Malala Yousafzai (bahasa Urdu: ملاله یوسفزۍ) Malālah Yūsafzay, (lahir 12 Juli 1997) adalah seorang aktivisHAM berkebangsaan Pakistan dari kota Mingora, Khyber Pakhtunkhwa, Pakistan. Ia merupakan pejuang pendidikan dan hak-hak perempuan di Lembah Swat, tempat Tehrik-i-Taliban Pakistan melarang perempuan bersekolah. Pada awal tahun 2009, saat berumur sekitar 11 dan 12, Yousafzai menulis di blognya di bawah nama samaran untuk BBC secara mendetail tentang betapa mengerikannya hidup di bawah pemerintahan Taliban, upaya mereka untuk menguasai lembah, dan pandangannya tentang mempromosikan pendidikan untuk anak perempuan.
Pada tahun 2014, ia bersama Kailash Satyarthi dianugerahi Penghargaan Nobel Perdamaian atas perjuangan mereka melawan penindasan anak-anak dan pemuda serta untuk mendapatkan hak pendidikan bagi mereka. Ketika dianugerahkan Penghargaan Nobel saat ia berusia 17 tahun, Malala merupakan orang paling muda di dunia yang mendapatkan penghargaan Nobel.[3]
Kehidupan pribadi
Malala lahir dari keluarga bersuku Pashtun[4] dan menganut Islam Sunni. Namanya diambil dari penyair dan pejuang wanita suku Pashtun, Malalai dari Maiwand. Ia dibesarkan di Mingora, bersama dua adik laki-laki. Keberaniannya dalam menulis berkat bimbingan ayahnya yang juga penyair, pemilik sekolah, sekaligus aktivis pendidikan. Ayahnya menjalankan beberapa sekolah yang dinamai Khushal Public School. Meskipun Malala mengaku ingin jadi dokter, Ayahnya mendorongnya untuk menjadi politisi.
Ia mulai berbicara di depan publik untuk memperjuangkan hak atas pendidikan pada tahun 2008. "Berani-beraninya Taliban merampas hak saya atas pendidikan!" adalah seruan pertamanya di depan televisi dan radio.[5]
Malala mengakhiri masa lajangnya usai dipersuting oleh pria bernama Asser Malik di Birmingham, Inggris.[6]
Penembakan
Pada tanggal 9 Oktober 2012, Yousafzai ditembak di kepala dan leher dalam upaya pembunuhan oleh kelompok bersenjata Taliban ketika kembali pulang di bus sekolah.[7] Ia sempat dirawat di Pakistan sebelum akhirnya diterbangkan ke Inggris untuk dirawat di rumah sakit di Birmingham. Pimpinan Taliban, Adnan Rasheed, mengiriminya surat yang menjelaskan bahwa alasan penembakan adalah sikap kritisnya terhadap kelompok militan, bukan karena ia seorang penggiat pendidikan perempuan. Lebih lanjut Rasheed mengungkapkan penyesalannya atas kejadian ini namun tidak meminta maaf atas penembakan yang dialami Malala Yousafzai.[8] Ia juga menyarankan Malala kembali ke Pakistan dan meneruskan pendidikan di Madrasah bagi perempuan.[9]
Kelompok yang terdiri atas 50 ulama di Pakistan mengeluarkan fatwa menentang penembakan ini.[10]
Pada bulan Oktober 2014, dirinya bersama Kailash Satyarthi mendapatkan hadiah Nobel untuk bidang perdamaian 2014 untuk perjuangan mereka melawan penindasan anak-anak dan pemuda serta untuk mendapatkan hak pendidikan bagi mereka. Malala menjadi penerima hadiah Nobel termuda, karena dia mendapatkan hadiah ini pada usia 17 tahun.
^"Nobel Laureates by Age" (dalam bahasa Inggris). nobelprize.org. 20 October 2014. Diarsipkan dari versi asli tanggal 10 October 2014. Diakses tanggal 20 October 2014.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Richard Leiby, Michele Langevine Leiby. Taliban mengatakan menembak remaja Pakistan untuk advokasi hak-hak perempuan. Washington Post. 10 Oktober 2012.