan bahwa penggeledahan dilakukan Kementerian Dalam Negeri sesuai Pasal 236 Hukum Pidana Rusia terkait pelanggaran protokol sanitasi dan epidemiologi.[131]
31 Januari
Di Moskwa, sebelum unjuk rasa dimulai, pihak berwenang menutup beberapa stasiun metro di pusat kota (termasuk Aleksandrovsky Sad, Okhotny Ryad, Teatralnaya, Ploshchad Revolyutsii, Kuznetsky Most, Lubyanka dan Kitay-gorod) dan membatasi pergerakan di beberapa bagian pusat kota, termasuk menutup sejumlah restoran dan toko.[132][133] Gedung FSB di Lapangan Lubyanka juga ditutup.[134] Penyelenggara unjuk rasa mengubah titik awal unjuk rasa ke Stasiun Sukharevskaya dan Krasnye Vorota.[135] Polisi mulai menahan pengunjuk rasa di dekat stasiun, sementara pintu masuk dan keluar stasiun akhirnya ditutup atas permintaan aparat.[136][137] Lokasi titik kumpul diubah lagi menjadi di Lapangan Komsomolskaya.[138] Pintu masuk dan keluar ke stasiun Krasnoselskaya dan Sokolniki juga ditutup.[133] Para pengunjuk rasa kemudian bergerak menuju Matrosskaya Tishina, tempat Navalny ditahan.[139] Istri Alexei Navalny, Yulia Navalnaya, kembali ditahan setelah menghadiri protes di Sokolniki, Moskwa;[140] dia dibebaskan beberapa jam kemudian.[141] Setelah polisi melakukan penangkapan besar-besaran dan membubarkan pengunjuk rasa di luar Matrosskaya Tishina, pengunjuk rasa kembali ke Lapangan Komsomolskaya.[142][143] Polisi kemudian memblokir Jalan Olkhovskaya, guna menjebak demonstran. Politikus oposisi Ilya Yashin ditahan dalam unjuk rasa di Moskwa.[142]
Di Sankt-Peterburg, penyelenggara unjuk rasa memindahkan lokasi unjuk rasa ke Lapangan Pionerskaya setelah pihak berwajib menutup Nevsky Prospekt.[144] Penyanyi rap Oxxxymiron menghadiri unjuk rasa di kota ini yang bertepatan dengan ulang tahunnya sebelum kemudian ditangkap oleh aparat.[145][146] Para pengunjuk rasa pindah ke Lapangan Sennaya, di mana bentrokan antara polisi dan pengunjuk rasa pecah, dan polisi menggunakan gas air mata setelah pengunjuk rasa mencoba menyelamatkan demonstran lain yang ditahan.[147] Polisi dilaporkan menggunakan senjata bius dan video petugas polisi yang mengeluarkan pistol dan mengacungkannya beredar luas.[148] Setelah pengunjuk meninggalkan Lapangan Pionerskaya, mereka menyusuri Zagorodny Prospekt menuju Moskovsky Prospekt.[149] Para pengunjuk rasa kemudian pindah ke luar gedung dewan kota, tempat mereka bentrok dengan polisi dan dibubarkan secara paksa. Para pengunjuk rasa pindah ke dekat Teater Bryantsev di mana penyelenggara menutup demonstrasi dan pengunjuk rasa akhirnya dibubarkan oleh polisi.[142]
Di Nizhny Novgorod, Garda Nasional dan polisi memblokir Lapangan Minin dan Pozharsky,[150] dan stasiun metro Gorkovskaya ditutup.[151] Para pengunjuk rasa mulai ditahan pada pukul 12:00 di Jalan Bolshaya Pokrovskaya dekat bekas gedung bioskop Oktyabr.[152][153] Seorang wartawan bernama Aleksander Pichugin juga ditahan di sana.[154] Para pengunjuk rasa meninggalkan jalan dan mulai berkumpul di Lapangan Minin dan Pozharsky dekat monumen Kuzma Minin. OMON dan polisi mendorong pengunjuk rasa agar keluar dari alun-alun.[155]
Di Yekaterinburg, sebagian besar stasiun metro ditutup.[156] Mantan wali kota, Yevgeny Roizman, kembali turun ke jalan dalam demonstrasi meski telah diperingati kantor kejaksaan.[157] Sekitar 7.000 pengunjuk rasa berkumpul di kota itu menurut perkiraan media.[158]
Menurut Tayga.info, sekitar 6.000 pengunjuk rasa berkumpul di Novosibirsk, lebih banyak jika dibandingkan unjuk rasa 23 Januari.[159]
Menurut OVD-Info, 5135 orang ditahan, dengan lebih dari 1.600 di antaranya di Moskwa dan lebih dari 1.100 di Sankt-Peterburg.[24][25][26] Juga menurut OVD-Info, sedikitnya 82 wartawan ditahan.[142]
2 Februari
Pendukung Navalny berkumpul di luar Pengadilan Kota Moskwa, di mana pengadilan sedang menimbang permintaan dari Layanan Penjara Federal (FSIN) untuk mengganti hukuman percobaan Navalny dengan hukuman kurungan penjara. Navalny dituduh melanggar hukuman percobaan yang diterimanya pada tahun 2014, suatu hukuman yang dicap "sewenang-wenang dan tidak masuk akal" oleh Pengadilan Hak Asasi Manusia Eropa (ECHR) pada tahun 2017.[160][161] Menurut OVD-Info, 237 demonstran di luar pengadilan ditahan.[162]
Pengadilan kota memutuskan bahwa hukuman percobaan Navalny selama 3,5 tahun diganti dengan hukuman penjara. Lama 3,5 tahun dikurangi waktu yang telah ia habiskan selama jadi tahanan rumah, sehingga ia akan menghabiskan lebih dari dua setengah tahun kurungan penjara.[163]
Menyusul putusan tersebut, tim Navalny menyerukan unjuk rasa segera di sekitar Kremlin di Lapangan Manezhnaya, Moskwa. Sejumlah besar polisi antihuru-hara dikerahkan ke alun-alun dan kawasan lain di pusat kota Moskwa.[37] Polisi kemudian menutup Lapangan Manezhnaya dan Lapangan Pushkinskaya. Lapangan Merah juga ditutup lebih awal. Stasiun metro Okhotny Ryad, Teatralnaya, dan Ploshchad Revolyutsii juga ditutup. Sekitar seribu pengunjuk rasa berkumpul di Jalan Tverskaya dan dua ribu orang diperkirakan berbaris di Petrovskiy Pereulok. Kelompok besar pengunjuk rasa kemudian menuju ke Lapangan Pushkin. Polisi membubarkan para pengunjuk rasa dengan paksa.[164]
Di Sankt-Peterburg, stasiun metro Gostiny Dvor dan Nevsky Prospekt ditutup. Kemudian, stasiun metro Mayakovskaya dan Ploshchad Vosstaniya juga ditutup.[164]
Menurut OVD-Info, 1.377 orang ditahan, termasuk lebih dari 1.110 orang di Moskwa dan lebih dari 240 orang di Sankt-Peterburg.[27]
Setelahnya
Pada 4 Februari, Leonid Volkov, kepala staf Navalny, mengumumkan bahwa unjuk rasa akan ditunda paling lambat hingga musim semi untuk mempersiapkan pemilihan umum parlemen yang diadakan pada musim gugur. Dia berkata: "Jika kita keluar setiap pekan, ribuan orang akan ditahan, dan ratusan lainnya akan dipukuli... Pekerjaan di kantor cabang akan lumpuh dan tidak mungkin bagi kami untuk berfokus pada pemilihan umum. Hal ini tak diinginkan Alexei. Alexei telah meminta kami untuk berkonsentrasi untuk musim gugur ini". Dia juga mengatakan bahwa timnya akan berusaha mengeluarkan Navalny dari penjara melalui "metode kebijakan luar negeri" termasuk memastikan para pemimpin dunia menekan Putin dan pemerintahnya agar membebaskan Navalny.[38]
Pada 6 Februari, pemerintah Rusia mengusir tiga diplomat, masing-masing dari Jerman, Polandia, dan Swedia karena diduga terlibat dalam unjuk rasa 23 Januari. Tindakan itu menuai protes dari Amerika Serikat dan para pemimpin Uni Eropa.[165] Pada 8 Februari, pemerintah Jerman, Polandia, dan Swedia gantian mengusir diplomat Rusia sebagai bentuk pembalasan.[166]
Pada 8 Februari, seorang anggota parlemen regional Saratov dari Partai Komunis, Nikolay Bondarenko, ditahan dengan tuduhan melanggar aturan unjuk rasa. Rekan-rekannya mengatakan bahwa ia menghadiri unjuk rasa pada 31 Januari sebagai pengamat. Olga Alimova, pemimpin Partai Komunis cabang regional Saratov, mengaitkan penahanan Bondarenko dengan rencananya untuk mencalonkan diri dalam pemilihan Duma Negara di akhir tahun, di mana ia akan bersaing dengan calon petahana Vyacheslav Volodin dan dianggap sebagai pesaing yang kuat. Pemimpin Partai Komunis, Gennady Zyuganov, mengatakan bahwa dirinya akan membela Bondarenko di pengadilan dan memperjuangkan pembebasannya.[167]
Pada 9 Februari, Volkov mengumumkan unjuk rasa baru di halaman rumah pada 14 Februari yang "formatnya sama sekali berbeda", beralih dari unjuk rasa jalanan guna menghindari konfrontasi langsung dengan polisi. Volkov mengundang para pendukung untuk berkumpul di halaman rumah masing-masing dan mengangkat ponsel mereka dengan senter menyala pada malam hari. Volkov menyatakan: "Ratusan ribu orang turun ke jalan Rusia pada 23 Januari dan 31 Januari. Hasilnya adalah gelombang kekerasan dan penindasan yang belum pernah terjadi sebelumnya ... Kita perlu menemukan cara untuk menghindarinya dan mengadakan acara yang tak dapat dicegah oleh polisi dan semua orang bisa menghadirinya". Dia juga menyampaikan klarifikasi terkait penundaan protes, dengan mengatakan: "Pemilihan kata-kata yang buruk ditafsirkan oleh semua orang sebagai pembatalan protes."[168][169] Dmitry Peskov, setelah ditanyai apakah tindakan seperti itu akan dianggap ilegal atau tidak, menjawab: "Kami tidak akan bermain kucing-kucingan dengan mereka".[170]
Pada 11 Februari, jaksa federal Rusia mengimbau warga Rusia untuk tidak berpartisipasi dan menghasut demonstrasi massal yang tidak sah, sambil mengancam pengguna internet yang memancing "kerusuhan" akan ditindak.[171] Pada hari yang sama, kantor berita milik negara TASS dan RIA Novosti melaporkan bahwa serangan teroris sedang dipersiapkan dalam aksi unjuk rasa mendatang dengan melibatkan "militan paling berpengalaman dan tepercaya" yang dilatih untuk melakukan kejahatan selama aksi jalanan.[172]
14 Februari
Sejumlah unjuk rasa melawan represi dilakukan di Rusia selama Hari Kasih Sayang. Dalam aksi bertajuk "Cinta itu lebih kuat dari ketakutan" yang diselenggarakan oleh tim Navalny, unjuk rasa dilakukan di halaman rumah di seluruh Rusia pada malam hari.[173][174]
Di Moskwa, ratusan wanita membentuk "rantai solidaritas" di sepanjang Jalan Arbat untuk mendukung istri Navalny dan para wanita korban represi, terinspirasi dari protes yang dipimpin wanita yang diadakan di Belarus.[175] Rantai manusia juga dibentangkan di Sankt-Peterburg di Voskresenskaya Naberezhnaya.[176]
Unjuk rasa melawan represi juga diadakan di Kazan di Lapangan Milenium, yang diselenggarakan oleh perwakilan partai Yabloko, PARNAS, dan Front Kiri. Pihak berwenang membatasi jumlah peserta 200 orang, dengan alasan pembatasan terkait koronavirus, namun Kommersant melaporkan sekitar 1.000 orang menghadiri unjuk rasa tersebut. Para pengunjuk rasa menuntut pembebasan para tahanan politik termasuk Navalny.[177]
Menurut OVD-Info, total 19 orang ditahan pada hari itu.[173] Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menyebut tidak ada penangkapan massa di hari itu, karena aksi massa pro-Navalny digelar tanpa menyalahi hukum yang berlaku.[178]
Setelahnya
Pada bulan Maret, tim Alexey Navalny meluncurkan kampanye untuk pembebasannya yang disebut "Bebaskan Navalny!" di mana mereka yang tinggal di Rusia bisa mendaftar untuk berpartisipas melalui situs web tim Navalny. Setelah jumlah pendaftar mencapai 500.000, tim Navalny akan mengumumkan tanggal demonstrasi massal yang akan datang.[179][180]
Pada tanggal 18 April, tim Navalny mengumumkan unjuk rasa baru secara nasional digelar pada 21 April.[181] Tanggal tersebut bertepatan dengan Pidato Presiden Putin di hadapan Majelis Federal.[182]
21 April
Sebelum waktu dimulainya unjuk rasa nasional pada pukul 19:00 waktu Moskwa, banyak orang sudah mulai berunjuk rasa, dengan demonstrasi terbesar digelar di Irkutsk dan Novosibirsk. 186 orang ditahan pada pukul 17:00 waktu Moskwa, dengan jumlah itu meningkat menjadi 221 pada pukul 18:00.[183] Pada waktu itu, demonstrasi skala besar telah dimulai di Irkutsk, Novosibirsk, Perm, dan Yekaterinburg, dan protes serupa mulai berkobar di Moskwa dan Sankt-Peterburg, sementara polisi mulai membangun barikade di kota-kota yang telah disebutkan di atas.[184] Di Sankt Peterburg, sebuah video yang direkam para pengunjuk menunjukkan orang-orang meneriakkan "Putin adalah pembunuh".[185]
Segera setelah protes dimulai, sekitar 400 orang di seluruh Rusia ditahan oleh polisi.[183] Pada waktu itu, jumlah pengunjuk rasa di Moskwa dan Sankt-Peterburg meningkat pesat, terutama di Jalan Tverskaya di Moskwa. Pada saat itu, istri Alexei Navalny, Yulia Navalnaya, tengah bergabung dengan para pengunjuk rasa di Moskwa, disusul saudara Alexei Navalny, Oleg, beberapa waktu kemudian.[186] Polisi memperkirakan jumlah pengunjuk rasa 6.000 orang di Lapangan Manezhnaya, sementara pengamat independen dan media lokal memberikan estimasi yang jauh lebih tinggi.[182]
Di Sankt-Peterburg, polisi mulai menahan para pengunjuk rasa di Lapangan Sennaya sekitar pukul 20:29 Waktu Moskwa.[187] Pada saat itu, MVD menghitung ada 4.500 pengunjuk rasa di Sankt-Peterburg.[188] Saat aparat menahan pengunjuk rasa di Lapangan Sennaya, massa berhasil bubar, namun mereka pindah ke Jalan Rubinstein.[183]
Menurut OVD-Info, 1.985 orang ditahan, dengan 839 di antaranya ditahan di Sankt-Peterburg dan 170 ditahan di Ufa.[29]
Setelahnya
Pada tanggal 23 April, Alexei Navalny mengumumkan bahwa ia akan mengakhiri mogok makan 24 hari, setelah dokter memperingatkan bahwa ia bisa mati jika terus melanjutkan mogok makan. Dia juga memuji unjuk rasa dan dukungan yang ia terima dari seluruh dunia, sambil mencatat aksi mogok makan solidaritas yang dilakukan oleh beberapa pendukung Navalny. Navalny juga mengatakan bahwa proses penghentian mogok makan juga akan berlangsung selama 24 hari.[189][190][191]
Pada 27 April, dua jurnalis dari outlet berita independen Ekho Moskvy dan Dozhd ditahan oleh polisi di rumah mereka setelah meliput demo pada 21 April, satu di antaranya dilepaskan dan diperintahkan untuk menjalani interogasi nantinya.[192]
Pada 12 Mei, politikus oposisi dan mantan Wali Kota Yekaterinburg, Yevgeny Roizman, dijatuhi hukuman sembilan hari penjara karena "mengorganisir acara tanpa izin" pada 31 Januari dan 21 April melalui akun Twitter-nya. Keesokan harinya, hukuman dikurangi menjadi 24 jam setelah banding oleh pengacaranya. Roizman juga dikenai wajib lapor 30 jam.[193][194]
Pada 13 Mei, Volkov menyatakan bahwa aksi protes di masa depan belum direncanakan karena "menunggu kesiapan", menyusul tindak kekerasan yang dialami penyelenggara dan pengunjuk rasa.[195]
Pada tanggal 9 Juni, jaringan politik Navalny, termasuk markas besarnya dan FBK, ditetapkan sebagai organisasi ekstremis dan dilikuidasi oleh Pengadilan Kota Moskwa.[196][197]
Tanggapan
Dalam negeri
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menuduh Amerika Serikat mencampuri urusan dalam negeri Rusia. Kedubes AS telah memberi peringatan kepada warga Amerika terkait lokasi unjuk rasa di Moskwa dan pejabat AS juga mengkritik tindakan keras polisi.[198] Peskov juga mengecilkan jumlah pemrotes, dengan mengatakan "sedikit orang yang keluar" dan "banyak orang mendukung Putin".[199] Kementerian Luar Negeri Rusia memanggil duta besar AS sebagai jawaban atas peringatan pemerintah AS terkait demonstrasi. Dilaporkan bahwa Wakil Menteri Luar Negeri Sergei Ryabkov memberi tahu Duta Besar AS John Sullivan bahwa Rusia menganggap peringatan itu sebagai "campur tangan langsung dalam urusan internal negara kami".[200]
Di sela-sela konferensi video pada Hari Pelajar, Presiden Vladimir Putin diminta pendapatnya terkait unjuk rasa. Ia menjawab, "setiap orang memiliki hak untuk mengemukakan pendapat mereka selama masih dalam kerangka hukum yang berlaku. Apapun yang berada di luar kerangka hukum tersebut tidak hanya kontraproduktif, tetapi juga berbahaya ".[201]
Kepala staf Navalny, Leonid Volkov, menyebut unjuk rasa itu sebagai "kemenangan atas rasa takut" dan "gerakan nasional nyata yang menyatukan berbagai macam orang". Dia juga mengatakan bahwa "kami bukan pembangkang" dan bahwa "kami berjuang untuk kepentingan orang banyak".[202]
Luar negeri
Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab mengutuk "tindak kekerasan oleh otoritas Rusia terhadap wartawan dan peserta aksi damai" dan dia juga meminta pemerintah Rusia untuk "membebaskan warga yang ditahan selama unjuk rasa damai". Kementerian Luar Negeri Inggris dalam sebuah pernyataan mengatakan pihaknya "sangat prihatin akan penahanan para pengunjuk rasa" dan bahwa pihaknya terus "memantau situasi dengan cermat".[203]
Juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat Ned Price mengutuk apa yang ia sebut sebagai "cara yang keras terhadap pengunjuk rasa dan wartawan" dan meminta pihak berwenang Rusia untuk "membebaskan semua yang ditahan karena telah menggunakan hak asasi mereka". Price juga mendesak Rusia untuk "bekerja sama dengan komunitas internasional dalam hal penyelidikan kasus keracunan Aleksey Navalny dan secara terang-terangan menjelaskan penggunaan senjata kimia di sana".[203][204]
Perwakilan Tinggi Uni EropaJosep Borrell mengatakan bahwa dia akan mendesak pembebasan Navalny ketika dirinya mengunjungi Moskwa pada 5 Februari, mengatakan bahwa itu akan menjadi "kesempatan yang baik untuk berdiskusi dengan rekan Rusia terkait masalah terkini, serta untuk menyampaikan pesan yang jelas tentang situasi saat ini". Para menteri luar negeri negara Uni Eropa sedang memperdebatkan sanksi terhadap Rusia, meski sanksi baru tidak akan dijatuhkan dalam waktu dekat.[205][206]
Menteri Luar Negeri Jepang Toshimitsu Motegi mendesak pemerintah Rusia untuk membebaskan Navalny, menyerukan "transparansi dan dibawanya pelaku peracunan Navalny ke pengadilan. Motegi juga menyatakan bahwa" Pemerintah Jepang mengawasi (situasi) dengan prihatin. Kami meminta pembebasan Tuan Navalny dan mereka yang ditahan secara sewenang-wenang saat melakukan unjuk rasa damai ".[207]
Di Den Haag, Belanda, sekitar 250 orang berkumpul dalam sebuah unjuk rasa.[32][208] Di Berlin, Jerman diperkirakan sekitar 1.000 pengunjuk rasa berkumpul di sebuah demonstrasi.[208] Di Kopenhagen, Denmark sekitar 150 orang berkumpul di depan Kedutaan Besar Federasi Rusia.[209]
Di Stockholm, Swedia sekitar 80 orang berkumpul di luar kedubes Rusia.[210] Di Gothenburg, sekitar 20 orang berkumpul di luar konsulat Rusia.[211]
Di Beograd, Serbia sekitar 10 orang berkumpul di luar Gereja Santo Sava sebelum polisi membubarkan mereka karena dianggap "melanggar protokol epidemiologis".[212][213]
Di Tel Aviv, Israel, sekitar 1.500 hingga 2.000 orang diperkirakan berkumpul dalam perkumpulan di dekat kedutaan Rusia. Akibat pembatasan terkait pandemi COVID-19, massa diminta bubar oleh penyelenggara. Beberapa ratus demonstran kemudian bergerak menuju kedutaan Rusia. Diperkirakan, 600 hingga 1000 pengunjuk rasa berkumpul dalam unjuk rasa lain yang digelar di Haifa.[208][214][215]
Di Moldova, unjuk rasa yang mendukung dan menentang Navalny digelar dalam waktu yang bersamaan.[216]
Di Guam, sekitar 15 orang dari komunitas berbahasa Rusia berunjuk rasa di depan Gedung Kongres Guam menentang penangkapan Navalny.[217]
Sebagai bentuk solidaritas dengan aksi mogok makan Navalny, sejumlah unjuk rasa digelar di berbagai kota di Rusia dan luar negeri, seperti Roma, Riga, Tbilisi, London, Berlin, Hagatna dan Tel Aviv.[219][220]
Di Guam, diadakan unjuk rasa terhadap pemerintahan otokratis Vladimir Putin. Aksi itu terjadi di depan Badan Legislatif Hagatna, yang melambangkan veto atas pesan Putin terhadap Majelis Federal.[221]