Politik kanan jauh atau kanan ekstrem adalah salah satu aliran atau haluan dalam ideologi atau pemikiran politik yang istilahnya lahir dari usaha mempertahankan diri kelompok-kelompok yang dapat diartikan sebagai kelompok penguasa dalam menghadapi perlawanan dan persaingan dengan kelompok ideologi atau pemikiran politik dari spektrum kelompok tengah, sayap kiri atau kiri jauh yang lebih terkenal sebagai kelompok perlawanan ataupun pemberontakan.[1][2]
Bila pada kelahiran istilah sayap kanan dalam posisi duduk di Majelis Nasional Prancis pasca Revolusi Prancis 1789 merujuk pada kelompok pendukung pemerintah dan selalu membela kepentingan kelas penguasa ("borjuis"), hal ini sedikit berbeda dengan pardigma kelompok kanan jauh. Kelompok kanan jauh pada dasarnya ingin melakukan perubahanan atau revolusi, tetapi revolusi yang diinginkannya adalah revolusi "kembali kepada kejayaan masa lalu" yang mendapatkan tempat dalam sejarah kelompok mereka, entah itu bangsanya, negaranya, ataupun agamanya.[5]
Kelahiran kelompok kanan jauh pada dasarnya muak, putus asa, dan marah dengan kelompok penguasa (baik dari sayap kiri ataupun dari sesama sayap kanan) yang dianggap tidak memberikan dampak yang berarti bagi bangsa ataupun agama, lemah, dan kapitalis - disinilah perbedaan kanan jauh dengan kiri jauh. Kelompok kanan jauh memperjuangan sesuatu yang lebih abstrak dan absolut, seperti tanah air hingga Tuhan, meskipun mereka juga memperjuangan kerakyatan, tetapi atas dasar kebangsaan, bukan atas dasar egalitarianisme. begitupun sejak kelompok kiri atau lebih tepatnya komunis menduduki kekuasaan setelah Revulusi Bolshevik di Rusia yang kemudian disusul dengan berdirinya Uni Soviet dibawah kepemimpinan Vladimir Lenin, kelompok kanan bukan lagi selalu terkait dengan kelompok penguasa, tetapi juga dapat menjadi kelompok oposisi yang menentang pemerintah.
Kanan Jauh Nasionalis
Meski istilah kanan itu lahir sejak abad 18 dan radikalisme kanan pun lahir pada abad 19 dalam bentuk konservativisme baru yang bertujuan untuk mempertahankan nilai-nilai lama dalam sebuah komunitas bangsa, tetapi bentuknya masih tidak jelas, karena masih berafiliasi dengan kekuatan-kekuatan status quo. Kanan jauh sendiri baru menemukan bentuk sejatinya pada akhir abad 19 hingga abad 20, tepatnya saat fasisme muncul sebagai ideologi nasionalis yang sangat radikal dengan ciri chauvinis dan xenofobia, baru kemudian ketika Nasionalsosialisme atau nazisme lahir dari buah pikir Adolf Hitler pada dekade 1920-an dari keputusasaan kekalahan perang Kekaisaran Jerman yang kemudian berubah menjadi Republik Weimar dengna banyak krisis ekonomi, ketidakstabilan politik, dan konflik sosial yang semakin tajam antara pribumi dengan pendatang - dalam hal ini Yahudi, ide-ide rasisme dan xenofobia mulai masuk dalam kajian-kajian kelompok kanan jauh pada era-modern. Pada tahap ini sayap kanan kemudian menemukan bentuk sejatinya, sebagai musuh dari komunisme dan musuh dari kapitalisme.[4]
Nazisme memang memberikan kontribusi penting dalam perkembangan ideologi kanan jauh dan memecah sayap kanan ke dalam berbagai varian, Nazisme juga mematahkan anggapan lama kelompok sayap kiri, bahwa kanan adalah kapitalis, Hitler membuktikannya dengan ia melawan semua kekuatan globalisasi yang termasuk di sponsori oleh Amerika Serikat sebagai negara kapitalis. Pada masa awal Perang Dunia II, Hitler juga mematahkan anggapan jika sayap kanan tak dapat bersahabat dengan sayap kiri, hal ini dibuktikan Hitler dengan Pakta Non-Agresi dengan Uni Soviet pasca serangan Jerman dan Rusia ke Polandia pada 1939, meskipun pakta ini kemudian batal karena Jerman menyerang Rusia.
Sebenarnya adalah sebuah pemahaman yang lebih radikal dari kelompok rohaniawan, yang kemudian melahirkan fundamentalisme religius, mereka bisa datang dari Islamisme, Katholikisme, Protestanisme, Yahudisme, Buddhisme, Hinduisme, dan semua agama lainnya, memiliki potensi untuk menjadi "kanan jauh", yang membedakan "kanan jauh agamais" dengan "kanan jauh nasionalis" adalah tidak ada batasan bangsa ataupun negara dalam membentuk identitas mereka, hanya satu hal sajay yang mengikat mereka, yaitu kesamaan kepercayaan tak peduli dengan ras, etnis, dan kewarganegaraan. Proses doktrinasi yang sederhana sering kali mengingatkan diri mereka dan kelompoknnya, kepada kelompok masyarakat seiman yang menderita, meskipun di belahan dunia lain. Misalkan kelompok fundamentalis Islam seperti mulai yang bergerak secara soft(lunak) seperti Hizbut Tahrir pasti membangun paradima tentang penderitaan Muslim lain di Myanmar, Afghanistan, Irak, Palestina, dan negara lainnya yang terdapat kelompok Muslim tertindas, begitu pula dalam kelompok fundamentalis Kristen, misalkan di Afrika ada Lord's Resistence Army, mereka berjuang mengatasnamakan Kristus, dengan menyerang pemerintah dan berujuan untuk mendirikan sebuah Negara Kristen yang terdiri dari berbagai negara di Afrika, tetapi terkadang LRA juga bahkan menyerang masyarakat Kristen yang tidak mendukungnya.[7]
Kanan Jauh Hari Ini
Sebenarnya baik kanan jauh agamais sering kali berkoalisi dengan kelompok kanan jauh nasionalis, apabila mereka menghadapi musuh yang sama dan dengan isu yang sama pula, dalam konteksi ini misalkan dalam pemilihan umum. Di Amerika Serikat, dan Britania Raya, kita menemukan jelas hubungan antara kanan jauh nasionalis dengan kanan jauh agamais bersatu dalam satu barisan, di Amerika Serikat juga sebagaimana Donald Trump menggunakan isu imigran sebagai amunisi kampanye, dan di Inggris dengan Brexit dan permasalahan imigrasi.[6]
Di negara lainnya yang memiliki kelompok kanan jauh, baik nasionalis dan agamais juga cenderung bersatu, tetapi juga bertentangan, misalkan Jerman, kelompok Neo-Nazi yang memang membenci Yahudi mendukung Palestina yang merupakan negara Islam untuk mendapatkan kemerdekaan, bahkan Neo-nazi diduga mendukung aksi Black September pada 1972,[8] namun terbalik dengan kelompok Neo-Nazi, justru kelompok kanan jauh lainnya, seperti PEGIDA di Jerman dan EDL di Inggris justru malah menjadi organisasi sayap kanan jauh yang Anti-Islam dan pro-Yahudi.[9][10]
Berdasarakan hal itu, tampaknya kanan jauh saat ini sulit untuk diprediksi dan diindikasikan dari segi organisasi, gerakan, bahkan ideologi mereka sendiri.
Referensi
^ abCarlton Clymer Rodee, dkk. Pengantar Ilmu Politik, diterjemahkan dari judul asli Introduction to Political Science, (Jakarta: Raja Grafindo, 2008) hal. 106
^ abIdeologi Politik Mutakhir: Konsep, Ragam, Kritik, dan Masa Depannya, diterjemahkan dari Political Ideology Today, (Yogyakarta: Qalam, 2004) hal. 79 - 118
^ abIdeologi Politik Mutakhir: Konsep, Ragam, Kritik, dan Masa Depannya, diterjemahkan dari Political Ideology Today, (Yogyakarta: Qalam, 2004) hal. 295 - 323
^Ideologi Politik Mutakhir: Konsep, Ragam, Kritik, dan Masa Depannya, diterjemahkan dari Political Ideology Today, (Yogyakarta: Qalam, 2004) hal. 89
^Ideologi Politik Mutakhir: Konsep, Ragam, Kritik, dan Masa Depannya, diterjemahkan dari Political Ideology Today, (Yogyakarta: Qalam, 2004) hal. 425 -472
Carlisle, Rodney P. (2005). The Encyclopedia of Politics: The Left and the Right, Volume 2: The Right. Thousand Oaks, California, USA; London, England, UK; New Delhi, India: Sage Publications.
Hainsworth, Paul (2000). The Politics of the Extreme Right: From the Margins to the Mainstream. Pinter.