Sejarah Al-Qur'an

Sejarah Al-Qur'an adalah kronologi dan asal usul kompilasi tertulis atau manuskrip kitab suci Islam tersebut, berdasarkan temuan sejarah. Rentangnya beberapa abad dan menjadi bagian utama dan penting dari Sejarah Islam awal.

Menurut kepercayaan Muslim tradisional dan catatan ilmiah Islam, wahyu al-Qur'an dimulai pada tahun 610 M ketika malaikat Jibril (diyakini sebagai utusan Tuhan) menampakkan diri kepada Muhammad (seorang pedagang dari kota Makkah di Hijaz, Jazirah Arab, yang telah menjadi tempat perlindungan bagi dewa-dewa kafir dan pusat perdagangan penting) di gua Hira. Menurut tradisi Islam, wahyu dimulai pada suatu malam di bulan Ramadhan tahun 610 M, ketika Muhammad, pada usia empat puluh tahun, menerima kunjungan pertama dari Jibril,[1] membacakan kepadanya ayat pertama dari Surah Al-Alaq. Muslim percaya bahwa Muhammad terus menerima wahyu hingga kematiannya pada tahun 632 M.[2]

Masa Muhammad

Di Arabia pra-Islam, masyarakat semasa Muhammad dominannya menggunakan tradisi lisan. Lantas, dia membacakan ayat-ayat Al-Qur'an kepada para sahabatnya untuk mereka hafalkan seiring kebiasaan menulis belum banyak dikuasai.Islam ini memiliki sejumlah penulis (kātib) penting, termasuk Abdullah bin Mas'ud, Muawiyah bin Abu Sufyan, Ubay bin Ka'ab, dan Zaid bin Tsabit, yang kesemuanya nantinya menuliskan wahyu.[3] Ini menjelaskan bagaimana keberadaan Al-Qur'an tertulis saat Muhammad masih hidup, meskipun belum dikompilasi menjadi satu naskah.[4] Muhammad mengatur tempat khusus di masjid Madinah yang menjadi tempat para penulisnya mengajarkan Al-Qur'an.[5] Yang dianggap penulis pribadi Muhammad di sumber-sumber awal adalah Zaid.[6] Dalam beberapa riwayat, Malaikat Jibril memberitahu Muhammad untuk secara spesifik memakai Mu'awiyah untuk wahyu, karena dia adalah al-Amin ('Terpercaya').[7][8]

Pada riwayat-riwayat Islam awal, Ibnu Abbas (ca 619-687) mengatakan bahwa Muhammad membacakan Al-Qur'an di hadapan Jibril setiap tahun di bulan Ramadhan, dan di tahun terakhir hidupnya, dia membacakannya di hadapannya dua kali.[9] Berdasarkan riwayat ini, pembacaan dilakukan oleh Muhammad, dengan Jibril memiliki peran otoritas lebih tinggi.[9] Dalam sebuah hadis, Muhammad tercatat mengatakan, "Aku meninggalkan di tengah-tengah kalian dua hal berat: pertama, kitab Allah ... dan keluargaku."[10] Beberapa ulama berargumen bahwa ini adalah dalil Al-Qur'an telah dikumpulkan dan ditulis selama masa ini karena keliru menyebut sesuatu al-kitab (buku)(kitab AL-Qur'an) apabila hanya di hafalan [orang]. Kata al-kitab berarti benda tunggal yang disatukan dan tidak berlaku untuk teks yang tercecer dan tidak dikumpulkan.[11] Namun, telah mengeksplorasi penggunaan kata ini di Qur'an dan menemukan bahwa tidak ada bukti bahwa itu digunakan untuk makna "konkret" seperti itu untuk merujuk Qur'an maupun 3 kitab suci lain, melainkan terbukti digunakan untuk makna "abstrak". Dia lebih jauh mempertimbangkan peran tulisan di antara orang-orang Arab di awal abad ketujuh dan juga catatan dalam Sirah mengenai pendiktean bagian-bagian Al-Qur'an kepada para penulis di akhir periode Madinah.[12]

Misalnya, Zaid bin Tsabit melaporkan, "Kami dulu biasa mencatat Qur'an di kulit hewan di hadapan Utusan Allah."[13] sebahagian ayat dari Al-Qur'an. Segala kumpulan formal dari material yang telah diwahyukan tidak bisa dengan tepat dianggap sebagai teks lengkap.[14](melainkan zaman moden yang telah mempermudahkan umat islam untuk memahami isi kandung Al-Qur'an mahupun dari pada bacaan , dan tafsiran nya (pastikan ada penegesahan daripada mana² ulama ataupun mufti yang sah atas negara masing²)

Masa Khulafaur Rasyidin

Khalifah Abu Bakar

Menyusul kematian Muhammad, teman masa kecilnya dan penasehat dekatnya Abu Bakar (m. 632–634) terpilih menjadi khalifah di Madinah.[15] Kepala suku Bani Hanifah, Musailamah, menyatakan diri sebagai seorang nabi dan memberontak kekhalifahan yang baru terbentuk. Pada Desember 632, pasukan Abu Bakar yang dipimpin oleh Khalid bin Walid melawan tentara Musailamah di Pertempuran Yamamah. Meskipun umat Islam menang mengalahkan kekuatan Musailamah, sangat banyak penghafal Al-Qur'an (ḥuffāẓ) terbunuh, di antaranya adalah Salim.[16][17] Alhasil, setelah didesak Umar, Abu Bakar memerintahkan pengumpulan Al-Qur'an menjadi satu salinan.[18][19][20][21]

Abu Bakar menugasi Zaid mengumpulkan semua teks Al-Qur'an. Dia membiarkan kita melihat apa yang terjadi di dalam saat pertemuan antara Abu Bakar, Umar, dan dirinya:

Abu Bakar mengutusku sewaktu Pertempuran Yamamah telah memakan banyak korban syahid dari para Sahabat. Aku menjumpai Umar bin Khattab ada bersamanya. Abu Bakar mau memulai, tetapi Umar langsung kepadaku dan berkata, "Di Pertempuran Yamamah kematian paling parah menimpa para qurra',[Para pembaca Al-Qur'an] dan aku takut itu akan menimpa lagi dengan jumlah yang sama di kancah peperangan yang lain. Alhasil, banyak dari Al-Qur'an bisa hilang. Aku, oleh karenanya, berpendapat bahwa kamu perlu mengetuai Al-Qur'an dikumpulkan." Abu Bakar melanjutkan, "Aku telah berkata kepada Umar, 'Bagaimana bisa kita melakukan yang tidak pernah Nabi lakukan?' 'Umar menjawab bahwa itu tetap pekerjaan yang baik, dan dia tidak surut dari menjawab keberatanku hingga Allah menunjukiku untuk melaksanakannya, dan aku menjadi sepemikiran dengannya. Zaid, kamu muda dan cerdas, kamu dulu biasa menulis wahyu dari Nabi Muhammad, dan tidak punya alasan mendiskreditkanmu. Maka, carilah Al-Qur'an dan kumpulkanlah bersama." Demi Allah, seandainya mereka memintaku untuk memindahkan gunung, niscaya itu lebih ringan daripada apa yang sekarang mereka minta."[22]

Az-Zarkasyi berkomentar,[23]

Yang Zaid maksud sebenarnya adalah dia itu mencari ayat-ayat dari sumber yang tersebar, untuk mengolasinya dengan hasil pengumpulan para huffaz. Dengan begini, setiap orang ikut serta dalam proses pengumpulan. Tidak ada satupun yang memiliki bagian dari Al-Qur'an yang tidak ikut serta, dan dengan begitu tidak ada alasan bagi seseorang khawatir tentang ayat-ayat yang dikumpulkan, maupun komplain bahwa teks Al-Qur'an tersebut hanya dikumpulkan dari sedikit yang terpilih.[23]

Ibnu Hajar al-'Asqalani menaruh perhatian khusus kepada pernyataan Zaid, "Aku menemukan dua ayat dari Surah (Surah at-Taubah—ed.) bersama Abu Khuzaimah al-Anshari," karena menunjukkan bahwa tulisan dan hafalan Zaid sendiri belum dianggap cukup. Semua membutuhkan verifikasi.[23] Ibnu Hajar lebih jauh berkomentar:

Abu Bakar saat itu tidak membenarkannya mencatat kecuali yang sudah tersedia [di perkamen]. Itulah sebabnya Zaid menahan diri dari memasukkan dua ayat terakhir Surah ( Surah At-Taubah) sampai dia menjumpainya dalam wujud tertulis, meskipun dia dan sahabat yang lain masih ingat dengan baik dari hafalannya.[23]

Tugas tersebut mengharuskan Zaid bin Tsabit mengumpulkan salinan tertulis Al-Qur'an, dengan setiap ayatnya yang perlu divalidasi dengan persetujuan lisan dari setidaknya dua sahabat. Qur'an ini dikumpulkan dengan bantuan panitia empat sahabat senior yang diketuai oleh Zaid.[24] Kompilasi ini disimpan oleh Abu Bakar, lalu setelah meninggalnya oleh penerusnya, Khalifah Umar, yang mewasiatkannya saat dia menghadapi sakaratul maut kepada Hafshah binti Umar, putrinya sekaligus salah satu istri Muhammad[15]

Islam Sunni tidak mengakui kompilasi Al-Qur'an versi Syi'ah karena tidak lebih dari sekadar pemalsuan oleh Syiah Dua Belas Imam. Mereka beralasan dengan fakta bahwa Syiah Zaidiyah yang merupakan sekte Syiah tertua yang masih hidup meyakini peristiwa yang dideskripsikan dalam Shahih Bukhari di atas.[25]

Terdapat sepuluh orang yang menjadi ujung rantai sanad Al-Qur'an sebagai berikut.

Di antara sepuluh itu, dua orang yang paling penting adalah Zaid bin Tsabit yang merupakan sekretaris pribadi Muhammad dan Ubay bin Ka'ab yang merupakan otoritas terkemuka untuk Al-Qur'an setelah Zaid.[36][37]

Utsman bin Affan dan kanonisasi

Menurut tradisi Islam, proses kanonisasi berakhir di masa khalifah ketiga Utsman bin Affan (jabatan: 23/644–35/655) sekitar dua puluh tahun setelah kematian Muhammad pada 650 M, meskipun tidak ada catatan tanggal pastinya.[38] Buku Al-Qur'an berbentuk bacaan dan tertulis yang secara religius mengikat bagi komunitas Muslim. Buku ini seutuhnya selesai dan pakem dalam artian bahwa isinya tidak bisa diganti maupun di ubahrupa .[39]

Masih di masa kekhalifahan Utsman, tampak adanya kebutuhan untuk klarifikasi bacaan Qur'an. Khilafah telah tumbuh pesat, meluas hingga Iraq, Suriah, Mesir, dan Iran, membawa banyak sekali pemeluk baru ke dalam ikatan Islam dari berbagai budaya yang tingkat keterbukaan masyarakatnya beragam.[40] Para pemeluk baru ini bahasanya bervariasi kendati tidak begitu menguasi bahasa Arab, sehingga Utsman merasa ada kepentingan untuk menstandarkan Qur'an yang berwujud tulisan ke satu dialek Arab spesifik. Alasan lain pengumpulan ini adalah banyaknya Muslim yang telah menghafalkan Al-Qur'an (huffaz) yang meninggal, terkhusus dalam pertempurdan.[41]

Menurut versi yang dominan yang diriwayatkan oleh Bukhari, alasan untuk pengumpulan final Al-Qur'an adalah persengketaan antara pasukan Muslim dari Iraq dan Surian mengenai cara benar membacanya sewaktu Salat berjamaah pada suatu ekspedisi ke Armenia dan Azerbaijan. Diyakini bahwa Panglima Hudzaifah bin al-Yaman melaporkan masalah ini kepada Khalifah dan memintanya memutuskan penyatuan teks. Menurut sejarah al-Thabari, saat ekspedisi itu ada 10.000 tentara dari Kufah, 6.000 di Azerbaijan dan 4.000 di Rayy.[42] Banyak tentara yang tidak sepakat mengenai cara baca Qur'an yang benar mungkin telah membuat Hudzaifah menganjurkan teks penyatu. Satu contoh dari kebingungan di waktu ini tampak saat perjalanan ke Thabaristan, saat salah satu tentara bertanya kepada Hudzaifah, "Bagaimana Nabi [Muhammad] ﷺ Salat?"[43] Diyakini bahwa berdasarkan permintaan Hudzaifah Utsman memperoleh lembaran-lembaran Al-Qur'an dari Ḥafṣah dan menunjuk satu komisi yang terdiri dari Zaid beserta tiga orang penting dari Mekkah, dan menugaskan mereka menyalin lembaran-lembaran tersebut menjadi beberapa volume berdasarkan dialek Quraisy, suku utama Mekkah.[44][Verifikasi gagal]

Cerita ini, termasuk jawaban Utsman, tercatat sebagai berikut:

Hudzaifah bin al-Yaman menghadap Utsman di masa ketika Penduduk Syam dan Iraq bergabung dalam perang untuk menguasai Armenia dan Azerbaijan. Hudzaifah mengkhawatirkan perbedaan bacaan Al-Qur'an mereka, sehingga dia berkata kepada Utsman, "Wahai Amirul Mukminin! Selamatkanlah umat ini sebelum mereka berselisih mengenai Kitab (Al-Qur'an) seperti Yahudi dan Nasrani sebelumnya." Maka Utsman mengirim pesan kepada Hafshah bahwa, "Kirimkanlah kepada kami manuskrip Al-Qur'an agar kami menyusun isi Al-Qur'an dalam salinan-salinan, kemudian kami kembalikan lagi manuskrip tadi kepadamu." Hafshah mengirimnya ke Utsman. Utsman kemudian memerintahkan Zaid bin Tsabit, Abdullah bin az-Zubair, Sa'id bin al-Ash, dan Abdurrahman bin al-Harits bin Hisyam untuk menyalin manuskrip tersebut ke dalam salinan-salinan yang lengkap. Utsman berkata kepada ketiga orang Quraisy, "Barangkali kalian tidak sepakat dengan Zaid tentang sesuatu pun dari Al-Qur'an, maka tulislah dalam dialek Quraisy. Al-Qur'an telah diturunkan dengan lidah (dialek/bahasa) mereka." Mereka melaksanakannya, dan ketika telah menulis banyak salinan, Utsman mengembalikan manuskrip asli kepada Hafshah. Utsman mengirimi setiap provinsi Islam satu salinan yang telah mereka salin, dan memerintahkan agar semua materi Al-Qur'an selainnya, baik tertulis sebagian maupun utuh, untuk dibakar."

Ali bin Abi Thalib

Beberapa sarjana Syiah percaya bahwa Ali ibn Abi Thalib memiliki apograf pribadi dari Al-Qu'ran, yang dia kumpulkan enam bulan setelah kematian Muhammad, dan ini adalah kompilasi pertama dari Al-Qu'ran. Aspek unik tentang versi ini adalah bahwa ia dikumpulkan sesuai urutan pengirimannya,[45] yang dianut Syiah arus utama adalah satu-satunya perbedaan antara Alquran yang dikenal saat ini dan Al-Qur'an Ali.[8]:89–90

Beberapa ulama Syiah berpendapat bahwa Ali mempersembahkan Al-Qur'annya kepada masyarakat, tetapi mereka menolak untuk mengakui salinannya. Salah satu laporan menyatakan, "dia telah membawa Kitab [Allah] yang lengkap, yang terdiri dari tafsir dan wahyu, ayat-ayat yang tepat dan ambigu, ayat-ayat yang dibatalkan dan yang dibatalkan; tidak ada yang hilang darinya, [bahkan tidak] surat alif, juga tidak lam. Tetapi mereka tidak mau menerimanya".[46] Mereka juga percaya bahwa Quran versi Ali berisi ayat-ayat yang tidak terlihat dalam kodeks Usman yang kita miliki saat ini. Mereka percaya perubahan urutan ayat dan surah memang terjadi dan adanya varian bacaan, tabdil, pertukaran kata seperti umma ke imma, penataan ulang kata-kata, dan penghapusan kata-kata yang berkaitan dengan hak Ali sebagai khalifah pertama.[47]

Sarjana Syiah kontemporer Abu al-Qasim al-Khoei memberikan argumen tandingan terhadap keyakinan ini. Dia menyatakan bahwa bahkan jika Al-Qur'an Ali memasukkan tambahan yang bukan bagian dari Al-Qur'an yang ada, ini tidak berarti bahwa penambahan tersebut merupakan bagian dari Al-Qur'an dan telah dihapus darinya karena perubahan. Sebaliknya, tambahan-tambahan itu adalah penafsiran atau penjelasan tentang apa yang dikatakan Allah, atau berupa wahyu dari Allah, yang menjelaskan maksud dari ayat-ayat dalam Al-Qur'an. Tambahan-tambahan ini bukan bagian dari Al-Qur'an standar dan tidak dianggap sebagai bagian dari apa yang diperintahkan oleh Utusan Allah kepada umat Islam untuk disampaikan kepada umatnya.[48]

Lihat pula

Referensi

Sitasi

  1. ^ Muslim Information Service of Australia. "Beginning of Revelation". Missionislam.com. Diakses tanggal 24 July 2015. 
  2. ^ Donner, Fred (2010). Muhammad and the Believers: at the Origins of IslamAkses gratis dibatasi (uji coba), biasanya perlu berlangganan. London, England: Harvard University Press. hlm. 153–154. ISBN 978-0-674-05097-6. 
  3. ^ Ayoub 1984, hlm. 26.
  4. ^ Farid 2005, hlm. 83.
  5. ^ Atiyeh 1995, hlm. 142.
  6. ^ Iqbal 1967, hlm. 142.
  7. ^ Cobb 2012, hlm. 193.
  8. ^ a b Esack, Farid (2005). The Qur'an: A User's Guide. Oxford England: Oneworld Publications. ISBN 978-1851683543. 
  9. ^ a b Rippin 2009, hlm. 165-166.
  10. ^ Ibn al-Hajjaj, Muslim. "Sahih Muslim, Kitab 44, Bab 4, Hadits no. 2408a". Sunnah. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-05-22. Diakses tanggal 2022-05-22. 
  11. ^ Al-Khu'i 1998, hlm. 1998.
  12. ^ Jones, Alan (2003). "The word made visible: Arabic script and the committing of the Qur'an to writing". Dalam Robinson, Chase F. Texts, documents, and artefacts [electronic resource]: Islamic studies in honour of D.S. Richards (dalam bahasa Inggris). Leiden, Boston: BRILL. hlm. 1–16. ISBN 9789004128644. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-05-31. Diakses tanggal 2022-05-22. 
  13. ^ Al-Khu'i 1998, hlm. 173.
  14. ^ Modarressi, Hossein (1993). "Early Debates on the Integrity of the Qur'an: A Brief Survey". Studia Islamica. 77 (77): 8. doi:10.2307/1595789. JSTOR 1595789. 
  15. ^ a b Usmani, Mohammad Taqi (2000). Abdur Rehman, Rafiq, ed. An approach to the Quranic sciences. Diterjemahkan oleh Siddiqui, Mohammed Swaleh. Birmingham: Darul Ish'at. hlm. 191–6. 
  16. ^ Sutton, Antoine (2018). Introducing A.E. Housman (1859-1936): Preliminary Studies. Cambridge scholars publisher. hlm. 47. ISBN 9781527509474. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-04-27. Diakses tanggal 17 August 2019. 
  17. ^ Aḥmad, Āftāb (1984). Islamic Calligraphy: Noon-wal-qalam. hlm. 26. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-04-27. Diakses tanggal 17 August 2019. 
  18. ^ Cornell 2006, hlm. 212.
  19. ^ "Hadith - Book of Judgments (Ahkaam) - Sahih al-Bukhari - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)". Sunnah.com. 26 April 2012. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-03-17. Diakses tanggal 24 July 2015. 
  20. ^ Hasan, Sayyid Siddiq; Nadwi, Abul Hasan Ali (2000). The collection of the Qur'an. Diterjemahkan oleh Kidwai, A.R. Karachi: Qur'anic Arabic Foundation. hlm. 34–5. 
  21. ^ Ganie, Mohammad Hafiz. Abu Bakr: The Beloved Of My Beloved (dalam bahasa Inggris). Mohammad Hafiz Ganie. ISBN 9798411225921. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-03-12. Diakses tanggal 2022-05-24. 
  22. ^ (Al-Bukhari, Sahih, Jam'i al-Qur'an, hadith no. 4986; lihat pula Ibn Abu Dawud, al-Masahif, pp. 6-9)
  23. ^ a b c d Al-A'zami 2003, hlm. 83.
  24. ^ "Hadith - Book of Virtues of the Qur'an - Sahih al-Bukhari - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)". Sunnah.com. 26 April 2012. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-10-20. Diakses tanggal 19 September 2017. 
  25. ^ Muhammad Ali Aziz (30 March 2011). Religion and Mysticism in Early Islam: Theology and Sufism in Yemen. ISBN 9780857719607. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-04-27. Diakses tanggal 2022-05-24. 
  26. ^ "Hadith - Chapters on Virtues - Jami' at-Tirmidhi - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)". Sunnah.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-07-14. Diakses tanggal 19 September 2017. 
  27. ^ "Hadith - Prophetic Commentary on the Qur'an (Tafseer of the Prophet (pbuh)) - Sahih al-Bukhari - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)". Sunnah.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-05-26. Diakses tanggal 19 September 2017. 
  28. ^ "Hadith - Book of Prayer (Kitab Al-Salat): Detailed Injunctions about Witr - Sunan Abi Dawud - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)". Sunnah.com. 9 April 2013. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-11-28. Diakses tanggal 19 September 2017. 
  29. ^ "Hadith - The Book of Virtue, Enjoining Good Manners, and Joining of the Ties of Kinship - Sahih Muslim - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)". Sunnah.com. 26 April 2012. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-12-11. Diakses tanggal 19 September 2017. 
  30. ^ "Hadith - Prophetic Commentary on the Qur'an (Tafseer of the Prophet (pbuh)) - Sahih al-Bukhari - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)". Sunnah.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-05-26. Diakses tanggal 19 September 2017. 
  31. ^ "Hadith - Book of Dialects and Readings of the Qur'an (Kitab Al-Huruf Wa Al-Qira'at) - Sunan Abi Dawud - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)". Sunnah.com. 21 October 2012. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-05-24. Diakses tanggal 19 September 2017. 
  32. ^ "Hadith - The Book of Fighting [The Prohibition of Bloodshed] - Sunan an-Nasa'i - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)". Sunnah.com. 31 January 2014. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-03-16. Diakses tanggal 19 September 2017. 
  33. ^ "Hadith - The Book of Mosques and Places of Prayer - Sahih Muslim - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)". Sunnah.com. 26 April 2012. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-05-25. Diakses tanggal 19 September 2017. 
  34. ^ "Hadith - Prophetic Commentary on the Qur'an (Tafseer of the Prophet (pbuh)) - Sahih al-Bukhari - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)". Sunnah.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-05-26. Diakses tanggal 19 September 2017. 
  35. ^ "Hadith - Chapters on Tafsir - Jami' at-Tirmidhi - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)". Sunnah.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-05-06. Diakses tanggal 19 September 2017. 
  36. ^ "Hadith - Prophetic Commentary on the Qur'an (Tafseer of the Prophet (pbuh)) - Sahih al-Bukhari - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)". Sunnah.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-05-26. Diakses tanggal 19 September 2017. 
  37. ^ "Hadith - Prophetic Commentary on the Qur'an (Tafseer of the Prophet (pbuh)) - Sahih al-Bukhari - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)". Sunnah.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-05-26. Diakses tanggal 19 September 2017. 
  38. ^ Cook, The Koran, 2000: p.119
  39. ^ Leaman, Oliver (2006). "Canon". The Qur'an: an Encyclopedia. New York, NY: Routledge. hlm. 136–139. ISBN 0-415-32639-7. 
  40. ^ Al-Tabari (1989). Ihsan Abbas; C. E. Bosworth; Jacob Lassner; Franz Rosenthal; Ehsan Yar-Shater, ed. The History of al-Tabari: The Conquest of Iraq, Southwestern Persia, and Egypt. Gautier H. A. Juynboll (trans.). Albany, NY: State University of New York Press. hlm. 2–6. ISBN 0-88706-876-6. 
  41. ^ "Sahih al-Bukhari 7191 - Judgments (Ahkaam) - كتاب الأحكام - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)". sunnah.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-04-13. Diakses tanggal 2021-04-13. 
  42. ^ Al-Tabari (1990). Ihsan Abbas; C. E. Bosworth; Franz Rosenthal; Ehsan Yar-Sharter, ed. The History of al-Tabari: The Crisis of the Early Caliphate. Stephen Humphreys (trans.). Albany, NY: State University of New York Press. hlm. 8. ISBN 0-7914-0154-5. 
  43. ^ al-Tabari (1990). Ihsan Abbas; C. E. Bosworth; Franz Rosenthal; Ehsan Yar-Sharter, ed. The History of al-Tabari: The Crisis of the Early Caliphate. R. Humphreys (trans.). Albany, NY: State University of New York Press. hlm. 42. ISBN 0-7914-0154-5. 
  44. ^ Al-Quran
  45. ^ Leaman, Oliver (2006). "Ali". The Qur'an: an Encyclopedia. New York, NY: Routledge. hlm. 30–31. ISBN 0-415-32639-7. 
  46. ^ Al-Khu'i, Al-Sayyid (1998). The Prolegomena to the Qur'an. New York: Oxford University Press. hlm. 153. ISBN 0-19-511675-5. 
  47. ^ Leaman, Oliver (2006). "Ali". The Qur'an: an Encyclopedia. New York: Routledge. hlm. 30–31. ISBN 0-415-32639-7. 
  48. ^ Al-Khu'i, Al-Sayyid (1998). The Prolegomena to the Qur'an. New York: Oxford University Press. hlm. 154–155. ISBN 0-19-511675-5. 

Daftar pustaka