Publikasi BPS Rejang Lebong yang bertajuk "Sindang Dataran dalam Angka 2021" menyebutkan bahwa luas kecamatan ini adalah 66,49 km2. Sementara itu, tabel pada situs BPS Rejang Lebong yang mengandung informasi mengenai luas kecamatan menunjukkan bahwa Sindang Dataran memiliki luas 83,89 km2.[4]
Geografi
Wilayah Sindang Dataran umumnya berbukit-bukit, dengan kelerengan 8-15%.[5] Permukiman terendah tercatat di Desa Sinar Gunung, 785 mdpl. Ada pun Bengko yang berada di ketinggian 1076 mdpl adalah permukiman tertinggi di kecamatan ini.[6] Desa terluas di wilayah ini adalah Sinar Gunung (15,66 km2) dan Air Rusa (15,04 km2). Sementara desa terkecil adalah Talang Belitar (5,32 km2) dan Warung Pojok (6,95 km2).[7]
Ketinggiannya yang berkisar antara 785-1129 mdpl serta suhu udaranya yang hanya 23 °C membuat Sindang Dataran menjadi kawasan yang direncanakan sebagai sentra produksi apel (Malus sylvestris) di Provinsi Bengkulu. Kelembaban udara di wilayah ini mencapai 78,13%, dengan curah hujan tahunan 2.789 mm.[8]
Batas-batas
Kecamatan ini memiliki batas-batas administratif sebagai berikut.[2]
Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Sindang Kelingi, Rejang Lebong
Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Binduriang, Rejang Lebong
Sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan-kecamatan di Kabupaten Kepahiang
Sebelah barat berbatasan dengan kecamatan-kecamatan di Kabupaten Kepahiang
Administrasi
Sindang Dataran dibagi lagi menjadi desa. Tidak ada kelurahan di kecamatan ini.[9] Enam desa di Sindang Dataran meliputi:[10]Air Rusa, Bengko, IV Suku Menanti alias Air Lang,[11]Sinar Gunung, Talang Belitar, dan Warung Pojok, dengan ibu kotanya berada di Bengko.[3] Setiap desa memiliki perangkat pemerintahan yang terdiri dari kepala desa, sekretaris, dan badan permusyawaratan desa (BPD).
Jabatan camat Sindang Dataran diampu oleh Anton Sefrizal yang menggantikan camat sebelumnya, Herlan Lesi.[12] Herlan Lesi sendiri menggantikan Suradi Rifai sebagai camat Sindang Dataran.[13]
Demografi
Sindang Dataran memiliki 10.417 jiwa penduduk berdasarkan data Sensus Tahun 2020. Angka ini bertambah 0,37% dalam satu dekade.[14] Kepadatan penduduknya mencapai 156,67 jiwa per km2, sementara angka seks rasionya 108,5. Penduduk Sindang Dataran merepresentasikan 0,52% total populasi Rejang Lebong.[15]
Penduduk laki-laki di kecamatan ini mencapai 5.422 jiwa, sedangkan perempuan berjumlah 4.995 jiwa. Ada pun menurut kelompok umur, usia 0-14 tahun berjumlah 2.742 jiwa; usia 15-64 tahun berjumlah 7.238 jiwa; dan usia lanjut (>65 tahun) berkisar 437 jiwa.[16]
Kesehatan
Pada bulan Mei 2020, kecamatan ini dideklarasikan sebagai zona hijau oleh Pemerintah Rejang Lebong karena tidak ditemukan kasus Covid-19.[17]
Kecamatan ini dilayani oleh fasilitas kesehatan berupa sebuah puskemas yang terletak di Desa Talang Belitar.[18] Unit kerja tersebut memiliki tenaga kesehatan, dengan rincian sebagai berikut.
Terdapat 14 unit sekolah di Kecamatan Sindang Dataran, dengan rincian berupa sembilan SD, empat SMP, dan satu SMA.[20] Kecamatan ini tidak memiliki SMK maupun perguruan tinggi.
Jumlah guru berbanding jumlah murid di wilayah Sindang Dataran disajikan dalam tabel berikut.
Penduduk Sindang Dataran umumnya bersuku bangsa Lembak sebagai suku asli, serta Jawa sebagai suku pendatang, dengan jumlah yang hampir seimbang. Baik Lembak maupun Jawa, keduanya sama-sama memeluk agama Islam sebagai agama utama. Data pemeluk agama di Sindang Dataran pada 2020, antara lain terdapat 10.339 Muslim, 99 penganut Protestan, sembilan penganut Katolik, dan 24 Buddhis.[23] Ada pun sarana peribadatan yang ada meliputi 14 buah masjid, 26 buah musala, serta satu unit gereja Protestan.[24]
Ekonomi
Sektor pertanian dan perkebunan adalah tulang punggung perekonomian Sindang Dataran. Salah satu komoditas utama daerah ini adalah kopi jenis robusta, yang dikenal dengan jenama "Sintaro" (Sindang Dataran Robusta) yang eksis sejak 2014 dan sudah diakui oleh Kementerian Pertanian RI.[13] Menurut salah satu sumber, Sintaro sudah dipasarkan ke beberapa daerah baik di Sumatra maupun Jawa.[11]
Penanaman apel skala komersial yang pertama di Bengkulu dilakukan oleh seorang petani di IV Suku Menanti. Tanaman apelnya berusia 5-6 tahun, ditanam pada lahan seluas ± empat hektare, dan mampu berproduksi 50–60 kg per pohon.[25]