Sindang Kelingi adalah kecamatan terkurung daratan. Semua desa/kelurahan di wilayah ini berada di pedalaman dan jauh dari pesisir.[3] Medan wilayah ini relatif berbukit-bukit dan dilalui oleh Air Kelingi yang berhulu di Bukit Barisan.[4]
Topografi wilayahnya yang kasar menyebabkan Sindang Kelingi rawan bencana longsor. Longsor merupakan bencana yang paling umum terjadi di daerah ini. Jumlah kejadiannya jauh melebihi bencana-bencana lainnya. Terjadi 12 kasus longsor di Sindang Kelingi pada 2019. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan gempa dan banjir yang masing-masing terjadi dua dan sekali selama 2019.[5]
Kecamatan ini memiliki 13.366 jiwa penduduk berdasarkan hasil Sensus 2020. Naik 1,13% dari tahun 2010.[7] Desa/kelurahan dengan penduduk terbanyak di daerah ini adalah Belitar Muka dan Pelalo. Keduanya masing-masing memiliki penduduk sebanyak 2.836 dan 1.785 jiwa, yang merepresentasikan 21,22% dan 13,35% penduduk Sindang Kelingi.[8] Angka seks rasio mencapai 103,1.[9]
Penduduk Sindang Kelingi terdiri dari 6.786 jiwa penduduk laki-laki dan 6.580 jiwa penduduk perempuan. Sementara berdasarkan kelompok usia, penduduk usia 0-14 tahun terdiri dari 3.174 jiwa; usia 15-64 tahun terdiri dari 9.412 jiwa; dan penduduk usia lanjut (>65 tahun) terdiri dari 780 jiwa.[10]
Sebagian besar keluarga di Sindang Kelingi telah menikmati aliran listrik. Terdapat 4.128 keluarga yang melanggan listrik ke PLN, 0 keluarga dengan listrik non-PLN, dan 44 keluarga belum melanggan listrik. Air Dingin dan Sindang Jaya merupakan dua desa dengan jumlah keluarga non-pelanggan listrik terbesar. Ada 25 keluarga non-pelanggan listrik di Air Dingin dan 10 keluarga di Sindang Jaya.[11]
Kesehatan
Sindang Kelingi belum memiliki fasilitas kesehatan yang memadai, tercermin dari ketiadaan rumah sakit, balai pengobatan, maupun klinik.[12] Sarana kesehatan utama di daerah ini adalah dua buah puskesmas, masing-masing berupa puskesmas rawat inap di Sindang Jati dan non-rawat inap di Beringin Tiga.[13]
Kasus gizi buruk di Sindang Kelingi pada 2019 tercatat sebanyak satu kasus, dan turun menjadi 0 kasus pada 2020.[14]
Pendidikan
Sarana pendidikan di Kecamatan Sindang Kelingi berjumlah 18 unit sekolah, meliputi 14 SD (terdiri dari 13 SD negeri dan satu SD swasta), tiga SMP yang semuanya berstatus negeri, dan sebuah SMA negeri.[15] Belum ada SMK dan perguruan tinggi di kecamatan ini.[16]
Jumlah guru berbanding jumlah murid di wilayah Kecamatan Sindang Kelingi dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.
Suku asli daerah Sindang Kelingi adalah suku Lembak,[18] yang secara lokal menyebut diri mereka sebagai Wang Mbak. Kata wang dapat diterjemahkan sebagai orang atau bangsa.[19] Suku Lembak di Sindang Kelingi selain menuturkan bahasa Lembak atau bahasa Col juga bercakap dalam bahasa Melayu, bahasa Indonesia, dan sebagian kecil berbahasa Jawa.
Selain suku Lembak, Jawa adalah suku terbesar kedua di Sindang Kelingi. Desa dengan penduduk terpadat, yakni Belitar Muka, serta tetangganya Belitar Seberang, merupakan desa yang didirikan oleh para transmigran Jawa pada 1930-an, yang namanya terinspirasi dari Kabupaten Blitar, Jawa Timur.[20] Suku Jawa pula merupakan mayoritas di desa transmigrasi lain seperti Sindang Jati dan Sindang Jaya.
Baik suku Lembak maupun Jawa sama-sama mayoritas beragama Islam. Hal ini tercermin dari lebih banyaknya jumlah musala dan masjid dibandingkan dengan sarana peribadatan agama selain Islam. Data BPS menunjukkan bahwa Sindang Kelingi memiliki 14 masjid, empat musala, satu gereja Katolik, dan satu wihara.[21] Penganut Protestan, Katolik, dan Buddha di Sindang Kelingi umumnya berdiam di Desa Sindang Jati, yang terkenal sebagai desa yang toleran dan majemuk.[22]