Tembok Trump,yang biasa disebut sebagai"Tembok" (Inggris: Trump Wall atau The Wall) adalah sebuah nama panggilan untuk usulan pelebaran pembatas Meksiko–Amerika Serikat yang dimulai di AS pada tahun 1980-an untuk membantu menegakkan hukum imigrasi di Amerika Serikat. Sebelum Donald Trump, undang-undang keamanan perbatasan & tembok perbatasan telah disahkan pada masa pemerintahan Reagan, George H.W. Bush, Clinton, George W. Bush dan Obama. Presiden Trump menjadikan hal ini sebagai isu kampanye yang serius karena banyak pendukungnya yang tampaknya setuju untuk mendukung undang-undang imigrasi Amerika Serikat dan dengan demikian isu ini menjadi bagian penting dari platform kampanye Presiden Trump dalam pemilihan presiden 2016.[1] Sepanjang kampanye presidensial 2016, Trump menyerukan pembangunan tembok perbatasan. Dia mengatakan bahwa jika terpilih ia akan "membangun tembok dan membuat Meksiko membayarnya". Presiden Meksiko saat itu, Enrique Peña Nieto, menolak klaim Trump bahwa Meksiko akan membayar pembangunan tembok tersebut; seluruh pembangunannya hanya bergantung pada pendanaan AS.[2][3][4]
Konstruksi tembok sempat dihentikan saat Presiden Joe Biden mulai menjabat pada tahun 2021,[5][6][7] tetapi Menteri Keamanan Dalam Negeri Amerika SerikatAlejandro Mayorkas memberi indikasi bahwa ada kemungkinan konstruksi tembok perbatasan ini akan dilanjutkan.[8][9] Pada bulan April 2021, pemerintahan Biden membatalkan semua proyek tembok perbatasan yang dibayar dengan dana yang dialihkan dari rekening Departemen Pertahanan AS.[10] Pada bulan Oktober 2021, beberapa kontrak pembangunan tembok perbatasan telah dibatalkan dan, dalam beberapa kasus, tanah yang diperoleh pemerintah dari pemilik properti swasta melalui domain terkemuka dikembalikan kepada pemiliknya.[11] Pada tanggal 28 Juli 2022, pemerintahan Biden mengumumkan akan mengisi empat celah lebar di Arizona dekat Yuma, sebuah wilayah dengan beberapa koridor tersibuk untuk penyeberangan ilegal.[12]
Latar belakang
Penghalang Meksiko–Amerika Serikat adalah serangkaian penghalang vertikal di sepanjang perbatasan Meksiko–Amerika Serikat yang bertujuan untuk mencegah penyeberangan ilegal dari Meksiko ke Amerika Serikat.[13] Penghalang tersebut bukanlah suatu struktur yang berdekatan, melainkan serangkaian penghalang fisik yang terputus-putus dan diklasifikasikan sebagai "pagar" atau "dinding".
Di antara penghalang fisik, keamanan disediakan oleh "pagar virtual" yang terdiri dari sensor, kamera, dan peralatan pengawasan lainnya yang digunakan untuk mengirim agen Patroli Perbatasan Amerika Serikat ke tempat penyeberangan migran yang dicurigai.[14] Pada bulan Januari 2009, Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS melaporkan bahwa mereka telah memasang penghalang sepanjang lebih dari 580 mil (930 km).[15] Total panjang perbatasan sepanjang benua adalah 1.954 mil (3.145 km).
Konsep perluasan yang diusulkan ini dikembangkan oleh penasihat kampanye Sam Nunberg dan Roger Stone pada tahun 2014 sebagai pokok pembicaraan yang mengesankan yang dapat digunakan Trump untuk mengaitkan pengalaman bisnisnya sebagai pembangun dan pengembang dengan proposal kebijakan imigrasinya.[16][17] Ide pembangunan tembok tersebut pertama kali diumumkan secara publik pada bulan Januari 2015 di Iowa Freedom Summit yang diselenggarakan oleh Citizens United dan Steve King.[18] Trump mengusulkan hal ini lagi pada pidato pengumumannya pada bulan Juni 2015 untuk kampanye presiden 2015-2016, bersama dengan klaim bahwa Meksiko akan membayarnya. Trump telah mengulangi klaim tersebut berkali-kali.[19]
Opini publik
Domestik
Perintah Eksekutif 13767 mendapat "kecaman keras" dari beberapa organisasi hak-hak sipil dan kelompok advokasi imigran, yang menggambarkan perintah tersebut sebagai "tidak berperikemanusiaan, kontraproduktif dan mahal serta mengatakan bahwa kebijakan baru tersebut akan menimbulkan kekhawatiran konstitusional sekaligus merusak tradisi Amerika dalam menyambut orang-orang dari seluruh dunia".[20] Beberapa tokoh agama juga sangat kritis terhadap usulan tembok perbatasan.[20][21] Ratusan warga berkumpul di Washington Square Park di New York City untuk memprotes perintah eksekutif tersebut.[22]
Di Kongres AS, kebijakan ini dipuji oleh beberapa politisi Republikan, seperti anggota DPR AS Lamar S. Smith dari San Antonio, Texas yang menyatakan apresiasinya untuk "menghormati komitmennya terhadap imigrasi",[23] dan Senator Ron Johnson dari Wisconsin yang menyatakan bahwa tembok tersebut bisa mencegah imigrasi ilegal dan menyamakannya dengan perbatasan Mesir-Israel. Anggota Kongres lainnya dari distrik dekat perbatasan juga bersikap kritis, seperti Will Hurd (Republik, San Antonio), Henry Cuellar (Demokrat, Laredo), dan Joaquin Castro (Demokrat, San Antonio). Hurd mengkritik perintah tersebut sebagai "cara yang paling mahal dan paling tidak efektif untuk mengamankan perbatasan" sementara Castro menganggap tembok itu sebagai "strategi yang malas dan tidak efektif".[23] Senator Claire McCaskill (D-MO) saat itu mengatakan dalam sidang bahwa meskipun dia yakin Amerika menginginkan perbatasan yang aman, dia “belum bertemu siapa pun [yang] mengatakan cara paling efektif adalah membangun tembok di seluruh perbatasan selatan kita. Satu-satunya orang yang terus membicarakan hal itu adalah Presiden Trump."[24]
"Build the Wall"
"Build the Wall" (Bangun Temboknya) adalah sebuah slogan politik yang muncul dari kampanye presiden Trump tahun 2015-2016. Slogan ini memilik berbagai variasi seperti "Build a Wall" (Bangun Sebuah Tembok) atau "Build that Wall" (Bangun Tembok Itu!). Hal ini telah menginspirasi sejumlah slogan tandingan di kalangan pengunjuk rasa kebijakan Trump, serta parodi dalam budaya populer, termasuk meme. Slogan tersebut bukanlah slogan kampanye resminya, yaitu "Make America Great Again".
Ide tembok tersebut menjadi cukup populer di kalangan pendukung Trump sehingga teriakan “Bangun Tembok” menjadi hal yang umum di acara kampanye Trump.[25] Setelah Trump memenangkan pemilu tahun 2016, muncul laporan bahwa nyanyian tersebut digunakan oleh beberapa anak untuk menindas teman sekelas mereka yang keturunan Latin dan bahwa lokasi insiden ini setidaknya berkorelasi dengan wilayah di mana Trump memperoleh lebih banyak suara.[26][27]
Perintah eksekutif yang mengagas pembangunan tembok memburukan hubungan antara AS dan Meksiko. Presiden Meksiko Enrique Peña Nieto berbicara kepada warga Meksiko melalui rekaman pesan, di mana ia mengutuk perintah eksekutif Trump dan sekali lagi mengatakan Meksiko tidak akan membiayai pembangunan tembok tersebut. Menyusul perseteruan Twitter antara kedua pemimpin di mana Trump mengancam akan membatalkan rencana pertemuan dengan Nieto di Washington, Nieto memutuskan untuk membatalkan pertemuan itu sendiri.[28][29]
Pemimpin oposisi Meksiko Andrés Manuel López Obrador saat melakukan orasi di depan pendukungnya menyatakan bahwa kebijakan tersebut adalah sebuah penistaan terhadap Meksiko dan meminta pemerintah Meksiko untuk menuntut pemerintah AS di Perserikatan Bangsa-Bangsa.[30]
Reaksi Internasional lainnya
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memuji kebijakan ini dan menyatakan bahwa kebijakan ini adalah sebuah "sukses besar, ide yang hebat". Netanyahu mendeklarasikan bahwa kebijakan Trump sudah tepat dan menyamakan proposal tembok Trump dengan tembok pemisah Israel.[31][32] Setelah protes di Meksiko, kantor Perdana Menteri mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa "[dia] membahas keadaan unik Israel dan pengalaman penting yang kami miliki dan yang ingin kami bagikan dengan negara lain. Tidak ada upaya untuk menyuarakan pendapat mengenai AS– hubungan dengan Meksiko."[31][33]
^"The Border Fence". NOW on PBS. Diarsipkan dari versi asli tanggal January 12, 2019. Diakses tanggal January 27, 2019.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Goldberg, Michelle (January 11, 2019). "Is the president making middle school worse?". Opinion. The New York Times. Diarsipkan dari versi asli tanggal February 7, 2019. Diakses tanggal February 7, 2019.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)