Trenggalek, Trenggalek
Trenggalek adalah kecamatan yang menjadi pusat pemerintahan Kabupaten Trenggalek. Kecamatan Trenggalek dilalui jalan nasional strategis yang menghubungkan Tulungagung dengan Pacitan dan Ponorogo. Dibandingkan dengan ibu kota daerah lain di Jawa Timur, Trenggalek tergolong kota yang kecil. Walaupun begitu, Trenggalek memiliki pemandangan yang indah karena dikelilingi lahan sawah dan perbukitan yang hijau seperti Bukit Sinawang dan Jaas. Walaupun kecil, Kecamatan Trenggalek memiliki infrastruktur yang lengkap seperti alun-alun dan taman kota, masjid agung, pusat perbelanjaan, fasilitas olahraga, Stadion Menak Sopal, sekolah unggulan, dan lainnya. Kecamatan ini juga terdapat Hutan Kota Trenggalek di kaki Bukit Jaas yang disebut-sebut sebagai hutan kota terbesar di Jawa Timur. [1][2] Legenda dan sejarah![]() Legenda kawasan Trenggalek berhubungan dengan tokoh yang bernama Menak Sopal, putra dari pasangan Ki Ageng Sinawang dan Raden Ayu Saraswati. Alkisah desa di sekitar Padepokan Sinawang mengalami kesulitan air, sehingga Menak Sopal berusaha untuk menyelesaikannya. Dia memutuskan untuk membendung Sungai Bagong di lokasi yang sekarang menjadi Dam Bagong. Namun, bendungan yang dibangunnya sering dirusak oleh makhluk berwujud buaya putih. Menak Sopal berdiskusi dengan buaya putih tersebut sehingga tercapai solusi bahwa jika seekor gajah putih ditumbalkan di sungai tersebut maka dia tidak akan merusak bendungan kembali.[3] Menak Sopal kemudian berangkat ke rumah Mbok Rondo Krandon yang memiliki gajah putih untuk meminjamnya selama tiga hari. Menak Sopal kembali ke desa dan menyembelih gajah putih tersebut yang kemudian dilempar ke Sungai Bagong supaya bendungan berhasil dibangun. Mbok Rondo Krandon menunggu gajah putih tersebut dikembalikan dan memutuskan untuk menyerang Padepokan Sinawang. Mbok Rondo Krandon bertemu dengan Menak Sopal namun tidak percaya dengan cerita bahwa gajahnya telah disembelih. Pasukan Mbok Rondo Krandon kemudian menyerang Menak Sopal namun dia terjun ke Sungai Bagong. Mbok Rondo Krandon kemudian melanjutkan perjalanannya dan bertemu dengan Ki Ageng Sinawang yang menceritakan semuanya, bahwa pengorbanan gajah putih tersebut untuk membangun bendungan. Akhirnya Mbok Rondo Krandon mengikhlaskan gajah putihnya dan Ki Ageng Sinawang mengatakan bahwa daerah ini nantinya bernama "Terang ing Galih" yang berhati "terang hatinya".[3] ![]() Nama Trenggalih kemudian berubah menjadi Trenggalek dan kisah ini diabadikan dalam tradisi tahunan bernama "Nyadran Bagong" sebagai wujud terima kasih kepada Menak Sopal yang mengairi wilayah Trenggalek dan sebagai wujud syukur atas rezeki yang melimpah. Upacara ini terdiri dari berbagai rangkaian acara, tetapi puncaknya adalah pelemparan tumbal kepala kerbau ke Dam Bagong.[4] Menurut sejarah, Menak Sopal menjadi adipati pertama Trenggalek sekitar abad ke-16. Kecamatan Trenggalek kemudian menjadi wilayah Kasunanan Surakarta setelah Perjanjian Giyanti. Pada masa kolonial Belanda, Trenggalek adalah pusat dari Kawedanan Trenggalek yang mencakup Kecamatan Trenggalek, Bendungan, Pogalan, dan Durenan. Kabupaten Trenggalek saat itu terdiri dari 4 kawedanan atau daerah pembantu bupati yaitu Trenggalek, Panggul, Kampak, dan Karangan. Karena faktor ekonomi, Belanda membubarkan Kabupaten Trenggalek dan wilayahnya diserahkan ke Tulungagung dan Pacitan. Kawedanan Trenggalek sendiri masuk ke wilayah Tulungagung. Setelah merdeka di tahun 1950, pemerintah kembali membentuk Kabupaten Trenggalek sehingga Kecamatan Trenggalek keluar dari Tulungagung.[5][6] Geografi![]() Trenggalek adalah pusat Kabupaten Trenggalek yang terletak di sebelah tengah-utara, dilalui jalan nasional penghubung Tulungagung dengan Ponorogo dan Pacitan. Kecamatan Trenggalek terletak di sebuah lembah yang subur dan dikelilingi perbukitan hijau seperti Bukit Sinawang di utara dan Bukit Orak Arik di selatan. Kecamatan ini dilalui berbagai sungai seperti Sungai Bagong yang mengalir dari utara dan dibendung oleh Dam Bagong, serta Sungai Ngasinan yang mengalir dari selatan dan merupakan sungai terpanjang di Kabupaten Trenggalek.[7] Walaupun berperan sebagai ibu kota kabupaten, Trenggalek merupakan kota yang kecil dan wilayahnya didominasi lahan sawah dan hutan. Wilayah urban Trenggalek terpisah-pisah oleh lahan persawahan, misalnya Kelutan dan Karangsoko di selatan Sungai Ngasinan dan terhubung dengan pusat kota Trenggalek oleh Jl. Soekarno-Hatta. Batas wilayah Kecamatan Trenggalek adalah sebagai berikut:[7]
Daftar desa dan dusunKecamatan Trenggalek terdiri dari 5 kelurahan dan 8 desa yang dibagi menjadi beberapa dusun / dukuh / lingkungan, yakni sebagai berikut:[7] Daftar kelurahan
Daftar desa
Tempat terkenal![]()
Wisata alam dan taman kota![]()
Institusi kesehatan
Pusat perbelanjaan![]()
Institusi pendidikan
Penginapan
Referensi
|
Portal di Ensiklopedia Dunia