Padang Ulak Tanding dahulu merupakan sebuah kewedanaan, sebelum akhirnya ditetapkan menjadi kecamatan di bawah administrasi Kabupaten Rejang Lebong. Kewedanaan tersebut dikenal dalam bahasa Belanda sebagai Onderafdeeling Sindang. Bersama dengan Onderafdeeling Redjang yang keduanya merupakan wilayah dari Afdeeling Tebing Tinggi, Pemerintah Kolonial membentuk afdeeling baru, Rejang Lebong, yang beribu kota di Kepahiang.[9]
PUT sendiri merupakan satu dari lima kecamatan terawal yang dimiliki Rejang Lebong, selain Curup, Kepahiang, Lebong Selatan, dan Lebong Utara.[10] Pasar PUT yang merupakan pusat pemerintahan sekaligus perekonomian di kawasan "Lembak" diperkirakan berdiri antara 1700-1900, yang dilatarbelakangi bukan oleh meluas dan berkembangnya ekonomi berorientasi pasar, melainkan lebih kepada faktor politik atau ketetapan pemerintah.[11]
Pada masa revolusi fisik, Padang Ulak Tanding menjadi daerah pertama di Rejang Lebong yang diduduki Belanda usai menaklukkan Lubuk Linggau pada 3 Januari 1949. PUT dijadikan Belanda sebagai basis untuk bergerak menduduki pusat perekonomian di Curup.[12]
Kondisi wilayah
Padang Ulak Tanding adalah kecamatan terkurung daratan. Semua desa/kelurahan di kecamatan ini berada di kawasan pedalaman dan jauh dari daerah pesisir.[13]
Administrasi
PUT terdiri dari 15 desa/kelurahan definitif, semuanya berstatus sebagai desa/kelurahan swakarsa.[14] Data mengenai desa/kelurahan di kecamatan PUT dapat dilihat dalam tabel berikut.[1][15]
Penduduk PUT menurut hasil Sensus 2020 mencapai 19.781 jiwa.[16] Kasie Kasubun (1.977 jiwa), Tanjung Sanai I (1.893 jiwa), dan Pasar Padang Ulak Tanding (1.864 jiwa) adalah tiga desa/kelurahan dengan penduduk paling banyak. Sementara itu, Ujan Panas (503 jiwa), Ulak Tanding (835 jiwa), dan Muara Telita (851 jiwa) adalah tiga desa dengan penduduk paling sedikit.[16]
Menurut jenis kelamin, di kecamatan ini terdapat 10.221 jiwa penduduk laki-laki dan 9.560 jiwa penduduk perempuan.[17] Angka rasio jenis kelaminnya mencapai 106,9.[18] Artinya, per 100 jiwa perempuan, terdapat 106,9 jiwa laki-laki.
Menurut kelompok usia, segmen penduduk PUT yang paling besar jumlahnya adalah kelompok usia 15-65 tahun, dengan jumlah 14.254 jiwa. Disusul kelompok usia 0-14 tahun, sebesar 4.630 jiwa. Sementara kelompok lanjut usia (>65 tahun) adalah kelompok dengan jumlah yang paling kecil, 897 jiwa saja.[17]
Kesehatan
Terdapat satu unit puskesmas rawat inap, yang terletak di ibu kota kecamatan di Pasar Padang Ulak Tanding.[19] Tenaga kesehatan yang melayani kecamatan ini meliputi seorang dokter, 13 perawat, 14 bidan, dan seorang farmasi.[20] Kecamatan ini tidak memiliki apotek, rumah sakit, atau klinik/balai pengobatan.[21]
Pada tahun 2020, tercatat ada satu kasus gizi buru di PUT.[22]
Kondisi sosial dan budaya
Penduduk asli PUT adalah suku Lembak.[23] Tarian adat khas masyarakatnya adalah tari senjang.[24] Islam merupakan agama mayoritas yang dipeluk masyarakat PUT. Hal ini tercermin dari adanya puluhan rumah ibadah penduduk beragama Islam (masjid dan musala). Ada pun rumah ibadah penduduk non-Muslim yang ada merupakan satu unit gereja Protestan.[25]
Ekonomi
Pertanian merupakan sektor ekonomi utama Kecamatan Padang Ulak Tanding. Tanaman utama yang dihasilkan di daerah ini meliputi padi lahan basah, kopi,[26] dan karet. Dahulu sebelum pemekaran Kecamatan Sindang Kelingi dan Sindang Dataran, Kecamatan ini dikenal sebagai salah satu penghasil kopi terbesar di Kabupaten Rejang Lebong.[27]
Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah (Indonesia) (1986). Ensiklopedi Tari Indonesia Seri P-T. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. hlm. 61.
Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah (1977). Adat Istiadat daerah Bengkulu. Jakarta: Direktorat Jenderal Kebudayaan. hlm. 11.