Stasiun MRT Buangkok (Kode NE15) adalah stasiun bawah tanah di Jalur Timur LautMRT Singapura. Stasiun ini berada di Sengkang dan dekat Hougang, melayani penumpang daerah sekitarnya.
Karya Art in Transit disini berjudul Water, Nature and the Contemporary dibuat oleh Vincent Leow.
Sejarah
Stasiun Buangkok sebenarnya direncanakan dibuka bersama 16 stasiun Jalur Timur Laut pada tahun 2003. Beberapa hari menjelang pembukaan, SBS Transit memutuskan tidak membuka stasiun ini karena daerah sekitarnya yang belum berkembang dan perkiraan perusahaan penumpang akan sangat sedikit untuk bisa menutup biaya operasional stasiun.
Pada 12 November 2005, Menteri Perhubungan yang lama Yeo Cheow Tong mengumumkan bahwa stasiun akan dibuka pertengahan Januari 2006[1] atas permintaan masyarakat,[2] dan pada 29 Desember 2005 SBS Transit mengumumkan rencana pembukaan pada 15 Januari 2006.[3] Stasiun kemudian dipersiapkan seperti akan dibukanya stasiun lainnya. Penduduk mengatakan mereka bersedia berjalan 400 meter untuk ke stasiun setiap harinya.[4]
SBS Transit berharap sekitar 3500 penumpang akan menggunakan stasiun ini tiap harinya, yang merupakan terendah di semua stasiun sepanjang jalur ini. Dibawah angka tersebut stasiun ini akan mengalami kerugian operasional.
Namun penumpang di stasiun ini lebih sedikit jumlahnya dari perkiraan ketika awal dibuka. Rata-rata hanya 1386 penumpang tiap harinya, sangat sedikit dibanding stasiun di jalur ini dengan penumpang sedikit. Misalnya Stasiun MRT Clarke Quay yang merupakan stasiun dengan sedikit penumpang berikutnya bisa mencapai 6000 penumpang tiap harinya. Namun Clarke Quay berada di daerah pusat kegiatan dan cenderung berkembang.
SBS Transit menyatakan terlalu awal untuk menyimpulkan perkembangan penumpang di Buangkok. Diharapkan pembangunan apartemen di belakang stasiun diharapkan selesai tahun 2007 dan penumpang akan tumbuh setelahnya.
Kejadian
Insiden Gajah Putih Pertama
Pada 27 Agustus 2005, ketika menteri Vivian Balakrishnan berkunjung ke Punggol Selatan, seorang penduduk yang kecewa dengan tidak dibukanya stasiun ini memasang potongan kertas putih berbentuk gajah yang menyimbolkan tidak dibukanya stasiun sebagai gajah putih (sebuah perlambang kesia-siaan di masyarakat yang menghormati gajah putih yang suci). Segera setelah polisi menyelidiki, tuduhan melanggar aturan publik dilakukan dengan denda maksimal 10.000 dolar Singapura. Hal ini menyebabkan kontroversi karena tindakan memasang kertas itu tidak berbahaya dan tidak dibukanya stasiun tersebut juga menyia-nyiakan pajak yang telah dibayarkan. Juga timbul pertanyaan mengenai kebebasan berpendapat yang bisa diterima pemerintah. Sebulan kemudian polisi menutup kasus ini tanpa memberi denda namun memberi peringatan kepada pendemo.[5] Wakil Perdana Menteri Wong Kan Seng menjelaskan ke media "Kita tidak bisa menerapkan hukum kepada satu pihak dan mengabaikan pihak lainnya, jika itu dilakukan maka hukum bisa menjadi 'gajah putih'"
Insiden Gajah Putih Kedua
Pada 13 Januari 2006 ketika berlangsung karnaval menyambut dibukanya stasiun MRT ini, 27 pelajar dari Raffles Girls' School mempersiapkan t-shirt bertuliskan "Save the White Elephants" untuk mengumpulkan dana Youth Guidance. Polisi memberi peringatan bahwa mereka harus meminta izin pengumpulan dana dan mengatakan bahwa "menggunakan t-shirt seragam secara massal dapat melanggar Undang-undang dan Peraturan yang berlaku".[6]
Para pelajar putri mengatakan bahwa tertarik dengan insiden Buangkok dan memberi ide buat mereka untuk memulai "Proyek Gajah Putih" dan mempunyai sasaran "mengingatkan pemuda agar tidak berdiam diri terhadap keadaan sekitar dan bisa berperan aktif menyikapinya". Para pimpinan kalangan bawah dari Punggol Selatan tertarik akan "semangat kemandirian dan keberanian", dan mengundang para pelajar ini untuk membuka kios dan menjual t-shirt pada upacara pembukaan stasiun.
Pada 21 Januari 2006, Wakil Perdana Menteri Wong Kan Seng meminta maaf atas sikap polisi yang berlebihan terhadap para pelajar putri yang mengenakan t-shirt gajah putih pada pembukaan Stasiun Buangkok.[7]