Sejarah Republik Sosialis Cekoslowakia dimulai dari naiknya rezim komunis pada tahun 1948, tetapi sesungguhnya pertarungan kekuasaan di dalam Partai Komunis Cekoslowakia (KSC) telah dimulai sejak berakhirnya Perang Dunia ke-II.
Kepemimpinan partai dipegang oleh Rudolf Slanský (Sekretaris Jenderal) dan Klement Gottwald (Ketua) yang juga menjabat Perdana Menteri Cekoslowakia. Selama Perang Dunia ke-II mereka memilih mengungsi ke Moskow dan mengkoordinir perlawanan terhadap Nazi Jerman dari sana.
Sekembalinya ke Cekoslowakia mereka berhasil membangun kembali partai KSC dan memenangkan pemilu pada tahun 1946 dengan meraih sekitar 40% suara pemilih. Pemerintahan dijalankan oleh koalisi Front Nasional, sebuah koalisi enam partai, di mana Partai Komunis Cekoslowakia (KSC) menduduki 2/3 kursi, sementara yang lima partai lagi hanya memperoleh sepertiga bagian.
Tetapi kerjasama antara pemimpin Cekoslowakia tersebut tidak berlangsung lama. Menjelang tahun 1950anJoseph Stalin yang menjalankan kekuasaan ‘tangan besi’ di Uni Soviet, mencurigai orang-orang partai komunis di negara-negara Eropa Tengah dan Timur dan terutama orang-orang sosialis-komunis keturunan Yahudi, sebagai tidak loyal kepada Uni Soviet.
Stalin melakukan pembersihan terhadap orang-orang tersebut, yang berdampak pada timbulnya pertentangan internal dan saling mencurigai di berbagai partai di negara setempat antara yang mendukung dan menentang Stalin.
Di Uni Soviet sendiri, Stalin mengadakan pembersihan terhadap orang-orang yang dituduh tidak loyal, terutama yang dicap sebagai pengikut-pengikut Trotsky.
Gottwald adalah pengikut setia dari cara kepemimpinan Stalin. Sebaliknya Slanský yang keturunan Yahudi, bertentangan dengan Stalin, menyebabkan ia kemudian dicurigai, ditangkap dan diadili dengan tuduhan sebagai Titois dan Zionis. Dia disidang dalam serial ‘pengadilan politik’ bersama 13 orang lainnya dan dijatuhi hukuman mati, yang dilaksanakan pada Desember1952.
Tahun 1948, setelah memenangkan pemilu 1946Perdana MenteriKlement Gottwald berhasil membentuk kabinet Front Nasional, yang melibatkan juga tokoh-tokoh dari lima partai non-komunis. Tetapi kabinet koalisi tersebut tidak berjalan lama. Melalui berbagai intrik yang dilakukan oleh orang-orang partai KSC (Partai Komunis Cekoslowakia), terutama melalui menteri-menteri komunis yang ada di dalam kabinet, 12 orang menteri non-komunis akhirnya mengundurkan diri dari kabinet, yang menyebabkan Kepala NegaraEdvard Beneš mengambil keputusan untuk membubarkan kabinet.
Gottwald kemudian membentuk kabinet baru, yang didominasi oleh menteri-menteri dari partai komunis, dan dengan demikian terciptalah pemerintahan satu partai. Peristiwa inilah yang kemudian disebut orang sebagai ’kudeta-tak-berdarah’ atau ’kudeta-konstitusional’ Februari 1948, yaitu pengambil-alihan kekuasaan negara sepenuhnya oleh partai komunis.
Pada tahun berikutnya Gottwald dan pengikut melakukan pembersihan, dengan cara menyingkirkan non-komunis yang dicurigai sebagai ‘agen-agen barat’, baru kemudian pembersihan terhadap orang-orang partai KSC sendiri. Di zaman itu berlangsung penangkapan-penangkapan berdasarkan tuduhan yang belum tentu benar dan banyak orang partai yang harus menjalani pengadilanpolitik, dihukum mati atau dipenjara, tanpa melalui proses peradilan yang layak. Selama lima tahun Gottlwad berkuasa, sebanyak 230 orang dijatuhi hukuman mati dan sekitar 200.000 orang dikirim menjalani hukuman di penjara-penjara atau kamp kerja paksa.
Namun di Cekoslowakia, Novotný tidak begitu tanggap dalam menjalankan perubahan di bidang politik. Destalinisasi berlangsung lambat dibandingkan negara sosialis lainnya dan baru dimulai pada tahun 1956. Sementara itu Novotný sendiri (yang sejak tahun 1957 juga merangkap jabatan Presiden) menjalankan kekuasaannya dengan cara konservatif dan masih tetap menjalankan sentralisme selama kira-kira sepuluh tahun. Terutama ia masih melakukan pengekangan di bidang seni dan media-massa, walau sebenarnya pengendoran konservatisme di negara-negara komunis lain telah dimulai sejak Stalin meninggal.
Walau akhirnya Novotný menyetujui liberalisasi dalam batas-batas tertentu dan mendekritkan rehabilitasi terhadap tokoh-tokoh partai yang telah dihukum mati pada zaman Gottwald, Novotný masih tetap membina hubungan baik dengan Moskow. Sikapnya yang kaku dan otoriter menyebabkan ia kurang populer di mata rakyat dan di kalangan mahasiswa. Tahun 1967, Novotný kehilangan kontrol, setelah menguatnya suara-suara yang menuntut langkah-langkah perubahan dan pertanggung-jawaban para pemimpin serta segera diadakannya pemilihan bebas.
DI waktu bersamaan, di partai mulai timbul gerakan yang menuntut perubahan politik dan diperlonggarnya kendali Uni Soviet. Di pihak lain, golongan konservatif di dalam partai berusaha keras mempertahankan sistem yang ada dan mencurigai arah tuntutan perubahan-perubahan tersebut sebagai anti-pemerintah.
Keadaan politik pun diperparah pula oleh perkembangan di bidang ekonomi yang memburuk. Pada akhir tahun 1967 pertarungan di dalam tubuh Partai Komunis Cekoslowakia(KSC) semakin memuncak. Dalam kongres partai tanggal 5 Januari1968, setelah Novotný melihat dukungan terhadap dirinya semakin berkurang, terpaksa meletakkan jabatan dan menyerahkan kekuasaan kepada penggantinya, Alexander Dubček.
Dubček dan kelompok yang tidak puas dengan kondisi politik dan ekonomi, segera memulai gerakan reformasi dan liberalisasi melalui Musim Semi Praha (yang kemudian terkenal dengan istilah Pražské jaro 1968 (‘The Prague Spring 1968’)). Mereka memperkenalkan ide-ide alternatif tentang sosialisme yang diberi nama Sosialisme berwajah manusia, ditentang oleh kubu konservatif.
Dubček mendapat dukungan luas di masyarakat karena ia berusaha meninggalkan watak represif rezim komunis, memberikan berbagai kebebasan kepada masyarakat dan memberi kebebasan kepada terbentuknya organisasi-organisasi sosial dan politik di luar kontrol Partai Komunis Cekoslowakia (KSC). Kalangan cendekiawan dan terutama pengarang turut bersuara lantang dan menuntut lebih banyak lagi liberalisasi dan demokratisasi.
Di pihak lain, perkembangan yang terjadi di masyarakat, membuat kubu konservatif atau ‘garis keras’ partai, serta pimpinan Uni Soviet dan Pakta Warsawa semakin khawatir dan berusaha menekan Dubček agar mengurungkan niatnya melanjutkan liberalisasi. Mereka mengkhawatirkan Dubček tidak mampu dan akan kehilangan kendali atas situasi politik dan ekonomi Cekoslowakia.
Walau Dubček dalam perundingan-perundingan menerima saran-saran dari sekutunya, tetapi yang terjadi di lapangan adalah perkembangan yang semakin memprihatinkan bagi Uni Soviet. Di pihak lain, kubu garis keras Partai Komunis Cekoslowakia(KSC), yang semakin tak didengarkan oleh pendukung-pendukung reformasi, mengusulkan kepada Uni Soviet agar segera bertindak untuk mengatasi keadaan.
pada tanggal 27 Agustus1968. Dubček dan kawan-kawannya, memutuskan menandatangani kesepakatan yang bernama Protokol Moskow tersebut dan pulang kembali ke Praha.
Perombakan besar-besaran segera terjadi di dalam partai dan pemerintahan, di bawah tekanan dan kontrol dari penasehat-penasehat politik dan militer Uni Soviet. Segera setelah perombakan dilakukan, menyusul pembersihan besar-besaran di dalam partai. Seluruh pengikut-pengikut Dubček diganti secara bertahap dengan orang-orang Partai Komunis Cekoslowakia(KSC) yang pro-Soviet di bawah pimpinan Gustáv Husák. Dubček sendiri masih dibiarkan berkuasa sampai April1969 namun semua hasil-hasil reformasi yang telah dicapai, dianulir atau dikembalikan oleh rezim baru ke kondisi sebelum Reformasi 1968.[1]
Stabilisasi Kekuasaan dan Terpilihnya Gustáv Husák sebagai Sekretaris Jenderal
Sebagai pengganti Dubček, terpilihlah Gustáv Husák seorang tokoh Partai Komunis Cekoslowakia(KSC) asal Slowakia sebagai Sekretaris Jenderal Komite Sentral Partai Komunis Cekoslowakia (KSC) yang pernah dipenjara pada masa zaman pemerintahan Slowakia yang pro-NaziHitler di bawah pimpinan Jozef Tiso maupun pada zaman Stalinisme melanda Cekoslowakia, di mana ia dikenai hukuman seumur hidup, tapi kemudian Husák dibebaskan pada tahun 1963.
Kenaikan Husák pada April1969 menjadi Sekretaris Pertama partai, merupakan keputusan kompromis yang diambil dengan memperhatikan kepentingan Uni Soviet maupun kubu-kubu yang bertentangan.
Bagi kubu reformis pilihan itu lebih baik daripada membiarkan kepemimpinan partai dipegang oleh Biľák atau Kolder, yang juga pengikut garis keras di dalam partai KSC.
Husák segera melaksanakan Protokol Moskow dan mendapatkan kepercayaan dari Brezhnev dan Pakta Warsawa untuk segera melakukan pembersihan di tubuh partai dan birokrasi secara bertahap dan juga mengembalikan garis-partai kepada program-program partai sebelum naiknya Dubček. Seluruh kebijakan reformis yang diputuskan pada zaman Dubček dianulir, terkecuali satu yaitu federalisasi negara bagian Ceko dan Slowakia.
Dalam dua tahun (1969)-(1971)Husák berhasil mengganti seluruh pengikut-pengikut Dubček di pemerintahan dan di partai dan menaikkan orang-orang non-reformis, termasuk kelompok Biľák, turut menduduki jabatan-jabatan penting.
Husák menjalankan kekuasaannya dengan pragmatis, setia kepada PKUS dan partai-partai sekawan tetapi juga tidak menempuh cara-cara represif seperti yang dilakukan pada masa pemerintahan Gottwald dan Novotný.
Husák adalah seorang dosen dan orator ulung, dia pintar membaca situasi dan berusaha menjalankan kekuasaannya dengan menjaga keseimbangan antara berbagai faksi dan kelompok, baik di dalam maupun di luar partai. Ia menjalankan kebijakan normalisasi dibidang politik, ekonomi dan sosial sehingga dengan demikian ia ‘memerintah’ dengan stabil selama 20 tahun lebih, tanpa adanya guncangan-guncangan yang berarti di partai dan di masyarakat, terkecuali pada tahun-tahun terakhir kekuasaannya.
Dalam awal masa normalisasi dan stabilisasi (yang disebut juga ‘masa status quo’) tersebut, keadaan ekonomi negara sedang mengalami pertumbuhan yang baik. Masyarakat memperoleh kesempatan untuk menikmati standard-hidup yang lebih tinggi, sehingga sebagian orang yang berpenghasilan baik, mulai terjerumus kedalam gaya-hidup materialisme dan konsumerisme. Mereka diberikan kesempatan untuk menikmati hidup yang sejahtera dengan diberikannya kemudahan-kemudahan untuk berbelanja barang-barang mewah termasuk memiliki rumah dan mobil baru. Rakyat yang terlena dan sudah melepaskan harapan atas enyahnya tentara pendudukan Soviet, akhirnya juga tidak begitu peduli lagi pada masalah-masalah politik yang terjadi di negerinya.
Gerakan ini mendapat dukungan luas, dari 243 penandatangan pada tahun 1977, pada pertengahan tahun 80-an telah mencapai 12.000 orang penandatangan. Para pimpinan partai komunis KSC kewalahan menghadapi gejolak-gejolak baru di masyarakat, yang ternyata bukan berasal dari pertentangan-internal di dalam partai. Berbagai lapisan masyarakat di luar partai masih tetap menganggap kehadiran pasukan Rusia sebagai okupasi suatu negara oleh negara lain, dan bahwa perjuangan untuk kebebasan dan perlindungan HAM adalah bentuk kelanjutan dari semangat patriotisme dan reformasi 1968.
Gerakan lain yang timbul pada tahun 80-an adalah kegiatan kelompok penganut agama Katolik, terutama di kalangan kaum muda, yang selama puluhan tahun mengalami penekanan dan pembatasan. Mereka berbicara senada dengan Charta 77 dan organisasi lainnya serta menuntut kebebasan yang lebih besar bagi kegiatan keagamaan.
Sebaliknya para mantan anggota partai dari zaman reformasi Dubček pada 1968, maupun yang masih ada di dalam partai KSC, yang terpengaruh Gorbachev berusaha melakukan tekanan untuk terjadinya perubahan kebijakan partai, agar tetap berkiblat dengan konsisten kepada Moskow (Yang notabene telah dipimpin oleh seorang Pemimpin Soviet yang moderat, Gorbachev), Namun kekuatan konservatif masih tetap kuat dalam tubuh Partai Komunis Cekoslowakia KSC, walaupun di Moskow kekuatan konservatif sudah digusur oleh kelompok kepemimpinan baru Gorbachev. Menghadapi tekanan-tekanan yang semakin gencar dari kekuatan-kekuatan liberalis, Gustav Husák akhirnya mau tidak mau harus bersikap mendukung angin perubahan tersebut dan pada bulan Maret1987 ia menyatakan akan melaksanakan glasnost dan perestroika di Cekoslowakia, walaupun dengan setengah hati.
Hal lain yang menambah dinamisasi tuntutan perubahan di Cekoslowakia adalah timbulnya kembali gerakan mahasiswa, yang dimulai dengan demonstrasi lilin pada 1988 di ibu kota Slowakia, Bratislava yang berlanjut dengan gerakan mahasiswa di Praha.
Krisis yang juga terjadi di berbagai negara sosialis lainnya, akibat dari munculnya gerakan-gerakan reformasi seperti Solidarnosc-nya Lech Walesa di Polandia dan Duna Kor di Hungaria, telah membuat mahasiswa Cekoslowakia termotivasi untuk juga turut bangkit menuntut perubahan.
Puncak pergerakan mahasiswa adalah demonstrasi spontan non-stop sejak 17 November1989 di Praha, yang mendapat dukungan tidak hanya dari kaum cendekiawan dan politisi-politisi senior lainnya yang bergabung di dalam Charta 77, tetapi juga dari kalangan masyarakat luas penduduk ibu kota. Bahkan pada saat-saat terakhir, buruh pabrik pun (yang merupakan basis keanggotaan partai KSC) ikut memihak gerakan oposisi dan turut melakukan aksi-aksi pemogokan dan bergabung dengan para demonstran.
Gerakan oposisi membentuk wadah baru bernama Občanské forum, yang menggabungkan Charta 77, VONS dan berbagai unsur oposisi lainnya untuk lebih kuat dan representatif dalam berunding dengan pihak Pemerintah.
Walaupun aksi demo para mahasiswa dicegah dengan penghadangan represif oleh aparat keamanan, semangat mereka tidak mengendor bahkan terus setiap hari mengadakan unjuk-rasa sampai Desember1989. Pada 27 November1989, sebuah pemogokan umum yang bertema "Akhiri pemerintahan satu partai!" dilakukan oleh penduduk Cekoslowakia sebagai pertanda mendukung gerakan mahasiswa.
Sementara itu beberapa pemerintahan komunis di negara tetangga mulai juga dilanda krisis yang memuncak, yang secara psikologis berpengaruh pula pada kewibawaan partai KSC. Menghadapi situasi dalam dan luar negeri yang berkembang cepat, posisi pemimpin-pemimpin KSC menjadi semakin terpojok. Mereka menyadari bahwa kepercayaan rakyat kepada partai telah menurun drastis, demikian juga dukungan dari partai-partai sekawan di Eropa Timur tak dapat diharapkan lagi. Beberapa fungsionaris partai mulai bersikap netral dan berpihak kepada gerakan mahasiswa dan oposisi yang semakin lantang menuntut perubahan.
Dalam posisi yang semakin defensif demikian, partai KSC pada 28 November 1989 mengumumkan kekuasaan dan mengakhiri sistem monopoli kepemimpinan negara oleh partai KSC.
Pada 10 Desember1989 atas desakan pihak oposisi, Presiden Husák untuk pertama kalinya dalam era negara komunis Cekoslowakia, mengangkat sebuah kabinet yang didominasi oleh menteri-menteri non-komunis, dengan Perdana Menteri Marián Čalfa, seorang tokoh KSC yang dapat diterima oleh Občanské fórum. Husák kemudian meletakkan jabatan sebagai Presiden hari itu juga.
Saat euforia anti-partai komunis KSC) meluas di kalangan masyarakat Cekoslowakia, partai KSC harus mempersiapkan diri menghadapi pemilihan umum demokratis pertama pada bulan Juni1990. Hasilnya, partai yang telah berganti baju menjadi [[Partai Komunis Bohemia dan Moravia (KSCM) di negara-bagian Ceko itu, hanya memenangkan 15% suara, sementara di negara-bagian Slowakia, Partai Komunis Slowakia (KSS) sama sekali tidak memenangkan satu kursi pun di Parlemen.