Stasiun ini dirancang dengan warna dinding putih dan langit-langit berbentuk lengkung, dengan atap kaca sepanjang bagian tengah stasiun. Pada mulanya stasiun ini tidak direncanakan bersama-sama dengan Jalur Timur Barat pada tahun 1990 karena hanya ada perumahan pribadi disekitarnya, namun atas tekanan anggota parlemen dan rakyat ke pihak SMRT maka stasiun ini dioperasikan. Hal ini menimbulkan kontroversi pada Stasiun MRT Buangkok sepuluh tahun kemudian.
Stasiun ini satu-satunya persimpangan MRT yang hanya mempunyai satu nomor kode (berbeda dengan stasiun persimpangan lainnya yang memiliki minimal dua kode). Stasiun ini juga satu-satunya persimpangan yang bukan merupakan gabungan dua atau lebih jalur (mengingat stasiun ini merupakan persimpangan Jalur Timur Barat dan jalur ke Changi Airport).
5000 penumpang tertunda perjalanannya ketika kereta arah timur terganggu pada 20 Maret 2010. Seorang pria 20an melompat ke rel stasiun MRT Tanah Merah dan tertabrak kereta yang mengarah ke Pasir Ris. Untuk melanjutkan layanan di jalur Timur Barat, kereta arah timur diputar di Stasiun MRT Eunos dan Tanah Merah, sementara peron tengah digunakan untuk kereta ke arah timur.
Pengumuman dilakukan di semua stasiun mengenai keterlambatan dan kemungkinan sesaknya kereta. Perjalanan kembali normal sekitar 15:40.[1]
Percikan api di bawah kereta MRT
Sekitar 800 penumpang diminta keluar dari kereta pada 25 Juli 2010. Suara keras dan percikan api terlihat di bawah kereta arah Joo Koon. Kereta ditarik ke Stasiun Tanah Merah sekitar 21:20 pada saat kejadian.
Suara dan percikan berhenti ketika kereta berhenti di stasiun. Untuk berjaga-jaga penumpang diminta pindah kereta dan Singapore Civil Defence Force dipanggil untuk penelitian. Jalur arah barat melalui Tanah Merah tidak terganggu, jalur dialihkan ke rel tengah. Tidak ada yang terluka dan SMRT menyelidiki insiden ini.
[2]