Kraksaan, Probolinggo
Pengembangan ekonomi, pendidikan, dan tata ruang mulai dilaksanakan dengan memindahkan hampir semua gedung pemerintahan dari Kota Probolinggo ke Kecamatan Dringu dan Kecamatan Kraksaan. Geografis dan hasil bumiDaerah strategis yang dilalui oleh jalur postweg Anyer-Panarukan serta kondisi alam yang tidak terlalu panas, memberikan kenyamanan bagi siapapun yang berdiam di wilayah ini.Kontur tanah sebagian besar datar yang berdekatan dengan pantai sangat mudah untuk mendirikan bangunan apapun dengan aman. Kondisi tanah yang subur dengan sistem irigasi yang sangat mendukung, memberikan manfaat untuk semua jenis tanaman tumbuh di wilayah ini. Walaupun terdapat sungai besar yang melintasi kota, tetapi daerah ini bebas dari bencana banjir, ini dikarenakan sungai yang masih dalam dan sepanjang pinggiran sungai masih tumbuh pohon-pohon yang cukup besar untuk mencegah longsor. Terdapat 3 sungai besar melewati kota ini, yaitu:
Hasil bumi selama ini masih didominasi padi pada musim hujan dan tembakau pada musim kemarau. Selain itu, buah-buahan seperti mangga, semangka, dan blewah menjadi primadona bagi para petani. SejarahNama Kraksaan tidak lepas dari asal usul Kabupaten Probolinggo. Kraksaan sebetulnya merupakan perubahan ucap dari "Krasan" yang artinya betah, di mana pada waktu Prabu Hayam Wuruk saat kunjungannya ke jawa bagian timur merasa betah selama beristirahat di wilayah ini. Semenjak saat itu, wilayah ini disebut Krasan, Kraksan, dan beralih ucap menjadi "Kraksaan". Kraksaan juga pernah menjadi ibukota Kabupaten Kraksaan. Kabupaten mandiri yang merupakan pecahan dari Kabupaten Probolinggo, berlaku secara resmi sejak 1 Januari 1929. Kabupaten Kraksaan kemudian dibubarkan atau dihapus, dan digabungkan lagi dengan Kabupaten Probolinggo yang berlaku secara resmi per 1 Januari 1935. Bupati Kraksaan yang pertama dan terakhir adalah Raden Tumenggung Djojodiprodjo, menjabat sejak 1 Juli 1928 sampai dengan wafatnya pada 3 September 1932. Lokasi makam beliau ini terletak di Jl. Brantas, Kelurahan Pilang, Kecamatan Kademangan, Kota Probolinggo. Sarana ekonomiSarana perkotaan yang sudah berdiri kokoh seperti Rest Area, Stadion, Gedung Islamic Centre, Gedung Kesenian, Rumah Sakit, Masjid Agung, Polres Probolinggo, GOR Sasana Krida, Alun-alun, Gedung Pemerintahan dan lain sebagainya. Pusat perbelanjaan tingkat menengah yang cukup prestisius dimiliki oleh perseorangan dan tanpa kendali Pemerintah. Wilayah yang terkenal dengan buah mangga dan anggurnya ini sudah meraih adipura 3 kali berturut-turut pada 2008,2009, dan 2010. Meskipun modernitas sudah mulai tumbuh, tetapi budaya tradisional masih dapat ditemukan di setiap sudut kota, bahkan pasar tradisional masih menjadi tempat belanja utama masyarakat. Oleh karena itu, Pemkab Probolinggo merenovasi pasar-pasar tradisional seperti pasar ikan Sidomukti, Pasar Baru Sumberlele, dan Pasar Semampir. Masyarakat yang tinggal di pesisir pantai terutama di desa Kalibuntu rata-rata bekerja sebagai nelayan dan petani tambak. Dukungan pemerintah setempat ditandai dengan membangun pelabuhan lokal dan balai karantina hewan. PemerintahanSebagai Ibu kota Kabupaten Probolinggo, gedung-gedung pemerintahan sudah berada di wilayah ini seperti Kantor Bupati, Gedung DPRD, Gedung Polres Probolinggo, Pengadilan Negeri, Kejaksaan Negeri, KPU, Sekretariat Daerah, dan instansi kedinasan.
Kelurahan: Desa:
Tempat WisataKraksaan memiliki beberapa tempat wisata yang biasa dikunjungi masyarakat untuk berkumpul, yaitu:
TransportasiSistem transportasi di kota kecil ini terkesan masih kurang memadai. Kendaraan umum hanya lewat jalan utama, seperti bus dan angkutan kota yang mengangkut penumpang sepanjang Probolinggo dan Situbondo, angkutan ke desa masih jarang sehingga selang waktu antara kendaraan satu dengan yang lain sangat lama, ojek motor, mikrolet, minibus dan becak masih menjadi transportasi utama mobilitas penduduk. Sebagian besar penduduk sudah memiliki sepeda motor sebagai transportasi utama. Dulu, terdapat sebuah stasiun kraksaan dengan bangunan yang cukup megah terletak di tengah kota, tepatnya gedung yang saat ini dipakai oleh radio swasta dan beberapa toko (terpasang papan nama PT. KAI). Berdasarkan pada rute tram milik website Belanda terdapat dua halte trem di daerah Semampir, Patokan, Kraksaan wetan dan Asembakor. Rel ini juga digunakan untuk mengangkut gula dari PG. Kandang Djati, PG.Paiton, PG. Djaboeng dan PG. Bagoe. Seiring perkembangan jalan raya dan angkutan yang semakin maju, moda kereta api bekas PbSM ini akhirnya ditutup oleh pemerintah, saat ini ada wacana untuk merevitalisasi jalur mati yang cukup strategis ini. Selain itu, Tol Trans-Jawa melintas di kecamatan ini dan terdapat pintu Gerbang Tol Kraksaan yang berada di sebelah barat Kelurahan Semampir. Pendidikan dan budayaPendidikan menjadi sarana penting untuk memajukan masyarakat. Berbagai elemen pendidikan sudah berdiri sejak zaman belanda di kota ini. Sebagian besar sekolah ex. belanda saat ini menjadi sekolah dasar, SD Negeri Patokan 1 misalnya. Pendidikan formal mulai dari TK sampai perguruan tinggi sudah dibangun guna memudahkan masyarakat menimba ilmu. Sekolah-sekolah unggulan di Kraksaan mulai dari Taman Kanak-kanak hingga SMA terletak di Jl. Imam Bonjol, yaitu TK Negeri Pembina, SD Negeri Patokan 1, SMP Negeri 1 Kraksaan, dan SMA Negeri 1 Kraksaan. Daftar Sekolah dan Perguruan Tinggi di Kraksaan:
Kuliner KhasKota ini memiliki makanan khas yang hampir sama dengan kota lainnya, namun memiliki ciri tersendiri seperti Soto Kraksaan. Soto dapat dijumpai di mana-mana, tetapi Soto Kraksaan berbeda pada bahan dan bumbunya. Daging ayam yang dipakai haruslah ayam jantan dengan bumbu kuah santan serta dilengkapi dengan serbuk kelapa yang disangrai atau lebih dikenal dengan koya. Soto Kraksaan juga dilengkapi dengan irisan kentang kukus serta kerupuk udang sebagai pelengkap. Ada dua tempat terkenal yang menjual Soto Kraksaan, yaitu di utara Masjid Agung Ar-Raudlah dan di sebelah timur Rutan Kraksaan. ReferensiLihat pulaPranala luar |